Jamur Mengekstrak Emas... 5 Terobosan Sains Terbaik pada Mei Tahun Ini

Berikut 5 terobosan sains terbaik pada Mei 2019. Apa saja?

oleh Afra Augesti diperbarui 31 Mei 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2019, 18:35 WIB
Ilustrasi Bongkahan Emas (Wikipedia Commons)
Ilustrasi Bongkahan Emas (Wikipedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Hampir di pertengahan tahun, banyak berita utama (headline) di media-media internasional dipenuhi oleh berbagai penemuan sains yang baru dan menarik.

Para ilmuwan dari bermacam-macam negara melaporkan dan melakukan studi mereka guna mempelajari lebih lanjut tentang dunia ini dan Alam Semesta.

Sebagai contoh temuan sains pada bulan Mei tahun ini, alat bantu dengar yang dikendalikan oleh pikiran telah diciptakan. Alat ini bisa memutuskan bagaimana penggunanya bertindak dengan memantau aktivitas otak si pemakai.

Sementara itu di tempat lain, jamur pengekstrak emas telah ditemukan di Australia Barat. Ada pula fisikawan kuantum yang berhasil menggunakan teknik laser untuk menciptakan kembali lukisan asli Mona Lisa.

Berikut 5 penemuan sains yang dinilai paling menarik berdasaran List Verse, yang dikutip oleh Liputan6.com pada Jumat (31/5/2019):

1. Jamur Penghasil Emas

Ilustrasi emas harta karun
Ilustrasi emas harta karun (iStock)

Para ilmuwan yang melakukan penelitian di dekat Perth, Australia Barat, terkejut setelah menemukan jamur yang mampu mengekstrak emas dari lingkungannya.

Fungi ini, Fusarium oxysporum, mengumpulkan partikel-partikel emas dari sekelilingnya dan menempelkannya pada tubuhnya. Dipercaya bahwa jamur melapisi dirinya dengan emas untuk meningkatkan pertumbuhan dan menyebar lebih cepat daripada jamur lain di Australia.

Sementara itu, Australia memiliki industri emas yang berkembang, yang terbesar kedua di dunia. Namun, sumber daya semakin menipis dan cadangan baru perlu ditemukan.

Ilmuwan penelitian itu, Dr. Ravi Anand, berharap bahwa jamur dapat digunakan untuk menemukan sumber daya besar yang terkubur di bawah tanah.

2. Niat Bunuh Diri Bisa Dideteksi dengan Pemindaian Otak

Ilustrasi otak
Ilustrasi (iStock)

Sebuah langkah besar di bidang sains telah dibuat dalam rangka perawatan kesehatan mental untuk penderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Para peneliti dari Fakultas Kedokteran di Yale University percaya bahwa mereka mungkin telah menemukan biomarker  (suatu zat yang dapat diukur dalam suatu organisme yang kehadirannya menunjukkan beberapa fenomena seperti penyakit, infeksi, atau paparan lingkungan) yang menyoroti pemikiran untuk bunuh diri di otak seseorang.

Temuan awal tim itu, yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah PNAS, menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mengenali niat bunuh diri seseorang dengan berfokus pada reseptor otak spesifik: metabotropic glutamatergic receptor (mGluR5).

Orang yang menderita PTSD, sudah memiliki level mGluR5 yang cukup tinggi pada permukaan sel otak mereka. Meski demikian, temuan ini menawarkan sekilas bentuk terapi yang lebih efektif terhadap PTSD.

Saat ini, tidak ada pengobatan yang tersedia di Amerika Serikat atau negara mana pun yang secara khusus dirancang untuk menolak pemikiran bunuh diri terkait PTSD.

3. Alat Bantu Dengar yang Dikendalikan Pikiran

Ilustrasi telinga (Pixabay)
Ilustrasi telinga (Pixabay)

Para ilmuwan dari Columbia University di New York telah menciptakan alat bantu dengar yang dikendalikan oleh pikiran. Alat ini, untuk pertama kalinya, memungkinkan si pengguna untuk mengasah suara-suara tertentu.

