Donald Trump: AS Akan Menjatuhkan Sanksi Baru untuk Iran

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 23 Jun 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2019, 13:00 WIB
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018  (AFP).
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump. (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran mulai Senin 24 Juni 2019. Pengumuman itu datang di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara selama beberapa pekan terakhir.

Sanksi itu, jelas Trump, berkenaan sebagai upaya AS untuk membatas Iran dari memiliki persenjataan nuklir. Teheran telah lama membantah mengembangkan senjata pemusnah massal.

"Iran tidak dapat memiliki senjata nuklir! Di bawah rencana (era-Presiden) Obama yang mengerikan, mereka akan memiliki nuklir dalam waktu singkat, dan verifikasi yang ada tidak dapat diterima. Kami memberikan Sanksi tambahan besar pada Iran pada hari Senin," cuit Trump di Twitter pada Sabtu 22 Juni 2019, seperti dikutip dari CBS News (23/6/2019).

"Saya menantikan hari ketika ... sanksi bisa dicabut Iran, dan mereka menjadi negara yang produktif dan makmur lagi - semakin cepat semakin baik!," bunyi cuitan selanjutnya.

Sementara pada kesempatan terpisah, berbicara kepada wartawan sebelum berangkat ke Camp David pada Sabtu 22 Juni, Presiden Trump mengatakan AS akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran, dengan beberapa diterapkan secara "perlahan" dan beberapa "lebih cepat."

Trump juga mengatakan bahwa opsi militer terhadap Iran "selalu ada di atas meja sampai kita menyelesaikan masalah ini."

Presiden Trump Sempat Perintahkan AS Serang Iran

Ilustrasi rudal Iran
Ilustrasi rudal Iran (AFP)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan menyetujui serangan militer militer terhadap Iran sebagai pembalasan atas jatuhnya drone pengintai AS yang ditembak jatuh Negeri Persia.

Namun, Presiden Trump kemudian berubah pikiran dan membatalkan serangan --menurut pemberitaan sejumlah media AS pada Jumat 21 Juni 2019, yang mengutip keterangan dari pejabat anonim Amerika, Al Jazeera melaporkan (21/6/2019).

Mengutip pejabat senior Gedung Putih, The New York Times melaporkan sebuah operasi yang disetujui oleh Trump untuk melancarkan serangan terhadap "sejumlah sasaran Iran" --termasuk radar dan fasilitas rudal-- "sebagai tahap awal" pada Kamis 20 Juni.

Namun, pada Kamis malam, pemimpin AS itu mengubah taktik dan membatalkannya.

Penembakan drone AS oleh Iran menandai serangan langsung pertama yang diklaim Negeri Persia pada aset Negeri Paman Sam, dan terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran.

Menegangnya hubungan AS - Iran disebabkan oleh keputusan Trump tahun lalu untuk menarik diri dari perjanjian internasional yang mengekang program nuklir Teheran.

Sejak itu, AS telah mengerahkan lebih banyak aset militer ke Teluk, serta ribuan pasukan lainnya, di samping memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Riwayat Ketegangan AS - Iran

Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)
Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)

Ketegangan Washington - Teheran dipicu oleh langkah pemerintahan Presiden Trump yang mundur dari kesepakatan multilater untuk pengendalian nuklir Iran. AS beralasan, Iran tetap membuat nuklir dan melanggar kesepakatan tersebut.

Usai keluar, AS memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran.

Langkah AS membuat Iran geram. Teheran, yang membantah telah mengembangkan senjata nuklir, menyebut keputusan AS mengganggu instabilitas di Timur Tengah.

Negara lain yang juga penandatangan kesepakatan itu mengimbau agar AS dan Iran kembali ke meja perundingan untuk memperbarui klasul perjanjian.

Donal Trump mengatakan kesepakatan nuklir baru dapat dinegosiasikan dengan Iran "dengan sangat cepat" serta "mempertimbangkan suara semua pihak", namun belum menunjukkan iktikad kapan itu akan segera dilaksanakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya