Liputan6.com, Beijing - Di tengah wabah Virus Corona COVID-19, kualitas udara China terpantau menjadi lebih bersih. Sebab, aktivitas pabrik-pabrik China berhenti karena ada Virus Corona, sehingga emisi pabrik berkurang.
Namun, seperti dilansir Fortune, Rabu (4/3/2020), pantauan satelit dari Windy.com memperlihatkan level Nitrogen dioxide (NO2) di wilayah China sudah mulai meningkat. Warna merah kecokelatan di peta jadi pertanda naiknya emisi bahan bakar fosil, batu bara, dan gas alam.
Advertisement
Baca Juga
Pada Februari, level NO2Â berkurang karena pemerintah China memerintahkan lockdown besar-besaran. Pantauan kualitas udara ini seraya membenarkan bahwa pekerja China perlahan kembali bekerja karena penyebaran Virus Corona sudah melambat.
Pada peta tersebut, tampak wilayah udara di Wuhan juga sudah meningkat polusinya. Kota tetangga Wuhan, Xianning, juga terpantau mengalami kenaikan polusi udara.Â
Terhentinya aktivitas pabrik China mengganggu penyaluran logistik. Kini, aktivitas ekonomi China naik hingga 20 persen dibanding awal Februari.
Pertumbuhan ekonomi China diprediksi merosot pada kuartal I 2020 akibat Virus Corona. Berdasarkan laporan FXStreet, ekonomi China akan tumbuh 4,5 persen saja di awal 2020 atau turun 1,5 persen dari penghujung 2019.
Pada kuartal depan, ekonomi China diprediksi kembali naik, namun jatuhnya pertumbuhan GDP China berpotensi membebani pertumbuhan 2020 menjadi 5,5 persen. Bila terjadi, maka pertumbuhan China tahun ini adalah yang terendah sejak 2020.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sebelumnya Polusi Berkurang
Beberapa hari lalu, citra satelit menunjukkan penurunan dramatis tingkat polusi di China, yang "setidaknya sebagian dari penurunan itu" disebabkan oleh perlambatan ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah virus corona, kata badan antariksa Amerika Serikat (NASA).
Laporan NASA datang di tengah penurunan rekor aktivitas pabrik di China karena produsen berhenti bekerja dalam upaya untuk membendung penyebaran virus corona, demikian seperti dikutip dari BBC.
China telah mencatat hampir 80.000 kasus virus sejak wabah dimulai.
Virus corona telah menyebar ke lebih dari 50 negara tetapi sebagian besar infeksi dan kematian terjadi di China, tempat virus ini berasal akhir tahun lalu.Â
Ilmuwan NASA mengatakan, pengurangan kadar nitrogen dioksida --zat polutan dan gas berbahaya yang dipancarkan oleh kendaraan bermotor dan fasilitas industri-- pertama kali terlihat di dekat sumber wabah di kota Wuhan. Tetapi kemudian, citra serupa terlihat di seluruh negeri.
NASA membandingkan dua bulan pertama tahun 2019 dengan periode yang sama tahun ini.
Badan antariksa AS itu mencatat, penurunan tingkat polusi udara bertepatan dengan pembatasan yang dikenakan pada transportasi dan kegiatan bisnis, dan ketika jutaan orang dikarantina.
"Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan dramatis di area seluas itu pada suatu perioder tertentu," Fei Liu, seorang peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Fei --yang pernah mengamati penurunan kadar nitrogen dioksida selama resesi ekonomi pada 2008-- mengatakan bahwa penurunan tingkat polusi yang disebabkan selama wabah corona di China lebih bertahap.
NASA mencatat bahwa perayaan Tahun Baru Imlek China pada selama akhir Januari dan awal Februari telah dikaitkan dengan penurunan tingkat polusi di masa lalu. Tetapi, mereka angkat itu kembali meningkat setelah perayaan selesai.
"Tahun ini, tingkat pengurangan lebih signifikan daripada tahun-tahun terakhir dan itu telah berlangsung lebih lama," kata Liu.
"Saya tidak terkejut karena banyak kota di seluruh negeri telah mengambil tindakan untuk meminimalkan penyebaran virus."Â
Advertisement