Perangkat tersebut dikatakan sangat meningkatkan pengalaman orang-orang dengan gangguan pendengaran di lingkungan yang bising dan ramai, serta di acara-acara sosial yang riuh.

Tidak seperti alat bantu dengar konvensional, yang memperkuat semua suara secara bersamaan, alat ini mensimulasikan fenomena psikologis yang dikenal sebagai cocktail party effect.

Kemampuan pendengaran selektif yang luar biasa ini memungkinkan otak untuk fokus pada satu suara tertentu di tengah obrolan yang ramai.

Setelah bertahun-tahun penelitian, para ilmuwan akhirnya menemukan solusi yang menggabungkan kecerdasan buatan dan monitor otak.

Alat bantu dengar yang canggih itu memakai algoritme untuk memisahkan sejumlah suara dan kemudian menyetel aktivitas saraf si pemakai untuk menentukan suara mana yang akan didengar kuat olehnya.

4. Fisikawan Kuantum Menciptakan Kembali Mona Lisa

Museum Louvre
Salah satu koleksi terbaik dari Museum Louvre adalah lukisan karya Leonardo da Vinci yang berjudul Mona Lisa. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Seni klasik akhirnya memasuki ranah fisika kuantum. Saat menyelidiki asal-usul aliran fluida yang tidak diketahui, tim peneliti di University of Queensland memutuskan untuk membuat beberapa karya seni terkenal dalam bentuk kuantum: lukisan mini hanya selebar 100 mikron -- kira-kira setara dengan helai rambut manusia -- juga Mona Lisa dan Starry Night karya Vincent van Gogh. 

Para peneliti menggunakan teknik laser, yang dikenal sebagai pelapisan cahaya, untuk memproyeksikan gambar klasik ke gas atom rubidium (unsur logam dari kelompok alkali yang bersifat lunak dan berwarna putih keperakan) yang super dingin.

Ketika disimpan di suhu di atas nol mutlak, atom-atom tertentu seperti rubidium mengambil sejumlah sifat abnormal. Partikel-partikel mulai menyatu menjadi suatu bentuk materi eksotis yang disebut Bose-Einstein condensate (BEC).

Fenomena kuantum yang biasanya hanya terlihat dengan menggunakan mikroskop canggih itu, dapat disaksikan pada skala makroskopis.

Walaupun temuan tersebut adalah pencapaian yang fantastis, namun karya seni mungil itu tidak pernah dimaksudkan untuk dibuat.

"Kami tidak pernah bermaksud untuk melakukan ini," ujar ahli kuantum Tyler Neely mengungkapkan dalam sebuah pernyataan. "Kami secara kebetulan menciptakan beberapa karya terkecil di dunia."

5. Makhluk Hidup Pertama yang Sepenuhnya Punya DNA Sintetis

Bakteri Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli (E. coli) yang lazim ada di sistem pencernaan manusia. (Sumber CDC.gov)

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan telah menciptakan sebuah organisme dengan DNA sintetis sepenuhnya.

Para peneliti dari Laboratory of Molecular Biology di Cambridge menciptakan Escherichia coli yang dibentuk ulang secara buatan -- bakteri yang biasanya ditemukan di usus bagian bawah manusia.

Mikroba yang disintesis tidak secara genetik identik dengan 'sepupu' kehidupan nyata mereka. Para ilmuwan membuat lebih dari 18.000 perubahan pada genom E. coli, dengan menghilangkan urutan DNA yang berlebihan.

Setelah itu, tim menciptakan sel-sel baru yang berisi struktur genetik yang dirancang ulang. Dengan empat juta huruf genetik, sejauh ini mereka mengklaim berhasil melahirkan genom buatan terbesar dalam sejarah sains.

Bakteri sintetis, yang dikenal sebagai Syn61, dapat digunakan untuk berbagai aplikasi medis. E. coli adalah komponen kunci dalam produksi insulin, tetapi prosesnya kadang-kadang meleset jika kuman ini menjadi terkontaminasi oleh virus.

DNA Syn61 membuatnya sangat tahan terhadap invasi virus. Terlebih lagi, organisme yang diprogram secara genetis suatu hari nanti dapat digunakan untuk menghasilkan protein, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya