Menlu RI di Konferensi Pemuda Diaspora: Indonesia Harus Jadi Kekuatan Dunia pada 2045

Di hadapan ratusan pemuda dari 34 provinsi dan diaspora muda, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan, Indonesia harus menjadi kekuatan dunia pada 2045.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Agu 2018, 19:13 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2018, 19:13 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menjadi tamu kehormatan dan berpidato dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 (13/8/2018) di Jakarta. (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menjadi tamu kehormatan dan berpidato dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 (13/8/2018) di Jakarta. (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Di hadapan ratusan pemuda dari 34 provinsi dan diaspora muda Indonesia, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi kekuatan dunia pada tahun 2045 --atau tepat satu abad usia kemerdekaan Tanah Air.

"Akan ada pergeseran kekuatan dunia ke Asia pada tahun 2045 ... karena 4 dari 5 kekuatan ekonomi terbesar di dunia ada di Asia, China, India, Indonesia, dan Jepang," kata Retno saat menjadi tamu kehormatan dan berpidato dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 di Jakarta, Senin (13/8/2018).

"Saat ini saja, Indonesia telah diperhitungkan sebagai kekuatan regional. Maka pada tahun 2045, kita seharusnya bisa menjadi global player yang diperhitungkan di dunia ... Satu kata kunci untuk 2045, Indonesia harus menjadi kekuatan dunia," ujar Menlu Retno menyemangati ratusan pemuda, diaspora, pelajar, dan intelek muda Indonesia dari berbagai latar belakang tersebut, yang disambut riuh tepuk tangan.

Kendati demikian, Retno mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan pemuda Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut, seperti, tekanan demografi global yang terus bertambah, tekanan migrasi dan perpindahan penduduk dunia, persaingan perebutan sumber daya (alam, energi, dan manusia), konflik, serta persaingan, dan sengketa berskala global.

"Bagaimana menyikapi itu semua? Yakni dengan tetap mempertahankan politik luar negeri yang bebas aktif --yang selama ini menjadi tradisi diplomasi Indonesia sejak lama," jelas Retno.

"Politik luar negeri yang bebas-aktif, bukan pasif, memberikan koridor yang cukup buat Indonesia untuk bermanuver memajukan kepentingan nasional kita di panggung dunia," tambahnya.

Retno juga menekankan betapa pentingnya bangsa Indonesia memusatkan perhatian pada wilayah laut sebagai celah "peluang kerja sama" dengan komunitas global, demi mencapai tujuan menjadi kekuatan global pada tahun 2045. 

"Indonesia juga harus menjadi solusi dunia. Kita tidak boleh menjadi masalah, tapi harus menjadi bagian dari solusi penyelesaian krisis dan konflik. Peran penting kita sebagai 'penjembatan' antara pihak yang berkonflik dengan pendekatan 'win-win solution' juga sangat signifikan demi mencapai tujuan itu," tambahnya.

Dalam konferensi itu, Menlu Retno juga berpesan agar para pemuda dan diaspora muda Indonesia untuk "Teris berpikir positif, berbaik sangka, mencintai dan bangga menjadi orang Indonesia dan yang terpenting, harus berkontribusi agar dapat menjadikan Indonesia sebagai global player."

Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 merupakan kolaborasi antara Perhimpunan Pelajar Indoneia se-Dunia (PPI Dunia), Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), dan Forum Rektor Indonesia. Konferensi itu juga didukung oleh Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

 

Simak video pilihan berikut:

Visi Indonesia 2045 dari Para Pemuda dan Diaspora Muda

Pembukaan Conference On Indonesia Foreign Policy 2017
Dino Patti Djalal memberikan sambutan dalam conference on Indonesia Foreign Policy 2017 di Jakarta, Sabtu (21/10). CIFP 2017 akan menghadirkan 80 pembicara yang merupakan figur ternama dari dalam dan luar negeri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 (CIDY-2018), yang berlangsung pada 13-15 Agustus, adalah suatu forum yang mempertemukan pemuda dari 34 provinsi dengan diaspora muda Indonesia dari seluruh dunia, serta dengan berbagai organisasi kepemudaan dan juga lembaga nasional.

Kegiatan itu juga dimaksudkan sebagai wadah bagi para pemuda dan diaspora Indonesia untuk memikirkan visi Indonesia di masa depan yang dapat menjadi bahan acuan pembangunan bangsa (nation building).

Misi itu yang dicoba untuk dirumuskan oleh para peserta CIDY-2018 dengan melahirkan 'Proyek Visi 2045: Satu Abad Republik Indonesia'.

Dalam sebuah keterangan tertulis, Board of Trustees Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal --selaku inisiator konferensi tersebut-- menjelaskan bahwa hasil dari Visi 2045 itu "kelak akan disampaikan kepada Presiden RI, Ketua MPR, Keta DPR, semua pimpinan daerah di Indonesia, dan semua partai politik di Indonesia.

"Kami berharap ini akan menjadi dokumen bersejarah yang akan membantu bangsa Indonesia mencari dan memetakan arah perkalanannya ke depan," jelas Dino dalam keterangan tertulisnya.

Dino juga berharap agar CIDY-2018 tak hanya bergulir sebagai sebuah seminar semata.

"Kita di sini bukan hanya seminar saja, bukan juga untuk membuat naskah akademik. Tapi kita di sini, Anda semua para pemuda, bertujuan untuk merumuskan konsep nation building (pembangunan bangsa), 90 tahun usai Sumpah Pemuda 1928," kata Dino menyampaikan pidato pembuka acara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya