Liputan6.com, Guizhou - Setidaknya 36 orang dilaporkan tewas akibat tanah longsor yang melanda sebuah desa di selatan China pada Selasa 23 Juli 2019 waktu setempat
Media lokal yang dikelola pemerintah juga melaporkan bahwa 15 orang hilang sejak gelombang lumpur mengubur lebih dari 20 rumah di Provinsi Guizhou.
Baca Juga
Pihak berwenang China mengatakan kepada kantor berita Xinhua yang dikutip Senin (29/7/2019), 40 orang lainnya telah diselamatkan dari tanah longsor di wilayah Shuicheng.
Advertisement
Tanah longsor itu terjadi ketika hujan lebat terus menghantam bagian-bagian negara itu.
Dua anak dan seorang ibu dengan bayi dilaporkan di antara korban meninggal dunia, tetapi rinciannya masih belum jelas.
Â
Pengerahan Kendaraan Penggali
Cuplikan dari stasiun penyiaran negara CCTV menunjukkan pekerja penyelamat mengerahkan kendaraan penggali. Mereka menggunakan alat tersebut untuk menggali korban dari gundukan besar tanah yang longsir di desa.
Sebuah sekolah setempat juga telah dikomandoi sebagai pusat medis dan penyelamatan darurat bagi para korban.
Menurut Xinhua, pemerintah dilaporkan telah menyisihkan 30 juta yuan untuk upaya penyelamatan dan relokasi para korban.
Tanah longsor biasa terjadi di daerah pedesaan dan pegunungan di China, terutama setelah hujan lebat.
Bulan lalu, muncul rekaman tanah longsor di Provinsi Fujian di tenggara negara itu.
Beberapa orang lain juga dilaporkan terbunuh dan ribuan orang telah diungsikan dari rumah mereka tahun ini akibat hujan dan banjir.
Advertisement
Hingga 560 Penyelamat Dikerahkan
Sebelumnya, video tanah longsor yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah China, CGTN menunjukkan sisi bukit yang runtuh yang tertutup lumpur tebal dan ekskavator tengah menggali timbunan puing-puing.
Petugas penyelamat yang memakai helm dengan obor terlihat berjuang melewati lumpur tebal saat ambulans menunggu di dekatnya.
"Sekitar 560 penyelamat masih menyisir puing-puing mencari korban. Presiden China Xi Jinping menyerukan penyelidikan cermat terhadap manajemen banjir dan bencana untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut," kata Kementerian Manajemen Darurat melalui situs mikroblogging China, Weibo.