Pangeran William: Kekuatan Cinta Akan Selalu Menang di Atas Kebencian...

Pangeran William mengunjungi lokasi penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 27 Apr 2019, 08:42 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2019, 08:42 WIB
[Bintang] Anak Ketiga Kate Middleton dan Pangeran William Berjenis Kelamin Laki-Laki
Anak ketiga dari Kate Middleton dan Pangeran William itu lahir dengan berat 3,8 kg. Saat melahirkan anak ketiga, Kate ditemani oleh Pangeran William. (AFP/Simon DAWSON/POOL)

Liputan6.com, Christchurch - Pangeran William Inggris mengunjungi lokasi penembakan masjid di Selandia Baru, tempat 42 orang terbunuh pada 15 Maret 2019 lalu. Di sana ia mengatakan "kekuatan cinta akan selalu menang atas kekuatan kebencian."

Dalam pidatonya di Masjid Al Noor di Christchurch pada Jumat 26 April, hari kedua kunjungannya ke Selandia Baru, ia mengatakan serangan yang menewaskan 50 orang itu dimaksudkan "untuk menabur perpecahan dan kebencian di tempat yang mewakili kebersamaan dan ketidakegoisan."

"Suatu tindakan kekerasan dirancang untuk mengubah Selandia Baru, tetapi sebaliknya kesedihan suatu negara mengungkapkan betapa dalamnya empati, kasih sayang, kehangatan dan cinta Anda benar-benar berjalan," kata Duke of Cambridge itu seperti dikutip dari CNN, Sabtu (27/4/2019).

Saat berdiri di ruangan masjid tempat serangan itu terjadi, Pangeran William mengatakan "itu tindakan kebencian yang tak terkatakan."

"Kau menunjukkan cara kita harus merespons kebencian dengan cinta," tambahnya.

"Kamu menunjukkan bahwa ketika suatu komunitas tertentu ditargetkan dengan kebencian dan kekerasan, tindakan sederhana seperti mengenakan jilbab atau menyiarkan panggilan untuk ibadah dapat meyakinkan mereka yang memiliki alasan untuk takut."

Mengacu pada pria bersenjata sayap kanan yang dituduh melakukan penembakan, William mengatakan dia datang ke Selandia Baru untuk "membantu Anda menunjukkan kepada dunia bahwa ia gagal."

Sebelumnya, sang pangeran bertemu dengan korban yang selamat dari penembakan Selandia Baru, salah satunya Alen Alsati yang berusia 5 tahun di Rumah Sakit Anak Starship di Auckland, dan ayahnya, Wasseim.

Sejauh ini pihak berwenang mendakwa Brenton Tarrant sang pelaku penembakan masjid di Selandia Baru, seorang pria Australia berusia 28 tahun, atas 50 tuduhan pembunuhan.

Dalam kunjungan tersebut, Duke of Cambridge didampingi oleh Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern.

Selandia Baru Akan Beri Status Warga Tetap bagi Korban Penembakan Massal

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (AP Photo)
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (AP Photo)

Sebelumnya, pihak Selandia Baru mengatakan pada Selasa 23 April 2019 akan memberi status penduduk menetap kepada semua penyintas dalam penembakan massal di dua masjid di Kota Christchurch. Sedikitnya 50 Muslim tewas dalam aksi penembakan itu.

Menurut laporan VOA Indonesia yang dikutip Rabu 24 April 2019, pemerintah Selandia Barumengatakan sedang mempertimbangkan memberi visa kepada yang selamat meskipun untuk itu belum ada keputusan yang diumumkan. Pernyataan hari Selasa itu tercantum di link pada website imigrasi, yang oleh sejumlah kalangan dikatakan untuk menghindari timbul dampak pantulan dari penentang imigrasi.

Imigrasi Selandia Baru mengatakan visa kategori baru disebut Christchurch Response (2019) telah diciptakan. Orang yang berada di kedua masjid tatkala terjadi penembakan tanggal 15 Maret dapat melamar untuk memperoleh visa itu demikian pula anggota keluarga langsung.

Pelamar memang tinggal di Selandia Baru pada hari serangan terjadi, jadi tertutup bagi pelancong dan pendatang jangka pendek. Lamaran dapat diajukan mulai hari Rabu.

Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan serangan itu adalah tindakan terorisme, kemudian pemerintah mengeluarkan UU melarang senjata semi-otomatis.

Sementara itu – seorang menteri Sri Lanka mengatakan bahwa ledakan bom pada hari Paskah di gereja dan hotel di negeri itu yang menewaskan 321 orang tampaknya adalah sebagai pembalasan atas serangan di kedua masjid di Selandia Baru.

Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom yang terkordinasi di Sri Lanka itu.

 

Teror 36 Menit Penembakan Masjid

Penembakan di Masjid Selandia Baru
Polisi dan staf ambulans membantu seorang lelaki yang terluka dalam insiden penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Tiga korban penembakan adalah perempuan dewasa dan seorang lagi adalah gadis cilik. (AP Photo/Mark Baker)

Perdana Menteri Jacinda Ardern juga menyampaikan pada Sabtu, 16 Maret 2019 bahwa pelaku penembakan di Selandia Baru yang berlokasi di dua masjid Kota Christchurch menggunakan lima senjata saat melancarkan aksi terornya pada Jumat, 15 Maret 2019.

"Laki-laki bersenjata itu menggunakan 5 senjata selama serangan, termasuk "dua senjata semi otomatis dan dua senapan," serta memegang izin senjata sejak 2017," kata Ardern, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Sabtu 16 Maret 2019/

Menurut The Guardian, tersangka utama bermaksud melanjutkan serangannya dan memodifikasi senjata tetapi ditangkap oleh dua petugas polisi komunitas. Dia ditangkap 36 menit setelah panggilan darurat pertama penembakan di Masjid Al Noor.

Dalam kesempatan yang sama, PM Ardern juga mengukuhkan 49 orang yang tewas sebagai korban dalam penembakan di Selandia Baru yang menargetkan dua masjid.

41 orang meninggal di Masjid Denes Avenue, Al Noor Mosque, 7 orang di masjid Linwood Avenue, satu orang meninggal di rumah sakit sementara lebih dari 40 orang dirawat karena cedera di Rumah Sakit Christchurch, termasuk seorang anak berusia 5 tahun.

"Mereka semua telah diidentifikasi dan namanya telah diinformasikan kepada anggota masyarakat," tambahnya.

Tiga orang telah ditangkap sehubungan dengan penembakan di Selandia Baru itu, dan seorang warga negara Australia, Brenton Tarrant telah disidang perdana dengan dijatuhi satu dakwaan pembunuhan.

Ia juga mengatakan individu yang dituduh melakukan pembunuhan tidak "menjadi perhatian komunitas intelijen, atau polisi terkait ekstremisme" selama ini, dan ia telah meminta lembaga terkait untuk "bekerja secepatnya menelaah apakah ada kegiatan di media sosial atau yang seharusnya bisa memicu respons”.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya