Donald Trump Sebut Pembelaan AS di Negara Ini Bisa Picu Perang Dunia III

Dalam sebuah wawancara televisi, presiden AS Donald Trump menyebut pembelaan terhadap salah satu negara di Eropa Timur bisa picu Perang Dunia III.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Jul 2018, 20:10 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2018, 20:10 WIB
Donald Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyambut antusias penunjukkan negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama dengan Kanada dan Meksiko. (AFP/Nicholas Kamm)

Liputan6.com, Washington DC - Sejalan dengan desakan Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan anggaran militer negara-negara anggota NATO, menjadi di atas dua persen, Donald Trump dengan percaya diri menunjukkan komitmen terhadap "pasal 5" dalam kesepakatan pertahanan di wilayah Atlantik Utara itu.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi Fox News pada Selasa malam, 17 Juli 2018, Presiden Trump berjanji akan sigap mengirim pasukan ke Montenegro --sebuah negara yang baru menjadi anggota NATO pada 2017-- jika diminta oleh aliansinya yang terdiri dari 29 negara.

Padahal, sebagaimana dikutip dari Newsweek.com pada Kamis (19/7/2018). Montenegro masih menghadapi ancaman target kudeta oleh kelompok pemberontak yang didukung Rusia.

Donald Trump menjelaskan bahwa komitmen itu tidak menyinggung hasil pembicaraan damai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang digelar di Helsinki, Finlandia, pada awal pekan ini.

Menurutnya, "pasal 5" mewajibkan sekutu NATO untuk membela militer anggotanya yang diserang, dan itu tidak bisa diganggu gugat.

"Saya mengerti apa yang Anda katakan. Saya telah berkali-kali ditanya pertanyaan yang sama. Montenegro, Anda tahu, adalah negara kecil dengan orang-orang yang sangat kuat," kata Donald Trump.

"Mereka (Montenegro) mungkin menjadi agresif, sehingga membuat Anda terjabak di kemungkinan Perang Dunia III, ketika negara-negara saling membela pertahanan sekutunya," lanjut Presiden Trump bermetafora.

Presiden AS ke-45 itu menegaskan bahwa komitmennya pada "pasal 5" adalah salah satu alasan di balik desakan untuk menambah anggaran pertahanan NATO, menjadi di atas dua persen untuk masing-masing negara anggota.

"Kami (AS) tidak hanya membayar sebagian besar (anggaran pertahanan), namun juga melindungi mereka (anggota NATO). Katakanlah pada situasi di Montenegro, sebuah kewajiban bersama yang nyatanya dipikul oleh satu pihak, di mana seharusnya saling mendukung," kritik Trump.

Donald Trump mengingatkan bahwa lunturnya komitmen di tubuh NATO, bisa memicu konflik yang lebih luas, yang tidak hanya berdampak pada seluruh anggotanya, melainkan juga dunia.

Di lain pihak, para anggota NATO setuju untuk menaikkan anggaran pertahanan, yang didesak oleh AS, meski porsinya rata-rata tidak mencapai lebih dari dua persen.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Tujuan NATO Dipertanyakan

Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia (16/7) (Pablo Martinez / AP PHOTO via CNN)
Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia (16/7) (Pablo Martinez / AP PHOTO via CNN)

Dalam wawancara yang dipandu oleh presenter Tucker Carlson itu, Donald Trump ditanyai tentang apa sebenarnya tujuan NATO saat ini.

Carlson berpendapat bahwa Rusia tidak akan menyerang Eropa Barat, di mana NATO awalnya dibentuk untuk melindungi kawasan tersebut dari ancaman invasi Rusia di masa Perang Dingin.

Trump tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi dia merujuk lagi pada ketidaksetujuan anggota NATO terhadap desakan anggaran belanja pertahanan mereka.

"Yah, itulah tujuannya," kata Trump. "Fakta bahwa mereka tidak membayar, bukanlah hal baru. Ini adalah sesuatu yang sudah dikenal orang sejak lama. Negara-negara lain menunggak," jawabnya.

Menurut Trump, klausul pertahanan kolektif yang tertuang di "pasal 5" adalah tidak bersyarat dan berbaju besi. Ini berarti, menurut beberapa pengamat, bahwa serangan pada satu pihak adalah serangan terhadap semua.

Sebelumnya, Presiden Trump juga sempat menyatakan bahwa aliansi yang dibangun oleh NATO menjadi lebih kuat saat ini.

"Pasal 5 baru digunakan sekali, untuk mendukung Amerika Serikat setelah serangan 11 September," ujar salah seorang pejabat NATO yang tidak ingon disebutakan namanya.

"Ini menyebabkan operasi militer terbesar NATO, yakni di Afghanistan, di mana ratusan ribu orang Eropa dan Kanada telah bahu-membahu dengan pasukan AS untuk membayar mahal perang di sana," lanjutnya menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya