Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan film Hollywood, Crazy Rich Asians menarik perhatian warga dunia pada kekayaan dan jumlah miliarder yang terus bertumbuh di kawasan Asia.
Laporan Forbes pada Oktober 2017 menyebut, Asia menjadi rumah bagi sejumlah besar miliarder di dunia. China memimpin dalam hal jumlah, melampaui Amerika Serikat. Dua miliarder diperkirakan lahir di Tiongkok tiap pekan -- mayoritas adalah mereka yang mengumpulkan kekayaan sendiri, bukan warisan.
Advertisement
Baca Juga
Film Crazy Rich Asians, yang terinspirasi dari novel berjudul serupa karangan penulis Singapura, Kevin Kwan berupaya memotret fenomena itu.
Kisahnya berawal dari seorang pewaris kekayaan keluarga tajir Singapura yang membawa kekasihnya yang punya latar belakang sederhana.
Plot dalam cerita tersebut menunjukkan kebiasaan para orang-orang tajir di Asia: pameran kemewahan yang tak mengenal batas, perilaku orang kaya baru (OKB), keluarga kaya lama yang dianggap 'ningrat', hingga kebiasaan ngirit mereka yang sejatinya punya duit yang jumlahnya tak terhingga.
"Asia adalah pemilik kekayaan terbesar di dunia, melampaui Amerika Serikat atau Eropa," kata Rupert Hoogewerf, pendiri Hurun Report yang melacak jumlah pundi-pundi harta orang kaya di China, seperti dikutip dari CNN Money, Kamis (23/8/2018).
Namun, untuk saat ini, kekayaan keluarga-keluarga tajir di Asia masih kalah dibanding dinasti-dinasti kaya di Amerika dan Eropa.
Keluarga Walton, misalnya, yang memiliki sekitar setengah dari Walmart (WMT), masih jadi yang terkaya di dunia dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari US$ 150 miliar.
Menyusul kemudian adalah Koch bersaudara dan keluarganya yang ada di balik Mars, Anheuser-Busch InBev (BUD) and Hermes (HESAF), demikian menurut Bloomberg Billionaires Index.
Tiga keluarga kaya di Asia masuk peringkat 25 besar paling tajir di daftar Bloomberg, yang tidak menyertakan generasi pertama atau yang dikendalikan pewaris tunggal.
Namun, angka tersebut akan bertambah pada masa depan, ketika para miliarder seperti Jack Ma, pemilik Alibaba (BABA), mewariskan kekayaannya pada keturunannya.
Berikut ini tiga keluarga miliarder paling kaya di Asia, versi nyata bukan dalam Film Crazy Rich Asians, seperti dikutip dari CNN Money:
1. Ambani
Jumlah kekayaan bersih: 43 miliar dolar Amerika Serikat
Keluarga terkaya di India mulai menghasilkan uang miliaran dolar ketika Dhirubhai Ambani, putra seorang guru di sekolah, membangun bisnis tekstilnya pada 1960-an, sebelum akhirnya beralih ke bisnis petrokimia.
Hasilnya adalah raksasa industri, Reliance Industries.
Setelah kematiannya pada 2002, kerajaan bisnisnya terbagi antara dua putranya, Mukesh dan Anil.
Dua miliarder bersaudara itu saling bersaing satu sama lain. Persaingan mereka kerap menghiasi pemberitaan media. Baru-baru ini misalnya, bisnis operator nirkabel milik Mukesh membeli perusahaan milik Anil setelah keduanya terlibat perang harga yang brutal.
Mukesh Ambani, yang kini jadi orang paling kaya di Asia, menarik perhatian dunia pada 2010, ketika ia memindahkan keluarganya ke gedung 27 lantai yang mereka sebut sebagai rumah, lengkap dengan kolam renang, ballroom, dan taman yang tersebar di tiga lantai.
Advertisement
2. Kwok
Jumlah kekayaan bersih: 34 miliar dolar Amerika Serikat
Perusahaan real estat terbesar di salah satu pasar properti paling 'panas' di dunia adalah jantung dari kekayaan keluarga Kwok.
Perusahaan mereka, Sun Hung Kai Properties (SUHJF) ikut mewarnai cakrawala Hong Kong dengan membangun sejumlah gedung pencakar langit tertinggi di sana.
Keluarga Kwok juga punya bisnis besar di China Daratan.
Namun, hubungan tiga Kwok bersaudara yang berstatus miliarder -- Thomas, Raymond dan Walter, diwarnai drama dan perpecahan.
Pada 1997, Walter diculik selama satu pekan. Ia kemudian dibebaskan setelah keluarganya membayar uang tebusan yang nilainya mencapai 77 juta dolar.
Lebih dari satu dekade kemudian, dua saudaranya memaksanya lengser dari kursi pemimpin perusahaan.
Dan, pada 2014, Thomas terbukti bersalah dalam kasus korupsi. Raymond kemudian mengambil alih posisi sebagai pemimpin perusahaan.
3. Lee
Jumlah kekayaan bersih: 31 miliar dolar Amerika Serikat
Lee Byung-chull meletakkan fondasi bagi kerajaan bisnisnya, Samsung, pada 1938.
Ia memulainya dengan sederhana, mendirikan perusahaan dagang kecil yang menjual buah dan ikan.
Kemudian, perusahaan tersebut berkembang pesat, menggurita di banyak bidang, termasuk tekstil, galangan kapal, finansial, juga elektronik.
Salah satu putranya, Kun-hee, menggantikan posisinya pasca-kematian Lee Byung-chull pada 1987.
Pemimpin baru tersebut memindahkan fokus perusahaan, dari memproduksi produk dengan kualitas rendah ke barang-barang kelas atas.
Samsung (SSNLF), konglomerasi terbesar yang dimiliki keluarga di Korea Selatan, kini menjadi produsen ponsel pintar, chip komputer, dan produk teknologi lainnya.
Setelah Kun-hee mengalami disabilitas pasca-serangan jantung pada 2014, Jae-yong -- satu dari empat putranya -- menjadi pemimpin de facto perusahaan.
Hubungan gelap perusahaan dengan elite politik Korea Selatan menjadi sorotan pasca Jae-yong dinyatakan bersalah dalam kasus korupsi tahun lalu.
Advertisement