Liputan6.com, Washington DC - Pemerintah AS membuka penyelidikan terhadap TikTok terkait isu keamanan nasional. Aplikasi video media sosial buatan China ini, ByteDance Technology Co., telah mengakuisisi aplikasi media sosial AS, Musical.ly, demikian diungkapkan tiga orang sumber.
Akuisisi senilai US$ 1 miliar tersebut selesai pada dua tahun lalu. Anggota parlemen AS menyerukan dalam beberapa pekan terakhir agar intelijen melakukan penyelidikan terhadap TikTok, karena adanya kekhawatiran perusahaan China melakukan sensor atas konten yang sensitif secara politik.
Baca Juga
TikTok menjadi lebih populer di kalangan remaja AS di saat meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing karena perang dagang dan persaingan teknologi. Sekitar 60% dari 26,5 juta pengguna aktif bulanan TikTok di AS berusia antara 16 dan 24 tahun.
Advertisement
Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) mulai meninjau kesepakatan Musical.ly, kata sumber tersebut, yang dikutip dari VOA Indonesia, Senin (4/11/2019). TikTok tidak meminta izin dari CFIUS ketika mengakuisisi Musical.ly, sehingga memberikan ruang bagi AS untuk melakukan penyelidikan.
CFIUS sedang melakukan pembicaraan dengan TikTok tentang langkah-langkah yang bisa diambil untuk menghindari pelepasan aset Musical.ly, kata sumber itu lagi. Detail pembicaraan terkait, yang disebut oleh CFIUS sebagai mitigasi, tidak dapat dipelajari.
"Meskipun kami tidak dapat mengomentari proses regulasi yang sedang berlangsung, TikTok telah menjelaskan bahwa kami tidak memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada mendapatkan kepercayaan pengguna dan regulator di AS," uajr salah seorang juru bicara TikTok.
"Bagian dari upaya itu adalah termasuk bekerja dengan Kongres dan kami berkomitmen untuk melakukannya," imbuh dia yang namanya enggan disebut.
Sementara itu, juru bicara Departemen Keuangan AS menyebut, secara hukum, informasi yang diajukan CFIUS tidak boleh diungkapkan kepada publik.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Dikritik Bos Facebook
Pekan lalu, Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer dan Senator Tom Cotton mengirimkan sepucuk surat kepada Joseph Macguire, penjabat direktur intelijen nasional, untuk melakukan penyelidikan keamanan nasional.
Mereka khawatir tentang pengumpulan data pengguna platform berbagi video, dan apakah konten sensor China dilihat oleh pengguna AS.
Pada Jumat, Schumer menyambut berita penyelidikan dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email. Ia mengatakan, "Validasi dari keprihatinan kami bahwa aplikasi seperti TikTok dapat menimbulkan risiko serius bagi jutaan orang Amerika dan pantas mendapatkan pengawasan yang lebih besar."
TikTok memungkinkan pengguna untuk membuat dan berbagi video pendek dengan efek khusus. Perusahaan mengatakan data pengguna AS disimpan di negara tersebut, namun para senator mencatat ByteDance diatur oleh hukum China.
TikTok juga menggarisbawahi China tidak memiliki yurisdiksi atas konten aplikasi, yang tidak beroperasi di China dan tidak dipengaruhi oleh pemerintah asing.
CEO Facebook Mark Zuckerberg, yang produknya bersaing dengan TikTok, pun ikut mengkritik TikTok karena masalah sensor.
Amerika Serikat semakin meneliti pengembang aplikasi atas data pribadi yang mereka tangani, terutama jika beberapa di antaranya melibatkan personel militer atau intelijen AS.
Perusahaan gim China, Beijing Kunlun Tech Co Ltd, menyampaikan pada Mei tahun ini pihaknya akan berusaha untuk menjual aplikasi kencan gay, Grindr, setelah CFIUS mendekatinya dengan masalah keamanan nasional.
Tahun lalu, CFIUS memaksa Ant Financial China untuk membatalkan rencana untuk membeli MoneyGram International Inc karena kekhawatiran tentang keamanan data yang dapat mengidentifikasi warga AS.
Advertisement
Harus Melalui Administrator
Selain itu, panel juga memaksa Oceanwide Holdings dan Genworth Financial Inc untuk bekerja melalui administrator data pihak ketiga AS agar memastikan perusahaan China tidak dapat mengakses data pribadi pelanggan perusahaan asuransi AS.
ByteDance adalah salah satu startup paling cepat berkembang di China. Ini memiliki agregator berita terkemuka di negara itu, Jinri Toutiao, serta TikTok yang telah menarik perhatian selebritas, seperti Ariana Grande dan Katy Perry.
Analis menyebut ByteDance sebagai ancaman kuat bagi perusahaan industri teknologi China lainnya, termasuk media sosial dan raksasa gim, Tencent Holdings Ltd dan pemimpin mesin pencari, Baidu Inc.
Secara global, aplikasi ByteDance memiliki 1,5 miliar pengguna aktif bulanan dan 700 juta pengguna aktif harian, kata perusahaan itu pada Juli kemarin.
Startup China berusia tujuh tahun tersebut membukukan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk paruh pertama 2019 di atas US$7 miliar, kata sumber.Â