Skandal Berita Palsu via WhatsApp Perkeruh Kondisi Pemilu Brasil

Kondisi pemilu Brasil semakin keruh oleh munculnya skandal berita palsu via WhatsApp.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Okt 2018, 18:06 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2018, 18:06 WIB
Foto salah satu kandidat terkuat dalam Pemilu Presiden Brasil (AP/Eraldo Peres)
Foto salah satu kandidat terkuat dalam Pemilu Presiden Brasil (AP/Eraldo Peres)

Liputan6.com, Jakarta Para tokoh sayap kanan dalam pemilihan umum Brasil, tengah diserang oleh tuduhan memperoleh manfaat dari tren berita yang tidak demokratis, untuk meraih posisi presiden selanjutnya.

Hasil hitung cepat cepat memperkirakan Jair Bolsonaro, seorang politikus pro-diktator, sedang menuju kemenangan telak atas rival dari Partai Pekerja (PT), Fernando Haddad, pada 28 Oktober mendatang dengan raihan suara sekitar 59 persen.

Namun menurut dugaan oleh harian Folha de São Paulo, salah satu surat kabar terkemuka Brasil, Bolsonaro telah mendapatkan bantuan hukum dari sekelompok pengusaha Brasil, yang membiayai kampanye untuk membombardir pengguna WhatsApp dengan berita palsu tentang Haddad.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (19/10/2018), surat kabar itu mengklaim kampanye partai "anti-Pekerja" bernilai miliaran dolar dirancang untuk membanjiri pemilih Brasil dengan kebohongan, yang disebar secara bersamaan via ratusan juta pesan WhatsApp.

"Praktik ini ilegal karena merupakan donasi kampanye yang tidak diumumkan oleh perusahaan, sesuatu yang dilarang oleh undang-undang pemilu," kata surat kabar itu.

"Musuh saya mencari manfaat dari kejahatan pemilihan," Haddad menambahkan dalam sebuah twit.

"Apa yang kami hadapi di sini adalah upaya penipuan pemilu," tambahnya, mengklaim memiliki informasi yang menunjukkan 156 pengusaha terlibat dalam "kampanye hitam" Bolsonaro.

Pada konferensi pers di São Paulo, Haddad mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak akan tinggal diam, hingga ditemukannya akun "penggerak isu" yang memuluskan tujuan uang kotor ke dalam skandal kampanye tersebut.

"Orang-orang bisnis yang telah terlibat dalam hal ini harus membayar secara hukum - dan kami sudah tahu tentang beberapa yang telah mengambil bagian," kata Hadad.

Dalam sebuah pernyataan, Partai Pekerja mengatakan pihaknya telah meminta polisi federal Brasil untuk menyelidiki "kebohongan" Bolsonaro.

"Metode kriminal Jair Bolsonaro tidak bisa ditolerir dalam demokrasi," kata komite eksekutif nasional partai tersebut.

Partai Pekerja mengatakan aplikasi perpesanan dan jejaring sosial diperlukan untuk bertindak melawan informasi yang salah, atau menjadi kaki tangan dalam "manipulasi jutaan pengguna".

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bolsonaro Membantah Keras

Ilustrasi bendera Brasil (AFP)
Ilustrasi bendera Brasil (AFP)

Di sisi lain, kampanye Bolsonaro membalas, melalui putranya, Carlos, membantah semua tuduhan yang dinilainya tidak kontekstual, sehingga mencerminkan "keputusasaan" Partai Pekerja atas kemenangan ayahnya yang sudah dekat.

Jair Bolsonaro pun menambahkan via sebuah twit: "Partai Pekerja tidak dirugikan oleh berita palsu, tetapi oleh KEBENARAN."

Bolsonaro mengatakan kepada situs web sayap kanan O Antagonista: "Saya tidak dapat mengendalikannya, jika seorang pengusaha yang ramah kepada saya melakukan hal ini. Saya tahu itu melanggar hukum. Tetapi saya tidak bisa mengendalikannya, saya tidak punya cara untuk mengetahuinya dan mengambil tindakan (untuk menghentikannya)."

Menulis di surat kabar New York Times pekan ini, penulis laporan tentang peran informasi yang salah dalam pemilihan Brasil mendesak WhatsApp segera mengambil langkah-langkah mendesak, untuk mengurangi kisruh oleh berita palsu atau terdistorsi.

Seorang juru bicara WhatsApp berkata: "WhatsApp secara proaktif telah melarang ratusan ribu akun selama periode pemilu Brasil. Kami memiliki teknologi pendeteksi spam terbaik di kelasnya, yang menemukan akun bodong, sehingga mereka tidak dapat digunakan untuk menyebarkan berita palsu atau kesalahpahaman penerimaan informasi."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya