Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat telah mengidentifikasi aktor penting dalam teror bom di Sri Lanka dan untuk sementara menyimpulkan bahwa orang tersebut memiliki koneksi ke organisasi terorisme internasional, termasuk ISIS, menurut dua pejabat AS.
AS sudah memiliki nama individu itu dan sedang berusaha menentukan segala sesuatu yang dapat dipelajari tentang kebangsaan dan latar belakang etnis orang tersebut.
Perincian tersebut diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang serangan di Sri Lanka yang sampai saat ini telah menewaskan 310 orang, CNN melaporkan, dilansir pada Selasa (22/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
AS juga percaya bahwa serangan di Sri Lanka memiliki "ciri khas" serangan yang diilhami ISIS, sebagian, karena kompleksitas perencanaan beberapa serangan dan sifat kekerasan yang mengejutkan, menurut salah satu pejabat yang akrab dengan penilaian awal hasil penyelidikan.
Untuk saat ini, AS sedang mencoba mencari tahu seberapa terlibat ISIS dalam memfasilitasi serangan, kata pejabat itu, termasuk apakah para operator ISIS menyediakan perencanaan, pembiayaan, peralatan untuk membuat bom, dan apakah mereka bertemu langsung dengan para penyerang Sri Lanka.
"Kami masih mencari kemungkinan koneksi dan seberapa dalam," kata pejabat itu.
Sementara itu sebelumnya, pejabat Amerika Serikat yang berbicara dalam kondisi anonimitas menyatakan, dalang teror bom beruntun Sri Lanka diduga kuat terinspirasi ISIS.
"Indikasi intelijen awal adalah bahwa kelompok yang bertanggung jawab atas serangan di Sri Lanka terinspirasi oleh ISIS," kata seorang pejabat AS kepada koresponden CNN untuk Pentagon, dilansir pada hari Selasa.
Pada titik ini, tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun otoritas Sri Lanka telah memusatkan penyelidikan pada kelompok bernama National Thowheeth Jamaath (NTJ) yang masuk dalam radar intelijen 10 hari sebelum insiden 21 April 2019.
Spekulasi Dalang, ISIS hingga NTJ
Tak seperti serangan teror yang melanda belahan dunia beberapa waktu terakhir, tidak ada klaim sepihak dari ISIS terhadap tragedi di Sri Lanka 21 April 2019. Kendati demikian, mereka dilaporkan bersuka cita atas peristiwa itu, sebagaimana yang dilaporkan oleh situs pemantau aktivitas bermedia sosial kelompok dan sel teror global.
Namun, melihat pada 'permukaan' peristiwa, ada pola-pola yang setidaknya membuat teror di Kolombo dan Batticaloa menyerupai serangan ala ISIS, seperti pemboman tempat ibadah pada hari besar. Pola itu meninggalkan nuansa tersendiri, tanpa mesti organisasi itu menyatakan klaim seperti yang biasa mereka lakukan, catat Peter Bergen analis keamanan nasional dari Arizona State University, dalam artikel opini untuk CNN.
Akan tetapi, ISIS sendiri tak memiliki banyak kehadiran di Sri Lanka --hingga dugaan keterlibatan mereka pada teror 21 April 2019 sebagaimana yang diperkirakan oleh AS.
ISIS memang pernah mencoba merekrut anggota dari Negeri Ceylon. Dan, pada tahun 2016, seorang pejabat Sri Lanka mengatakan bahwa 32 warga Sri Lanka telah bergabung dengan kelompok itu.
Namun, tidak pernah ada catatan ISIS atau sel-selnya beroperasi secara signifikan di negara mayoritas Buddha itu.
Advertisement
Kelompok Lokal NTJ Dibantu ISIS?
Kini, semua telunjuk di Sri Lanka mungkin mengarah pada satu kelompok partikular sebagai terduga dalang serangan 21 April 2019: National Thowheed Jamath (NTJ) --terjemahan harafiah: Jemaah Tauhid Nasional.
Kelompok itu tergolong baru. Mereka pertama kali masuk dalam radar aparat keamanan Sri Lanka pada 2018, yang melabel NTJ sebagai "kelompok muslim radikal" dan terhubung dengan peristiwa vandalisme terhadap beberapa patung Buddha tahun lalu.
Dan pada 2016, pemimpin mereka, Abdul Razik, ditangkap dengan tuduhan menghasut rasisme.
Nama mereka sekarang mulai marak dikutip berbagai media internasional, setelah dokumen imbauan intelkam Sri Lanka pada 11 April 2019 lalu menyebut nama NTJ sebagai kelompok yang berpotensi melakukan serangan bunuh diri terhadap gereja ternama --AFP melaporkan, seperti dikutip dari News18.com.
Kepala Kepolisian Sri Lanka, Pujuth Jayasundara dikabarkan telah merilis imbauan nasional mengenai ancaman teror itu, yang ia kirim kepada beberapa pejabat tinggi Sri Lanka pada 11 April 2019.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe juga mengakui bahwa pemerintah telah memiliki "informasi terkait potensi serangan".
"Badan intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ (National Thowheed Jamath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri menargetkan gereja dan komisi tinggi India di Kolombo," kutip laporan tertulis itu.
Kepolisian Sri Lanka saat ini mengatakan tengah menyelidiki serangan bom, dan dalam proses investigasi, mereka mengatakan akan turut meneliti laporan intelijen itu, termasuk seputar NTJ --terlepas pada fakta bahwa laporan itu justru berujung pada kebobolan, gagal memperingatkan adanya bahaya.
Dalam sebuah pernyataan pada hari ini, pemerintah juga mengatakan NTJ bertindak dengan bantuan pihak luar.
"Kami tidak percaya serangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang dikurung di negara ini," kata Rajitha Senaratne, juru bicara kabinet Sri Lanka, mengutip Sydney Morning Herald, Senin (22/4/2019).
"Ada jaringan internasional yang tanpanya serangan ini tidak akan berhasil," tandasnya kemudian, tanpa menyebutkan entitas internasional apa yang membantu NTJ.