Liputan6.com, Kiev - Hasil hitung cepat atau quick count memenangkan komedian Volodymyr Zelensky sebagai presiden Ukraina. Ia mendapatkan lebih dari 70 persen suara, menyisakan sekitar 25 persen untuk sang petahana.
Zelensky (40) menantang presiden petahana, Petro Poroshenko dalam dua kali putaran pemilihan.
Advertisement
Dalam putaran pertama, Zelensky mendapatkan 30,3 persen suara. Saat itu, Poroshenko mendapat 16 persen. Calon ketiga, mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko meraup 13,4 persen saja.
Meski menang dalam putaran pertama, Zelensky harus menghadapi Poroshenko pada putaran kedua karena saat itu perolehannya tidak mencapai 50 persen. Sementara Tymoshenko otomatis gugur karena memperoleh raihan suara paling sedikit.
Nasib mujur, pelawak yang tidak memiliki banyak pengalaman politik itu memenangkan pemilu pada putaran kedua.
Petahana Bersikap Sportif
Poroshenko yang tengah menjabat sebagai presiden Ukraina mengakui kekalahannya dari Zelensky, mengutip BBC News pada Senin (22/4/2019). Meskipun hasil resmi dari komisi pemilihan belum diterbitkan.
"Saya akan meninggalkan kantor (kepresidenan), namun saya tidak akan keluar dari politik," kata sang petahana.
Sementara itu, Zelensky belum secara resmi mendeklarasikan kemenangan.
Berbicara di depan para pendukung pada Minggu, 21 April 2019, Zelensky berkomitmen untuk tidak mengecewakan Ukraina.
"Saya belum resmi menjadi presiden," katanya. "Tetapi sebagai warga negara Ukraina, saya dapat mengatakan kepada semua negara di (bekas) Uni Soviet: Lihat kami. Apa pun mungkin (terjadi)," kata pelawak yang pernah berperan sebagai presiden di serial televisi itu.
Jika jajak pendapat benar, Zelensky akan menjadi presiden selama lima tahun. Jabatan itu akan memberikan sang pelawak kekuasaan atas keamanan, pertahanan, dan kebijakan luar negeri Ukraina.
Akibat Ketidakpuasan terhadap Poroshenko?
Menurut para pengamat, Zelenskiy diuntungkan oleh ketidakpuasan rakyat Ukraina terhadap Poroshenko, yang menjabat sejak lima tahun lalu setelah revolusi Maidan.
Poroshenko, yang merupakan salah seorang konglomerat lokal, menjanjikan kepada Ukraina bahwa mereka akan "hidup dengan cara baru", tetapi laju perubahan terlalu lambat bagi banyak orang.
Sementara itu, pendukung Poroshenko cenderung khawatir tentang kurangnya pengalaman Zelenskiy dan sikap yang berpotensi lebih ramah terhadap Rusia.
Sebaliknya, para pendukung Zelenskiy bersikeras bahwa masa jabatan pertama Poroshenko telah gagal, dan bahwa ia tidak pantas mendapat kesempatan lain.
Advertisement
Tanggapan Rusia
Kemunculan Zelensky sebagai calon presiden ini mendapatkan perhatian berbagai pihak. Mengingat, seseorang yang berkarier di industri hiburan tiba-tiba mengalahkan dua saingan dengan kapasitas politik yang mumpuni.
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, angkat bicara terkait kemungkinan Zelensky sebagai pemimpin Ukraina.
"Warga Rusia mengenalnya dengan baik. Dia memerankan sejumlah serial televisi. Dia sangat lucu," kata Ludmila Vorobieva saat ditemui pada Rabu, 10 April 2019 lalu.
Saat ditanya bagaimana jika Zelensky benar-benar menjadi presiden Ukraina, Vorobieva mengatakan sebetulnya tidak ada masalah.
"Presiden Ronald Reagan juga seorang aktor sebelum menjadi presiden Amerika Serikat," lanjutnya.
"Namun, yang menjadi perhatian adalah siapa yang berada di belakang Zelensky? Dia tidak memiliki rekam jejak politik dan akan menjadi susah diprediksi," kata sang duta besar.
Perlu diketahui, siapapun yang akan menjadi presiden Ukraina akan berhadapan dengan Rusia di sejumlah kasus sensitif, khususnya Krimea.
Rival utama Zelensky, Poroshenko, pernah terang-terangan mengatakan akan bermain keras dengan Rusia jika ia terpilih dalam pemilu putaran kedua. Sebuah sikap asertif yang menjadi sorotan sebagian pihak di Ukraina yang menginginkan penyelesaian masalah dengan damai di Krimea.