Pilpres Afghanistan Dibayangi Ancaman Serangan Taliban

Gerilyawan Taliban mengancam akan mengganggu momen pemilihan presiden di Afghanistan, meski didesak bantuan PBB untuk tak menyerang sipil.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2019, 13:50 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2019, 13:50 WIB
Tentara Afghanistan dalam perang melawan Taliban (AP/Rahmat Gaul)
Tentara Afghanistan dalam perang melawan Taliban (AP/Rahmat Gaul)

Liputan6.com, Peshawar - Afghanistan akan melangsungkan pemilihan presiden pada Sabtu 28 September 2019. Kelompok Taliban di sana mengeluarkan ancaman untuk mengganggu gelaran tersebut.

Ancaman tersebut diluncurkan meskipun misi bantuan PBB mendesak pemberontak itu agar tak menyerang warga sipil Afghanistan dalam menjalankan hak demokrasinya.

"Emirat Islam, nama yang dipakai oleh Taliban, memerintahkan semua pejuangnya untuk menghambat proses pemilihan ini dengan menggunakan segala cara," kata kelompok Taliban.

Pernyataan itu menyerukan supaya warga Afghanistan tinggal di rumah masing-masing untuk menghindari risiko cedera.

Taliban telah mengklaim beberapa serangan yang berhubungan dengan pemilu itu, termasuk di propinsi Parwan yang menewaskan 30 orang dan melukai lebih dari 50 lainnya dalam rapat umum yang diadakan oleh Presiden Ashraf Ghani.

Serangan Sebelumnya

Pasukan Komando Elite Afghanistan memerangi Taliban. (AFP)
Pasukan Komando Elite Afghanistan memerangi Taliban. (AFP)

Serangan Taliban belum lama ini mengguncang sebuah kantor intelijen Afghanistan di Provinsi Zabul, menghancurkan sebuah rumah sakit yang terletak didekatnya dan menewaskan 25 warga sipil.

Sebuah laporan BBC mendapati bahwa rata-rata 74 warga sipil terbunuh tiap hari di Afghanistan dalam bulan Agustus saja.

“Kami bisa mengukuhkan bahwa terjadi 611 serangan yang menewaskan 2.307 orang,” kata laporan BBC itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya