Liputan6.com, Jakarta - Rangkaian kebakaran hutan yang mengkhawatirkan melanda hutan hujan Amazon selama beberapa waktu terakhir tahun ini.
Hutan hujan Amazon adalah hutan tropis terbesar di dunia. Ini adalah daerah dengan hujan lebat yang hampir tidak pernah terbakar dengan sendirinya, namun kobaran api telah membara selama beberapa pekan.
Advertisement
Amazon bukan satu-satunya wilayah yang terbakar. Indonesia juga mengalami apa yang disebut sebagai kebakaran hutan dan lahan selama beberapa minggu terakhir di beberapa titik di Kalimantan dan Sumatera.
Musim kemarau panjang dan metode peladangan dengan cara membakar memperparah kondisi. 'Fenomena ekspor asap dari Indonesia' dikabarkan kembali melanda negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Namun, beberapa wilayah alam lain di belahan dunia turut mengalami bencana kebakaran hutan. Berikut 7 di antaranya, yang terjadi pada kurun waktu beberapa pekan terakhir, seperti dikutip dari Vox dan berbagai sumber, Minggu (8/9/2019).
Simak video pilihan berikut:
1. Alaska, Amerika Serikat
Kebakaran lahan melanda Danau Swan, di Semenanjung Kenai, Alaska sepanjang akhir Agustus hingga awal September 2019. Beberapa titik api dilaporkan masih muncul pada akhir pekan ini.
Api kebakaran hutan sempat memburuk pada minggu-minggu belakangan di daerah Swan Lake. Penyebaran api kebakaran hutan dipicu atmosfer hangat dan kering pada musim panas yang terjadi di daerah tersebut.
Kebakaran hutan dan lahan sudah terjadi dari 5 Juni 2019 yang diduga akibat sambaran petir yang mengenai pepohonan di daerah Danau Swan.
Kobaran api tersebut telah menjadi kebakaran terbesar bagi Alaska dengan luas hingga 161,000 hektar per tanggal 29 Agustus 2019, seperti dilansir accuweather.com.
Asap yang meluas dan kualitas udara yang menurun tetap menjadi perhatian di banyak lokasi yang terdampak kebakaran hutan dan lahan Alaska.
Advertisement
2. Siberia, Rusia
Dikutip dari The Guardian pada Kamis (1/8/2019), sekitar 3 juta hektar lahan di wilayah pusat dan timur Rusia terbakar sejak akhir Juli 2019.
Kebakaran berkecamuk di hamparan luas Siberia selama berhari-hari, membungkus banyak kota dalam asap hitam.
Pemerhati lingkungan telah memperingatkan bahwa skala kobaran api dapat mempercepat pemanasan global, selain dari efek langsungnya terhadap kesehatan penduduk.
Asap pekat telah mempengaruhi pemukiman kecil serta kota-kota di Siberia Barat, wilayah Altai, dan juga dataran tinggi Ural seperti Chelyabinsk dan Yekaterinburg.
Selain itu, banyak jadwal penerbangan dari dan menuju daerah terkait juga dilaporkan terganggu.
Sekitar 2.700 petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk menangani kebakaran, lapor kantor berita Interfax.
Kebakaran itu, yang dipicu oleh badai petir dalam suhu melebihi 30 derajat Celsius, meluas akibat tiupan angin kencang, kata badan kehutanan federal Rusia.
Kebakaran musim panas adalah hal biasa di Rusia, tetapi tahun ini mereka telah menyebar lebih jauh dari biasanya.
Menurut perwakilan Greenpeace lokal, hampir 12 juta hektar hutan telah hancur pada tahun ini, menyebabkan emisi CO2 yang signifikan dan mengurangi kapasitas hutan di masa depan untuk menyerap karbon dioksida.
3. Pulau Canary, Spanyol
Kebakaran hutan terjadi di Kepulauan Canary Spanyol membuat api berkobar 50 meter pada 19 Agustus 2019, memaksa pekerja darurat untuk mengevakuasi lebih dari 8.000 orang, kata pihak berwenang.
Kobaran api itu berpacu melintasi hutan kering ke Taman Alam Tamadaba, yang dianggap sebagai salah satu permata di Gran Canaria, sebuah pulau vulkanik pegunungan di kepulauan Samudra Atlantik di barat laut Afrika, demikian seperti dikutip dari USA Today.
Pejabat pemadam kebakaran setempat mengatakan, pekerja darurat menghadapi api besar dan angin kencang yang meniupkan bara api ke udara, memulai kebakaran sekunder. Suhu musim panas di pulau itu Senin diperkirakan mencapai 36 derajat Celcius.
Kebakaran hutan biasa terjadi di Eropa selatan selama musim panas yang kering, tetapi perubahan kebiasaan dan gaya hidup telah membuat hutan lebih rentan, kata para ahli.
Kepala darurat Gran Canaria, Frederico Grillo mengatakan kebakaran baru-baru ini sekarang jauh lebih buruk - "tidak seperti yang dulu kita miliki" - ketika keluarga bekerja di pedesaan dan hutan dijaga lebih arif, kantor berita swasta Europa Press melaporkan.
Dia mengatakan jika seluruh anggaran tahunan pulau itu digunakan untuk pencegahan kebakaran hutan, masih mungkin untuk membersihkan semak-semak dari 30% dari hutannya dan masih akan ada sejumlah besar daerah yang tidak dapat diakses karena gunung terjal dan jurang yang dalam di pulau itu.
Advertisement
4. Johor, Malaysia
Malaysia tak hanya menjadi 'korban dari dampak kebakaran hutan di Indonesia', namun, wilayah alam di Negeri Jiran juga sempat dilalap api pada 25 Agustus 2019.
Angin kencang dan kemarau selama beberapa hari menyebabkan kebakaran hutan di negara bagian Johor, Malaysia, menyebar ke wilayah seluas 98 hektar, demikian seperti dikutip dari Bernama.
Operasi pemadaman ekstensif dilakukan oleh 79 anggota, termasuk perwira senior dari 10 stasiun pemadam api di Zone 1 Johor dan sebuah stasiun dari Zone 2 Johor.
Selain itu, lima tanker air berkapasitas 20.000 liter digunakan untuk mengangkut air yang diambil dari hidran terdekat untuk memadamkan api.
Kebakaran dipicu karena cuaca kering dan embusan angin kencang di negara bagian itu.
5. Greenland, Denmark
Greenland, teritori Denmark di Arktika, dilanda rangkaian kebakaran hutan pada pertengahan Agustus 2019. Api berkobar sejak awal Juli 2019, dan sempat dilaporkan meluas ke wilayah berpenduduk, demikian seperti dikutip dari Bloomberg.
Pihak berwenang takut bahwa api, jika tidak segera dihentikan, akan terbakar selama musim dingin, menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem di Greenland dan mencairnya es tambahan di daerah yang sudah terkena dampak pemanasan global.
Menurut laporan Juni oleh Pusat Data Salju & Es Nasional Amerika Serikat (NSIDC), "area luas" yang setara dengan sekitar 80 miliar ton Lapisan Es Greenland menghilang selama 10 hari pada bulan itu.
Advertisement
6. California, AS
Tahun 2018 adalah salah satu periode terburuk dalam sejarah California, di mana kebakaran hutan melanda hampir sebagian besar kawasan alam negara bagian AS itu.
Tahun ini kebakaran kembali terjadi namun tidak dalam skala massif jika dibadingkan dengan tahun lalu.
Surat kabar lokal The Sacramento Bee melaporkan bahwa kebakaran hutan melanda Hutan Nasional Plumas di California utara akhir pekan ini, Sabtu 7 September 2019.
Api berkobar di 2.000 hektar pada Jumat pagi, sebelum angin kencang di daerah itu dengan cepat menyebabkan api tumbuh, membakar lebih dari 17.000 hektar pada Jumat malam.
Pada Sabtu pagi, api telah menutupi 24.040 hektar.
"Aktivitas kebakaran meningkat secara substansial karena angin kencang," kata dinas kehutanan.
Angin kencang mendorong sejumlah titik api kecil yang mengancam rumah dan bangunan di daerah itu, tetapi para kru pemadam melawan mereka dan menahan titik api itu, menurut rilis berita.
Tidak ada bangunan yang hancur.
Api membakar sekitar 120 mil timur laut Sacramento.
Evakuasi telah diperintahkan untuk koridor Genesee Valley, area Ward Creek, area Flournoy Bridge, dan Danau Antelope. Genesee Valley Road dan Antelope Lake Road juga telah ditutup. Tidak ada struktur yang hilang.
Lebih dari 500 petugas pemadam kebakaran bersama dengan tanker udara dan sumber daya darat saat ini memerangi kebakaran.
Kabut asap dari kobaran api dilaporkan dapat dilihat dari tempat sejauh Reno.
Kebakaran hutan meletus di daerah pedesaan lainnya di California Utara, termasuk di wilayah Danau dan Butte, menurut dinas kebakaran California, Cal Fire.
7. Queensland, Australia
Api melalap kawasan taman wisata Binna Burra Lodge yang bersejarah di pedalaman Gold Coast pada akhir pekan ini.
Bencana karhutla yang lazim disebut sebagai bushfire (harafiah: kebakaran semak) di Australia itu, dilaporkan masih berlangsung pada Minggu 8 September 2019 pagi waktu setempat.
kobaran api yang ditimbulkan oleh angin kencang menyebabkan kerusakan luas pada lokasi resor, menghancurkan bangunan pondok kayu yang terdaftar sebagai cagar budaya-alam yang telah berdiri sejak tahun 1930-an, demikian seperti dikutip dari ABC Australia, Minggu (8/9/2019).
Rekaman udara menunjukkan kabin kayu dan apartemen Sky Lodge yang baru telah terdampak.
"Tingkat kerusakan di resor Binna Burra cukup ekstrem," kata Walikota Scenic Rim di Gold Coast, Greg Christensen.
"Pondok telah hancur sepenuhnya.
"Mayoritas aset komersial - akomodasi, unit, restoran, dan sebagainya - juga semuanya hancur dan akan ada upaya pemulihan yang signifikan."
Asisten Komisioner Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Queensland Kevin Walsh mengatakan akses telah menghambat kemampuan awak pemadam untuk menyelamatkan situs tersebut.
"Masalah utama dengan pondok adalah bahwa hanya ada satu jalan masuk dan satu jalan keluar," katanya.
Masyarakat di negara bagian Queensland, terutama di bagian tenggara, selatan, dan tengah sedang bersiap menghadapi kemungkinan kebarakan terburuk di bulan September dalam enam tahun terakhir.
Biro Meteorologi Australia (BOM) mengatakan beberapa daerah di bagian selatan akan mengalami kebakaran besar sepanjang hari.
Diperkirakan kebakaran ekstrem ini akan terjadi di Maranoa dan Warrego, serta distrik Darling Downs dan Granite Belt.
Sebelumnya, kebakaran parah juga diperkirakan di terjadi di Central Highlands dan Coalfields, Wide Bay, Burnett serta pantai tenggara.
Peringatan bahaya kebakaran belum pernah terjadi sebelumnya di bulan September.
Pejabat dari Layanan Kebakaran dan Darurat Queensland (QFES) Mike Wassing mengatakan para petugas telah bersiap dengan kondisi yang sangat mirip terjadi Queensland Tengah di bulan November 2018 lalu.
Advertisement