Perempuan Nepal Tewas Kehabisan Napas di Gubuk Pengasingan Haid

Seorang perempuan Nepal meninggal karena mati lemas di gubuk pengasingan tak berjendela khusus bagi kaum hawa yang haid.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 05 Feb 2019, 08:31 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2019, 08:31 WIB
Contoh gubuk chhaupadi di Nepal, yang digunakan untuk mengasingkan perempuan haid atau pascamelahirkan (AFP PHOTO)
Contoh gubuk chhaupadi di Nepal, yang digunakan untuk mengasingkan perempuan haid atau pascamelahirkan (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Kathmandu - Seorang perempuan Nepal meninggal karena mati lemas di gubuk pengasingan tak berjendela, khusus dihuni bagi kaum hawa yang haid. Korban tewas setelah menghirup asap dari api yang ia nyalakan untuk tetap hangat, kata polisi.

Parwati Bogati (21) ditemukan tewas ketika ibu mertuanya pergi untuk memeriksanya.

"Dia gembira tentang hari berikutnya karena haidnya akan berakhir. Tapi anak malang itu menutup mata selamanya," kata Laxmi Bogati kepada Kathmandu Post, seperti dikutip dari BBC, Senin (4/2/2019).

Petugas kepolisian setempat Lal Bahadur Dhami mengatakan kepada AFP tentang kasus terbaru: "Kami menduga dia meninggal karena menghirup asap dan mati lemas karena dia menutup pintu pondok tanpa jendela dan menyalakan api di lantai untuk menghangatkan badan pada malam hari."

Di bawah praktik kuno terkait dengan agama Hindu yang dikenal chhaupadi, perempuan yang haid atau yang baru saja melahirkan dianggap tidak suci atau dianggap sebagai pembawa nasib buruk.

Mereka dapat dipaksa tidur di luar di gubuk atau kandang ternak.

Para perempuan itu juga dilarang menyentuh ikon agama (termasuk sapi yang suci bagi Hindu Nepal) dan laki-laki, tidak memiliki akses ke beberapa makanan dan dapat dilarang pergi ke toilet dan fasilitas mencuci di rumah, memaksa mereka untuk berjalan jauh dari desa mereka untuk melaksanakan hajat.

Gubuk-gubuk chhaupadi itu bisa sangat dingin, dan orang-orang di dalamnya juga bisa diganggu penjahat atau binatang liar.

Pada beberapa kasus, perempuan yang menghuni gubuk itu ditemukan mati lemas, dan setidaknya seorang gadis remaja telah meninggal akibat digigit ular.

Para perempuan muda yang tengah menghuni gubuk chhaupadi juga tidak bisa pergi ke sekolah.

Nepal telah melarang praktik chhaupadi pada tahun 2005, dan menjadikannya sebuah tindak pidana pada 2017. Di bawah hukum, siapa pun yang memaksa seorang perempuan mematuhi kebiasaan chhaupadi menghadapi hukuman penjara tiga bulan dan denda US$ 30.

Tetapi, kebiasaan adat itu masih meluas di daerah pedesaan Nepal --memicu para aktivis HAM menyerukan agar hukum ditegakkan dengan lebih ketat.

Insiden di distrik Doti, Nepal terjadi hanya beberapa pekan setelah seorang ibu dan dua putranya meninggal di gubuk serupa yang sama.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Kasus Januari 2019

Contoh gubuk chhaupadi di Nepal, yang digunakan untuk mengasingkan perempuan haid atau pascamelahirkan (AFP PHOTO)
Contoh gubuk chhaupadi di Nepal, yang digunakan untuk mengasingkan perempuan haid atau pascamelahirkan (AFP PHOTO)

Pada Januari 2019, seorang ibu Nepal dan putra-putranya di distrik Bajura paling barat daya Nepal tewas dalam gubuk chhaupadi di desa mereka.

Tragedi itu kemudian mendorong penduduk setempat untuk menghancurkan gudang chhaupadi tersebut.

Korban diketahui menyalakan api untuk menjaga dia dan kedua putranya tetap hangat di suhu musim dingin yang pahit.

Ketiganya diduga meninggal dalam tidur mereka karena menghirup asap, kata para pejabat kepada BBC Nepal.

Selimut di gubuk sebagian terbakar dan ibu itu ditemukan dengan luka bakar di kakinya, kata polisi kepada kantor berita AFP.

Anak-anak itu diketahui berusia 12 dan sembilan tahun.

"Jenazah telah diserahkan kepada keluarga untuk ritual terakhir mereka," kata Baral.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya