Goodyear Hengkang dari Venezuela, Buruh Diberi 10 Ban sebagai Pesangon PHK

Goodyear berhenti beroperasi dan memecat tenaga kerjanya di Venezuela yang dilanda krisis. Sebagai tunjangan PHK, buruh diberi masing-masing 10 ban.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 11 Des 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2018, 14:00 WIB
Para buruh Goodyear di Venezuela saat mengetahui bahwa perusahaan ban itu tutup usaha pada 10 Desember 2018 (Carlos Hernandez / AP PHOTO)
Para buruh Goodyear di Venezuela saat mengetahui bahwa perusahaan ban itu tutup usaha pada 10 Desember 2018 (Carlos Hernandez / AP PHOTO)

Liputan6.com, Caracas - Goodyear Tire & Rubber Co berhenti beroperasi di Venezuela dan memecat tenaga kerja lokalnya, kata serikat buruh pada hari Senin 10 Desember 2018. Berhentinya Goodyear menambah daftar perusahaan asing yang telah tutup usaha di Venezuela sebagai buntut dari krisis ekonomi menahun yang melanda negara itu.

Seperti dikutip dari Bloomberg (11/12/2018), pemberitahuan itu datang sangat mendadak bagi para karyawan, dengan sebagian besar di antaranya hendak masuk bekerja seperti biasa pada pagi hari 10 Desember 2018, namun setibanya di pabrik, mereka justru menemukan surat penutupan usaha yang terpampang di gerbang.

"Goodyear Venezuela telah dipaksa untuk menghentikan operasi," menurut salinan pemberitahuan yang dilihat oleh Bloomberg.

"Tujuan kami adalah mempertahankan operasi, tetapi kondisi ekonomi dan sanksi Amerika Serikat (terhadap Venezuela) membuat ini menjadi tidak mungkin."

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh lawan-lawannya dan AS melancarkan "perang ekonomi" pada pemerintahannya.

Eduar Bremo, anggota serikat buruh pabrik Goodyear, mengatakan bahwa perusahaan membayar paket pesangon kepada lebih dari 1.200 karyawannya dan memberikan masing-masing 10 ban --yang sangat berharga di Venezuela yang kekurangan pasokan.

Namun, seperti dikutip dari BBC, pihak Goodyear tengah mengupayakan memberikan paket tunjangan PHK yang lebih laik bagi para mantan karyawannya --paket itu termasuk 10 ban yang diberikan di muka.

Menurut Bremo, pabrik itu memproduksi sekitar 1.000 ban sehari, tetapi kekurangan bahan dan biaya produksi yang melonjak, memaksa mereka menutup usaha.

Eduardo Arguelles, juru bicara Goodyear untuk Amerika Latin belum memberikan tanggapan atas pertanyaan berbagai kantor berita.

Tahun-tahun kekacauan ekonomi telah membuat perusahaan seperti Kellogg Co. dan Kimberly-Clark Corp meninggalkan Venezuela --yang mengalami hiperinflasi dan menyebabkan sebagian besar bisnis dilakukan dalam mata uang lokal yang tidak stabil.

Perusahaan lain telah memangkas tenaga kerja dan membatasi penawaran produk mereka karena mereka bertahan untuk hari yang lebih baik. Pekan lalu, Ford Motor Co. mulai memangkas karyawannya karena tengah mengurangi operasi bisnis di negara yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Krisis Menahun Venezuela, Sejak 2014

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)

Venezuela telah berada dalam krisis ekonomi yang mengerikan sejak 2014.

Diperkirakan 2,3 juta warga telah melarikan diri dari hiperinflasi, pemadaman listrik, dan kekurangan makanan dan obat-obatan.

Selama dua tahun terakhir, pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menjatuhkan sanksi terhadap puluhan warga Venezuela, termasuk pejabat tinggi.

Washington menuduh mereka melakukan korupsi, perdagangan narkoba dan pelanggaran hak asasi manusia -- klaim yang mereka sangkal.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya