Inovator Muda Ini Bikin Alat Pembersih Limbah Plastik di Samudera Pasifik

Inovator muda ini bikin alat pembersih limbah plastik di Samudera Pasifik. Ia optimistis proses pembersihan sampah yang lebih baik di wilayah itu sedang berlangsung.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Des 2018, 08:32 WIB
Diterbitkan 20 Des 2018, 08:32 WIB
Ilustrasi Samudera Pasifik (Lorin Eleni Gill / AP PHOTO)
Ilustrasi Samudera Pasifik (Lorin Eleni Gill / AP PHOTO)

Liputan6.com, California - Sebuah perangkat terapung yang dikirim ke pulau sampah yang berputar-putar antara California dan Hawaii belum mampu membersihkan limbah plastik, tetapi inovator muda di belakang proyek ini optimistis perbaikan sedang berlangsung.

Boyan Slat, 24 tahun, yang meluncurkan proyek pembersihan Samudera Pasifik, mengatakan kecepatan perangkat penghalang bertenaga surya ini tidak memungkinkan untuk menahan plastik yang telah ditangkapnya.

"Kadang-kadang sistem itu benar-benar bergerak sedikit lebih lambat dari limbah plastik, yang tentu saja tidak Anda inginkan karena kemudian Anda berpeluang kehilangan plastik itu lagi," kata Slat dalam wawancara dengan The Associated Press, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (20/12/2018).

Seorang kru teknisi akan ditugaskan untuk memperbaiki perangkat berbentuk U itu selama beberapa minggu ke depan untuk memperluas jangkauannya, sehingga mampu menangkap lebih banyak angin dan gelombang yang dapat membantu perangkat penyapu sampah dari lautan itu melaju lebih cepat.

Sebuah kapal menarik penghalang sepanjang 600 meter pada September lalu dari San Francisco menuju Great Pacific Garbage Patch - sebuah pulau sampah seluas dua kali wilayah Texas, negara bagian terbesar kedua di Amerika Serikat.

"Perangkat tersebut sudah beroperasi di kawasan itu sejak akhir Oktober lalu," kata Boyan Slat.

Tali penghalang limbah plastik yang memiliki layar sebesar 3 meter dibagian bawahnya dimaksudkan untuk bertindak seperti garis pantai, yang menjebak sebagian dari 1,8 triliun potongan plastik yang diperkirakan para ilmuwan berputar-putar di kawasan tersebut, sementara memungkinkan kehidupan laut untuk berenang dengan aman di bawahnya.

Boyan Slat mengatakan dirinya tidak gentar oleh kemunduran ini karena para teknisi berharap dapat membuat perbaikan dalam sistem di perangkat pembersih lautan ini.

"Apa yang kami coba lakukan belum pernah dilakukan sebelumnya," katanya.

"Jadi, tentu saja kami berharap masih perlu memperbaiki beberapa hal sebelum beroperasi sepenuhnya."

Dilengkapi dengan lampu bertenaga surya, kamera, sensor dan antena satelit, perangkat ini dimaksudkan dapat mengkomunikasikan posisinya setiap saat, memungkinkan kapal pendukung untuk menangkap limbah plastik yang berhasil dikumpulkan alat ini setiap beberapa bulan sekali dan mengangkutnya ke daratan untuk didaur ulang.

Boyan Slat mengatakan dia berharap sudah akan menerima kontainer pengiriman yang dipenuhi oleh jaring ikan, botol plastik, keranjang binatu dan sampah plastik lainnya yang diambil oleh sistem ini sudah dapat kembali ke darat dalam waktu satu tahun.

"Kami telah memberi diri kami waktu setahun setelah peluncuran untuk mendapati sistem ini benar-benar berhasil," katanya.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Proyek Masih Menghadapi Skeptisisme

Boyan Slat mengatakan organisasinya berharap dapat menghapus 50 persen limbah plastik dari Great Garpal Patch Pasifik dalam lima tahun. (AP / Peter Dejong)
Boyan Slat mengatakan organisasinya berharap dapat menghapus 50 persen limbah plastik dari Great Garpal Patch Pasifik dalam lima tahun. (AP / Peter Dejong)

Di antara mereka yang skeptis terhadap proyek pembersihan Ocean Slat adalah George Leonard, kepala ilmuwan Ocean Conservancy, kelompok advokasi lingkungan nirlaba.

George Leonard mengatakan sekalipun sampah-sampah plastik bisa dibawa keluar dari laut, aka nada lebih banyak limbah plastik yang akan terus mengalir ke laut setiap tahunnya.

Dia mengatakan solusi apa pun harus mencakup pendekatan multi-sektor, termasuk mencegah plastik sampai ke lautan dan mendidik masyarakat untuk mengurangi konsumsi wadah dan botol plastik sekali pakai.

Boyan Slat setuju bahwa mencegah lebih banyak plastik masuk laut adalah bagian dari solusi tetapi mengatakan sesuatu perlu dilakukan untuk mengatasi limbah yang saat ini sudah ada di laut.

"Plastik ini tidak hilang dengan sendirinya, dan membiarkan ratusan ribu ton plastik di luar sana terfragmentasi menjadi mikroplastik kecil dan berbahaya bagi saya tampaknya seperti skenario yang tidak dapat diterima," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya