Liputan6.com, Washington DC - Pada hari Kamis, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecilkan tensi atas penembakan pesawat tak berawak (drone) AS yang dilakukan oleh Iran, dan mengatakan hal itu tampaknya merupakan ketidaksengajaan.
Trump juga menyebut bahwa serangan itu kemunkinan adalah "kesalahan besar" oleh seseorang yang "lalai dan bodoh".
Advertisement
Baca Juga
"Saya merasa sulit untuk percaya itu disengaja," kata Trump kepada wartawan, setelah menerima kunjungan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Gedung Putih.
"Saya pikir itu bisa saja seseorang yang lalai dan bodoh melakukannya," lanjutnya, sebagaimana dikutip dari USA Today pada Jumat (21/6/2019).
Donald Trump juga mengatakan bahwa rakyat AS akan "segera tahu" bagaimana ia berencana untuk merespons serangan terkait.
Di sisi lain, Iran mengklaim telah menembak jatuh drone AS karena memasuki wilayah udara negara itu, tetapi Trump mengatakan hal tersebut terjadi di atas perairan internasional.
"Kami tentu menghargai otoritas wilayah negara lain, dan saya pikir ada orang yang cukup bodoh melihat (drone) itu melewati batas resmi," pungkas Donald Trump.
Â
Â
Saling Meningkatkan Retorika
Insiden Kamis pagi itu meningkatkan ketegangan antara AS dan Iran, serta mendorong pejabat tinggi Pentagon untuk merumuskan opsi tanggapan militer.
Kedua negara telah meningkatkan retorika mereka sejak dua kapal tanker minyak diserang di Teluk Oman pekan lalu. Amerika Serikat menyalahkan Iran atas serangan itu, tetapi Teheran menyangkal tanggung jawab.
Namun, dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, Trump menggambarkan kedua serangan itu "sangat kecil."
Di lain pihak, Iran mengatakan telah menembak drone di pesisir selatan Provinsi Hormozgan, dan menyebut tindakan itu mengirim "pesan yang jelas" bahwa Teheran siap untuk mempertahankan diri dari apa yang dipandangnya sebagai agresi Barat.
Â
Advertisement
Presiden Iran Tidak Ingin Berperang
Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan "tidak akan berperang melawan negara apa pun", setelah AS mengumumkan penambahan 1.000 tentara ke Timur Tengah, menyusul ketegangan yang meningkat di Teluk Oman.
Langkah AS, yang diumumkan oleh pelaksana tugas menteri pertahanan, Patrick Shanahan, datang setelah Washington menyalahkan Teheran atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman, yang menimbulkan kekhawatiran konfrontasi.
Shanahan mengatakan pengerahan pasukan itu untuk "tujuan defensif", mengutip kekhawatiran tentang ancaman dari Iran.
Di lain pihak, Presiden Rouhani menjawab pada hari Selasa, bahwa Iran tidak memiliki keinginan terlibat konflik.
"Iran tidak akan berperang melawan negara mana pun," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan langsung oleh televisi pemerintah. "Mereka yang menghadapi kami adalah sekelompok politikus dengan sedikit pengalaman."