Liputan6.com, Beijing - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman mendarat di Beijing pada hari Kamis, untuk memulai babak terakhir dari tur Asia-nya, yang dirancang untuk membangun hubungan dan meraih kesepakatan, ketika kerajaan berjuluk Negeri Petrodolar itu menghadapi kedinginan diplomatik di Barat.
MBS --sapaan akrab putra mahkota-- telah mengunjungi India dan Pakistan dalam perjalanan selama sepekan terakhir, mengumumkan investasi baru dalam energi dan infrastruktur, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Kamis (21/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
Pangeran Saudi kemudian dijadwalkan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Han Zheng pada Jumat pagi, sebelum duduk bersama Presiden Xi Jinping pada sore harinya.
Kunjungan tersebut terjadi hampir dua tahun sejak ayahnya, Raja Salman Bin Abdulaziz al-Saud, yang bertemu dengan Xi selama tur di wilayah tersebut pada Maret 2017.
Saat itu, kedua belah pihak sepakat untuk "meningkatkan kerja sama di semua bidang," menurut media pemerintah Xinhua.
China adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi, melampaui negara-negara Eropa dan sekutu dekat Amerika Serikat. Pada 2018, impor dari Arab Saudi mencapai US$ 46 miliar, atau setara Rp 647 triliun.
Arab Saudi sebelumnya telah menyatakan minatnya untuk mengambil bagian dalam insiatif Jalur Sutera Baru rancangan Xi Jinping, yang berupaya membangun jalan, kereta api, dan pelabuhan yang menghubungkan China dengan dunia.
Di bawah inisiatif tersebut, sejumlah besar perdagangan China akan melewati Laut Merah, yang berbatasan dengan Arab Saudi, dalam perjalanan ke Eropa.
Simak video pilihan berikut:
China Diharapkan Bergabung dengan Visi 2030
Para analis mengatakan Arab Saudi mengharapkan China menjadi bagian penting dari proyek Visi 2030 rancangan MBS.
Ini adalah sebuah rencana ekonomi luas yang dirancang untuk menghilangkan ketergantungan negaranya terhadap pendapatan migas.
Analis senior Euromonitor International Rabia Yasmeen mengatakan kunjungan Bin Salman di Asia penting untuk keberhasilan rencana Visi 2030.
"Kunjungan ini diharapkan membawa hasil yang lebih bermanfaat di bidang ekonomi sehubungan dengan inisitaif Jalur Sutera Baru, dan bagaimana pemerintah Saudi dapat memanfaatkan inisiatif untuk Visi Saudi 2030-nya," katanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Xinhua, Menteri Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Khalid bin Abdulaziz Al-Falih, mengatakan investasi Saudi di China "baru saja dimulai."
"Budaya kami sangat cocok dengan budaya China. Kami telah mengirim ratusan siswa untuk belajar ke sana, dan ketika kembali, mereka bisa berbicara bahasa Mandarin. Hal itu membuat ribuan orang Saudi memahami betapa hebatnya Tiongkok. Kami membutuhkan lebih banyak dari itu," katanya.
Advertisement