HEADLINE: Jurus China Lawan Virus Corona, dari Obat Tradisional hingga Rumah Sakit Kilat

Seperti proyek Roro Jonggrang. Sebuah bangunan rumah sakit khusus pasien Virus Corona berdiri di Wuhan, China, dalam waktu 9 hari.

oleh Raden Trimutia HattaBenedikta Miranti T.VTommy K. Rony diperbarui 05 Feb 2020, 00:02 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 00:02 WIB
Ilustrasi Peta Dunia China
Ilustrasi peta dunia China. (Liputan6/AVCJ)

Liputan6.com, Jakarta - Cepat bagai kilat. Seperti proyek Roro Jonggrang, sebuah bangunan rumah sakit khusus pasien Virus Corona berdiri di Wuhan, China, dalam waktu 9 hari.

Proyek rumah sakit bernama Houshenshan yang berarti Gunung Dewa Api itu hanyalah salah satu jurus pemerintah China melawan wabah Virus Corona jenis baru. Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian menyampaikan sejumlah langkah yang telah dilakukan pemerintah China sejauh ini dalam upaya menangani virus mematikan bernama 2019-nCoV tersebut.

Sejak pertama kali Virus Corona menyebar, Presiden Xi Jin Ping memimpin dan mengkoordinasikan langsung langkah serta upaya memerangi wabah tersebut. Pada 25 Januari tepat pada Hari Raya Tahun Baru Imlek, ia memimpin Rapat Anggota Tetap Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok.

Dalam pertemuan tersebut, telah diputuskan bahwa pemerintah akan mendirikan Leading Group untuk mengelola epidemi Virus Corona. Langkah komprehensif yang dilakukan pemerintah termasuk mengirimkan tim pengarah ke Provinsi Hubei dan beberapa daerah yang relatif serius kondisinya.

Keputusan ini berarti sangat penting untuk mempersatukan kekuatan dari berbagai pihak sebagai langkah bersama agar dapat melakukan usaha pencegahan dan pengendalian wabah.

Atas perintah Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Keqiang juga telah bertolak ke Wuhan untuk meninjau dan memberikan arahan tentang upaya pencegahan dan pengendalian virus. Dia bertemu dengan penyakit dan tenaga kesehatan yang ada di garda terdepan dalam melawan wabah.

"Yang pertama adalah yang paling komprehensif. Tiongkok telah membangun sistem pencegahan dan pengendalian multiarah dan multilevel dari pusat hingga daerah dengan fokus pada Kota Wuhan dan Provinsi Hubei," ujar Dubes Qian di kediamannya, Jakarta, Selasa, 4 Februari 2020.

Saat ini, 31 munisipalitas (kabupaten) maupun daerah otonomi di Daratan Tiongkok telah mengaktifkan mekanisme respons tertinggi terhadap serangkaian darurat kesehatan masyarakat. Serangkaian langkah telah diambil pada tingkat pusat, antara lain perpanjangan liburan tahun baru Imlek, pembatasan pergerakan orang, perkuatan pengendalian lalu lintas, alokasi sumber daya medis secara seragam, pengendalian kegiatan berskala besar, serta penerapan kebijakan subsidi kepada pasien.

Sedangkan pada tingkat lokal, pemerintah telah mengambil langkah-langkah seperti mengalihkan fokus pada komunitas, menetapkan dan mengimplementasikan tindakan pencegahan dan pengendalian Virus Corona bagi masyarakat.

Salah satu hal yang selalu ditekankan pemerintah juga adalah mencegah adanya perkumpulan massal, mengontrol kegiatan pertemuan publik, pemantauan dan deteksi wabah serta perlindungan keamanan diri pribadi dan lainnnya.

Selanjutnya adalah yang paling ilmiah. Dubes Xiao menyampaikan bahwa pemerintah telah melakukan penelusuran penyakit, mengorganisasi para ahli untuk mengidentifikasi patogen dalam waktu singkat, menetapkan pedoman diagnosis dan pengobatan serta skema pemantauan darurat.

Tak hanya itu, lantaran Tiongkok dikenal sebagai tempat pengobatan tradisional yang diandalkan, maka otoritas kesehatan pun juga memperkuat perawatan medis dengan mengintegrasikan pengobatan tradisionai Tiongkok dan Barat.

Kelompok ilmiah Tiongkok terus mengintensifkan penelitian ilmiah dan membentuk kelompok ahli penelitian ilmiah nasional yang berfokus pada penelitian ilmiah dan teknologi dalam penelusuran virus, pemilihan obat, penceganan dan pengobatan obat Tiongkok, perawatan atas kasus parah, serta penelitian dan pengembangan vaksin.

"Yang keempat adalah yang paling transparan. Otoritas kesehatan memberi pengumuman dan penjelasan secara baik," tambah Dubes Xiao.

Ia menjelaskan secara teknis, setiap harinya sebelum jam 8 pagi, Komisi Kesehatan Nasional secara seragam mengumumkan data wabah pada hari sebelumnya, situasi wabah, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian. Mereka juga secara ilmiah mempublikasikan pengetahuan pencegahan wabah, mengumumkan daftar rumah sakit dan klinik yang ditunjuk untuk pasien yang terinfeksi di tingkat kabupaten.

Hingga Selasa 4 Februari, tercatat 425 pasien Virus Corona dilaporkan meninggal dunia. Jumlah itu meningkat 64 orang dari hari sebelumnya.

Tambahan jumlah korban jiwa itu semuanya berasal dari Provinsi Hubei, pusat wabah Virus Corona. Sebanyak 46 orang meninggal di Ibu Kota Provinsi Hubei, Wuhan.

Di seluruh China pada Senin 3 Februari, ada 3.235 orang lagi yang dipastikan terinfeksi, sehingga jumlah total pengidap Virus Corona sejauh ini mencapai 20.438 orang.

Sementara itu, sebanyak 632 pasien yang terjangkit Virus Corona baru telah diizinkan pulang dari rumah sakit setelah dinyatakan sembuh, demikian diumumkan otoritas kesehatan China, seperti dilansir Xinhua.

Infografis Perjuangan China Perangi Wabah Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

Ilmuwan mikrobiologi LIPI Sugiyono Saputra mengakui ada beberapa kebijakan pemerintah China yang dapat dipetik Indonesia dalam mencegah penyebaran Virus Corona. Salah satunya mengkarantina turis-turis yang pernah ke China, tak hanya WNI.

"Yang pertama karantina orang-orang dari sana, terutama yang berasal dari daerah Wuhan. Sebetulnya menurut hemat saya tidak hanya warga Indonesia dari sana, tetapi turis sebetulnya berpotensi. Kita enggak tahu mungkin mereka membawa virus Corona, tetapi tidak membawa gejala, makanya mungkin tidak melalui proses screening yang tepat," ujar Sugiyono kepada Liputan6.com, Selasa (4/2/2020).

Sebagai catatan, kasus-kasus Virus Corona di luar China banyak yang terkait warga China yang pernah berkunjung ke Wuhan. Contohnya seperti kasus di Prancis dan Singapura.

Selain itu, ia juga berharap agar alat pendeteksi Virus Corona yang dipesan dari luar negeri dapat segara digunakan. Sebab, media Australia sempat memberitakan cara deteksi Virus Corona di Indonesia masih memakai metode yang butuh berhari-hari.

Sugiyono juga menjelaskan tiga kebijakan pemerintah China yang menurutnya patut diacungi jempol. Salah satunya penghentian perdagangan satwa liar yang diduga asal muasal dari Virus Corona.

"Memang telah dicurigai Coronavirus ini berasal dari satwa liar, dari kelelawar, jadi pemerintah China sudah swtop perdagangan satwa liar," ujar Sugiyono yang seorang pakar mikrobiologi yang mempelajari zoonosis. Sebelum ini, virus SARS dan MERS juga menular dari hewan.

"Jadi pemerintah China sudah setop menghentikan sementara perdagangan satwa liar yang menjadi asal mula outbreak coronavirus itu," ucapnya.

Dua hal lain yang disambut positif oleh Sugiyono adalah karantina total di China, serta pembangunan rumah sakit Houshenshan untuk pasien Virus Corona yang hanya memakan waktu beberapa hari.

"Terkait pembangunan rumah sakit saya kira itu wow sekali bagiamana mereka antisipasi penangangan yang kena wabah itu," ia memungkasi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Obat Tradisional dan Rumah Sakit Kilat

Rumah Sakit Huoshenshan
Foto udara menunjukkan rumah sakit Huoshenshan yang berarti Gunung Dewa Apidi Wuhan, provinsi Hubei, China pada Minggu (2/2/2020). Rumah sakit ini adalah salah satu dari dua fasilitas khusus yang dibangun untuk membantu mengatasi wabah Virus Corona tersebut. (Photo by STR / AFP)

Virus Corona yang tengah mewabah sekaligus mematikan di China menimbulkan ketakutan bagi seluruh dunia. Pasalnya, kini sudah ada 20.589 laporan kasus Virus Corona yang dikonfirmasi dan 425 kasus kematian.

Namun, penting untuk diketahui juga bahwa sudah ada 632 pasien yang telah dikonfirmasi sembuh dan diperbolehkan pulang. 

Berkaca dari fakta tersebut, lantas apa saja langkah yang sudah dilakukan China dalam menyembuhkan para pasien di sana? 

Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, mengatakan bahwa sejak wabah Virus Corona pertama kali menyebar, para ahli-ahli dari Tiongkok pun terus melakukan penelitian terkait asal-usul dari virus tersebut.

Berdasarkan penelitian pusat pengendalian penyakit China, virus ini berkemungkinan besar berasal dari binatang liar, yaitu kelelawar. Namun, ia kemudian menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut masih harus terus dilakukan.  

Ahli-ahli di China saat ini masih berupaya keras untuk menemukan obat yang bisa membunuh virus tersebut.

"Untuk sementara, ahli-ahli di Tiongkok sedang mengkombinasikan cara-cara tradisional Tiongkok dan Barat supaya mereka secepatnya menemukan vaksin dan obat terkait. Kami sangat berharap bahwa ini bisa datang lebih awal," papar Dubes Xiao. 

"Menurut saya kalau detail tentang langkah pengobatan dan obat yang digunakan mungkin harus dijawab ahli-ahli di negara kami..... Saya juga sudah tahu bahwa baik cara tradisional Tiongkok dan cara Barat, mereka masing-masing mendapat progres yang cukup bagus," tambahnya lagi. 

Saat ini, laboratorium nasional China juga telah melakukan langkah penelitian secara ilmiah. Mereka telah mengisolasikan tiga strain virus yang nantinya bisa saja digunakan menjadi bahan vaksin. 

Selain itu, institut terkait di Akademi Ilmu Pengetahuan China juga sudah menyaring beberapa obat yang bisa menghambat perkembangan Virus Corona. 

Walaupun Virus Corona telah menjadi epidemi dan tengah mewabah tak hanya di China, bahkan ke negara lainnya, pemerintah Tiongkok masih yakin sepenuhnya bahwa mereka dapat melawan virus ini. 

"....Kami sepenuhnya memiliki kemampuan, kepercayaan diri, dan sumber daya untuk memenangkan perjuangan pencegahan dan pengendalian wabah virus Corona secepat mungkin," kata Dubes Xiao.

Wabah virus Corona kini tak hanya menjadi musuh bagi China, tapi juga dunia. Maka dari itu, pemerintah Tiongkok mengharapkan adanya kerja sama yang erat antar komunitas internasional dalam mendukung usaha pencegahan dan pengendalian wabah virus.

Pemerintah Tiongkok juga kemudian mengajak semua pihak untuk terus menjaga keamanan kesehatan masyarakat regional maupun dunia berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional dan rekomendasi dari WHO. 

Selain itu, pemerintah China juga telah berhasil menyelesaikan Rumah Sakit Huoshenshan dalam waktu sembilan hari di Wuhan. Dokter dari militer Tiongkok akan mengurus pengoperasian RS anyar khusus merawat pasien Virus Corona.

Melansir media pemerintah China CGTN, RS yang selesai dalam sembilan hari itu langsung kedatangan pasien pada Senin, 3 Februari. Bangunan dua lantai ini awalnya dikabarkan berdiri di atas lahan seluas 25 ribu meter persegi. Namun, media China kini menyebut 34 ribu meter persegi.

Proyek RS ini resmi dimulai pemerintah China pada 25 Januari lalu dan selesai pada 2 Februari. Pembukaan RS Huoshenshan akan diikuti kehadiran RS Leishenshan yang dijadwalkan selesai dibangun pada 5 Februari dan digunakan pasien sehari setelahnya. 

RS Leishenshan juga akan digunakan untuk menangani pasien Virus Corona dan sudah memasuki tahap akhir pembangunan. Kapasitas RS Leishenshan akan lebih besar yakni dengan 1.500 ranjang pasien, sementara RS Huoshenshan memiliki 1.000 tempat tidur.

Pembangunan dua RS itu terinspirasi dari RS Xiaotangshan yang dibangun pemerintah China untuk menghentikan wabah SARS pada awal 2000-an.

Wakil Premier China Sun Chunlan telah menginspeksi RS Huoshenshan pada hari Minggu kemarin waktu setempat. Ia meminta agar pemerintah pusat dan daerah bisa bekerja sama agar menang melawan Virus Corona.

"Dengan dukungan pemerintah dan rakyat, kita yakin akan memenangi perang tanpa asap ini," ujarnya.

Dokter spesialis paru Faisal Yunus menilai, Indonesia tak perlu berlebihan merespons Virus Corona. Menurut dia, kondisi di Indonesia masih sangat berbeda dari di China. 

"Di China itu kan banyak banget kasusnya dan semuanya ada di China. Kalau di Indonesia kan belum ada kasus jadi kita berjaga-jaga saja," ujar Faisal kepada Liputan6.com.

Ia berkata Indonesia pun tak perlu menyemprot disinfektan ke kendaraan umum seperti di China, sebab kasus di China memang banyak, yakni sudah kisaran 20 ribu kasus positif Virus Corona.

"Enggak perlu. Kita enggak ada kasusnya. Buat apa? Kalau dia (China) kan banyak," ucap Faisal yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

"Kita kan belum ada satu pun kasusnya. Malaysia saja cuman satu. Itu juga orang yang pulang dari China. Filipina meninggal satu yang pulang Imlek ke China terus meninggal," jelas Faisal yang menyebut TBC lebih parah dari Virus Corona Wuhan.

Lebih lanjut, Indonesia juga tidak perlu membangun RS kilat seperti di China. Di China, RS Houshenshan selesai dalam waktu beberapa hari saja untuk mengurus pasien Virus Corona.

"Enggak usah. Kita sudah ada rumah sakitnya. Rujukannya, RS Persahabatan ada. Sulianto Saroso sudah menjadi rumah sakit rujukan. Kita sudah pengalaman dulu waktu SARS juga begitu. SARS juga ada di China, Indonesia enggak ada satu pun yang kena," ujar Faisal yang menegaskan tak perlu ada kepanikan.

Gandeng Pemburu Virus

Situasi Wuhan Saat Diisolasi Akibat Virus Corona
Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Seorang pakar yang dikenal sebagai salah satu pemburu virus terkemuka di dunia bekerja sama dengan para ilmuwan dan pejabat kesehatan masyarakat di China untuk mengembangkan strategi guna memperkuat ilmu pengetahuan dasar yang diperlukan dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh wabah Virus Corona baru.

Ian Lipkin, profesor di bidang epidemiologi sekaligus Direktur Pusat Infeksi dan Imunitas di Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman Universitas Kolombia, menyampaikan kepada Xinhua dalam sebuah wawancara tertulis bahwa dirinya sedang mempercepat kerja sama dengan para ilmuwan China.

"Ilmuwan dari seluruh dunia, dan khususnya dari Amerika Serikat, ingin bekerja bergandengan tangan dengan para ilmuwan China untuk menciptakan vaksin, obat, uji diagnostik untuk mengatasi wabah ini, serta mengurangi kematian dan penyakit di kalangan warga China," tuturnya.

Berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam diagnostik, penemuan mikroba dan respons wabah, Lipkin yang diakui internasional sebagai ahli dalam penggunaan metode-metode molekuler untuk penemuan patogen mengatakan bahwa kemunculan wabah ini bertepatan dengan Tahun Baru Imlek sehingga perjalanan aktif yang berkaitan dengan musim liburan tersebut memperumit upaya pembatasan penyebaran virus.

Pada puncak wabah SARS 2003 lalu, Lipkin diundang oleh para pejabat dan ilmuwan senior China untuk mengevaluasi kondisi wabah, mengidentifikasi celah ilmu pengetahuan, serta mengembangkan strategi guna membatasi penyebaran virus dan menekan angka penyebaran maupun kematian.

Pada 2016, Lipkin dianugerahi penghargaan China International Science and Technology Cooperation Award.

Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 30 Januari menetapkan status wabah Virus Corona baru ini sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern(PHEIC), Lipkin mengatakan status tersebut seharusnya tidak dianggap menyiratkan kritik terhadap para ilmuwan, petugas kesehatan dan pejabat pemerintah China.

"Status itu merupakan cara untuk menyatakan keseriusan ancaman virus ini bagi kesehatan masyarakat," ujarnya.

Kronologi Wabah Virus Corona

Seorang pasien yang dinyatakan sembuh dipulangkan dari Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Nanchang di Nanchang, Provinsi Jiangxi, China timur, pada 27 Januari 2020. (Xinhua/Wan Xiang)
Seorang pasien yang dinyatakan sembuh dipulangkan dari Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Nanchang di Nanchang, Provinsi Jiangxi, China timur, pada 27 Januari 2020. Dia merupakan pasien coronavirus pertama yang sembuh di Provinsi Jiangxi. (Xinhua/Wan Xiang)

Dikutip dari laman The Telegraph, berikut kronologi penyebaran virus Corona yang mulanya berasal dari Wuhan:

31 Desember 2019: Komisi Kesehatan Publik Wuhan melaporkan sebuah wabah penyakit mirip pneumonia merebak dengan 27 kasus dipastikan positif. Pemerintah kemudian mengungkap gejala awal virus ini sudah muncul sejak awal Desember, terutama di sekitar Pasar Makanan Laut Huanan, Wuhan.

9 Januari 2020: Ilmuwan mengidentifikasi sebuah virus baru sebagai penyebab wabah penyakit ini. Penularannya disebabkan virus corona jenis baru, mengingatkan orang akan wabah SARS yang menyebar dari China pada 2002. Virus corona bisa menulari baik hewan dan manusia, tapi jenis baru ini belum diidentifikasi menular antar-manusia.

12 Januari 2020: Pemerintah mengumumkan kematian pria 61 tahun dari Wuhan yang terjangkit virus corona tiga hari sebelumnya.

13 Januari 2020: Kasus pertama di luar negeri tercatat di Thailand.

16 Januari 2020: Kasus serupa terjadi di Jepang, yang pertama di negara itu.

20 Januari 2020: Virus corona menyebar. Dua pasien lagi terbukti positif di luar China, Korea Selatan dan Taiwan.

Sepekan setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ada kemungkinan penularan bisa terjadi antar-manusia, ahli kesehatan di China membenarkan virus itu menyebar dari manusia ke manusia.

21 Januari 2020: Amerika Serikat mengumumkan kasus pertama, seorang pria berusia 30-an tahun dari Negara Bagian Washington, yang baru pulang dari Wuhan.

22 Januari 2020: China mengatakan virus ini mampu beradaptasi dan bermutasi. Orang asing kedua terinfeksi di China--seorang warga Thailand. Kini ada empat kasus di Thailand.

23 Januari 2020: China mengumumkan tiga kota dikarantina, sekitar 20 juta warga dilarang keluar.

25 Januari: Dokter Liang Wudong (62) yang bertugas di Rumah Sakit Hubei Xinhua Wuhan, juga dikabarkan meninggal dunia karena vrus corona. Informasi itu disampaikan lewat pemberitaan stasiun televisi China Global Television Network.

Pemerintah Malaysia mengumumkan empat orang dipastikan terinfeksi virus corona.

26 Januari: 56 orang meninggal di China karena virus corona. Lebih dari 2000 lainnya terinfeksi

27 Januari: Korban meninggal dunia bertambah menjadi 80 orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya