Liputan6.com, Jakarta - Tujuh orang Indonesia, baru-baru ini, diduga tengah ditahan di Kabul, Afghanistan setelah menyeberang dari Iran. Mereka ditahan karena dituding hendak bergabung dengan kelompok radikal/ekstremis lokal.
Kabar itu diungkap seorang narasumber diskusi terorisme Indonesia, Kamis (26/9/2019).
Baca Juga
Ia mengklaim telah memahami informasi bahwa "sekarang, tujuh orang Indonesia ditahan di Kabul setelah mencoba melintas dari Iran untuk menuju Afghanistan," kata narasumber itu yang berbicara dalam sarat anonimitas. Ia tidak memberikan perincian serta menolak permintaan jurnalis untuk mengelaborasi lebih lanjut.
Advertisement
Liputan6.com telah mencoba mengonfirmasi informasi tersebut kepada Direktorat Perlindungan WNI/Kementerian Luar Negeri RI.
"Kami masih verifikasi dengan KBRI Teheran dan KBRI Kabul," kata pejabat dari direktorat tersebut.
KBRI Teheran di Iran dan KBRI Kabul di Afghanistan juga telah dihubungi via pesan singkat. Namun, belum memberikan jawaban.
Simak video pilihan berikut:
Afghanistan Jadi Magnet Baru?
Narasumber yang sama menjelaskan, Afghanistan kini menjadi magnet bagi para simpatisan radikalisme/ekstremisme, sebagaimana Suriah dan Irak saat masih 'terinfeksi' ISIS.
"Afghanistan telah menjadi magnet seperti Suriah, tapi dalam skala yang lebih kecil," jelas narasumber itu.
"Salah satu penariknya adalah mitos tentang kiamat dan perang akhir zaman di Afghanistan --sebuah mitos serupa yang telah menarik banyak orang pergi ke Suriah (pada masa 'kejayaan' ISIS)."
Kelompok radikal/ekstremis afiliasi ISIS di Afghanistan, atau ISIL-KP (Islamic State of Iraq and the Levant Khorasan Province) diduga masih aktif di negara tersebut.
Mereka beroperasi di wilayah historis Greater Khorasan, yang meliputi Iran timur laut, Afghanistan, dan Pakistan barat. Namun, sejumlah laporan menyebut bahwa aktivitas mereka kini berpusat di Afghanistan timur dan perbatasan Pakistan.
Narasumber anonim itu menjelaskan bahwa saat ini ada "jaringan sel kecil di Afghanistan yang diduga terhubung dengan kelompok radikal/ekstremis di kawasan Indonesia-Malaysia-Filipina."
"Sel kecil di Afghanistan itu diduga memiliki keterhubungan dengan jaringan yang mendalangi teror bom gereja di Jolo, Sulu, Filipina selatan pada Januari 2019," ujarnya.
Dalam materi pemaparannya, narasumber itu juga menjelaskan bahwa sel-sel simpatisan ISIS dari Indonesia "telah memindahkan aset mereka ke Afghanistan", menjustifikasi wilayah Khorasan di sana sebagai pusat aktivitas baru mereka dengan mengutip salah satu hadis.
Informasi ini belum bisa terkonfirmasi.
Advertisement