Jakarta - Di saat negara dan kota tercerabik perang, hal terakhir yang dipikirkan oleh banyak orang adalah nasib para hewan di kebun binatang. Padahal, mereka juga terjebak di tengah konflik. Dari Mosul, Aleppo, Kosovo, hingga Kairo, Amir Khalil seorang dokter hewan yang bekerja di organisasi kesejahteraan hewan Four Paws International telah menghabiskan 25 tahun dalam hidupnya untuk menyelamatkan hewan dari situasi konflik.
Dokter heroik tersebut menyebutkan bahwa setiap misi yang ia jalani tidak mudah.
"Bagi saya setiap misi tidak mudah, saya telah banyak menghadapi situasi yang membahayakan nyawa. Di Kosovo, saya melihat orang-orang dibunuh di depan mata saya sendiri. Pistol juga pernah diarahkan ke kepala saya," ujarnya seperti dikutip dari DW Indonesia, Selasa (25/2/2020).Â
Advertisement
Dari pengalamannya tersebut ia menyadari bahwa dalam aksi penyelamatan hewan yang dilakukan di daerah konflik, emosi dan kemauan bukan menjadi hal satu-satunya yang diperlukan. Namun juga diperlukan adanya kemampuan, kapabilitas serta pelatihan yang memadai.Â
"Kami bukan koboi yang pergi ke zona perang atau konflik. Keselamatan tim adalah yang utama, kedua, dan ketiga. Dan pelatihan sangat penting," ungkapnya.Â
"Meski bukan tim militer, kami harus bekerja sangat profesional untuk mengamankan setiap langkah, kami juga harus punya skenario untuk melarikan diri. Membawa masuk dan keluar tim adalah prioritas utama. Yang kedua, tentu saja, mengeluarkan hewan dengan selamat," katanya lagi menjelaskan mekanisme penyelamatan yang ia lakukan.
Amir Khalil menceritakan salah satu pengalamannya dalam misi di Aleppo. Ketika sedang dalam misi tersebut, kebun binatang yang ia kunjungi diserang bom sebanyak dua kali. Hal tersebut membuat ia beserta timnya tak mampu berbuat banyak. Dari 600 hewan yang ada di sana, mereka hanya bisa menyelamatkan 13 ekor. Sedangkan dari 84 hewan di kebun binatang Mosul, Amir hanya berhasil menyelamatkan dua hewan, seekor singa dan beruang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kondisi Hewan di Wilayah Konflik
Dokter Amir menceritakan bahwa semua hewan yang ia dan timnya, Four Paws selamatkan mengalami trauma. Lantaran hewan-hewan tersebut kerap mengalami hal-hal mengerikan seperti jatuhnya rudal yang membuat kawan atau pasangan mereka mati di depan mata mereka, atau ketika ada penembakan, helikopter yang menjatuhkan bom fosfor sehingga membuat mereka mati akibat bahan bakar kimia.
"Di daerah perang, seekor hewan bisa tidak makan selama tiga hingga empat minggu, bahkan ada yang sampai 50 hari. Di Mosul, hewan-hewan ini mulai saling memakan satu sama lain. Jadi, ada singa betina memakan singa jantan. Singa itu kemudian lapar lagi, tetapi dia tidak memakan anaknya. Singa betina itu baru saja mati. Dan anaknya, singa Simba, berhasil kami selamatkan," katanya sambil menceritakan keadaan para hewan yang mengenaskan.Â
Ia juga menjelaskan hewan membutuhkan banyak waktu untuk tahu bahwa mereka telah berada di tempat yang damai, kadang-kadang bisa butuh satu atau dua tahun. Seiring waktu dan perhatian dari tim yang berkualitas, kondisi hewan secara fisik dan mental meningkat pesat.
Namun, ketika berada di tempat penyelamatan yang aman, tak membuat mereka kehilangan rasa trauma itu.Â
"Tetapi kadang-kadang, ketika ada sebuah helikopter melintas di atas kepala mereka, hewan-hewan ini kembali gelisah dan berpikir mereka kembali ke daerah konflik. Mereka pun lari dan bersembunyi. Bahkan ketika mereka sebenarnya berada di tempat perlindungan yang aman," tambah Amir.Â
Advertisement
Ribuan Hewan Telah Berhasil Diselamatkan
Berbagai peristiwa bencana selain perang seperti badai, banjir, gempa bumi serta kebakaran telah dilalui oleh Dokter Amir beserta timnya.Â
"Di Mesir, selama revolusi semua orang sibuk di Lapangan Tahrir di Kairo. Banyak orang lupa ada lebih dari 40.000 keluarga yang tinggal di sekitar piramida dan bergantung pada sektor pariwisata. Mereka memiliki kuda dan unta. Pada minggu pertama revolusi, lebih dari 250 hewan milik warga di sana mati kelaparan," kata Amir.Â
Four Paws International saat itu memasok makanan dan obat-obatan untuk 3.000 hewan selama tiga bulan. Dan mereka terus memberikan bantuan setelahnya.Â
Misi di Lebanon
"Saya berada di Lebanon, tempat berlangsungnya banyak demonstrasi dalam beberapa bulan terakhir. Saya mengunjungi beberapa kebun binatang pribadi di selatan Lebanon. Hewan-hewan di sana sangat menderita," kata Dokter Amir menjelaskan misi terbarunya
Four Paws membantu mereka dengan cara menyuplai makanan dan obat-obatan dan berharap dalam waktu dekat dapat memindahkan hewan-hewan ini ke tempat yang aman. Namun, pada akhirnya tidak ada makanan, tidak ada dana, dan tidak ada obat untuk para hewan. Tentu saja, manusia menderita karena kondisi politik atau ekonomi, tetapi hewan juga menderita.
Saat ini Four Paws juga aktif di Australia yang dilanda kebakaran hutan, mereka sedang berusaha menemukan cara terbaik untuk membantu hewan-hewan di sana.
Advertisement