WHO: Virus Corona COVID-19 di Asia-Pasifik Masih Jauh dari Selesai

karena virus itu telah menjadi ancaman bagi semua orang di dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Apr 2020, 17:32 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2020, 17:32 WIB
Covid-19 Jadi Nama Penganti Virus Corona
Covid-19, Nama Baru Corona: Petugas laboratorium menguji sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning, China, Rabu (12/2/2020). WHO kini tidak lagi menyebut virus yang merebak di China sebagai Virus Corona Baru. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Epidemi Virus Corona jenis baru, khususnya di wilayah Asia-Pasifik dinyatakan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih "jauh dari selesai." WHO pun mendesak negara-negara di kawasan tersebut agar bekerja sama untuk menghentikan penyebaran COVID-19.

"Saya jelaskan. Epidemi ini masih jauh dari selesai di Asia dan Pasifik. Ini akan menjadi pertempuran jangka panjang dan kita tidak boleh lengah," kata Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat Takeshi Kasai, seperti dilansir Xinhua, Rabu (1/4/2020).

Menurut Kasai, WHO sangat terdorong oleh negara-negara di kawasan tersebut yang berhasil menahan penyebaran virus atau meredam epidemi.

"Bagi negara-negara yang mengalami penurunan kasus, ini bukan saatnya untuk lengah. Jika Anda lengah, (penularan) virus akan kembali melonjak. Anda harus terus mempertahankan upaya dan membantu negara lain dengan cara apa pun yang dapat Anda lakukan," ujarnya.

Kasai mendesak negara-negara untuk terus bersiap menghadapi penularan berskala besar di masyarakat.

Negara-negara yang memiliki sumber daya terbatas dan sistem kesehatan yang lemah seperti di Kepulauan Pasifik menjadi prioritas WHO dan menekankan pentingnya membantu negara-negara tersebut dengan mengirim sampel untuk diagnosis.

Hingga 31 Maret, data WHO menunjukkan bahwa kasus COVID-19 di kawasan Pasifik Barat kini telah mencapai 104.869 kasus, termasuk 3.671 kematian.

Penasihat teknis WHO Matthew Griffith mengatakan dalam taklimat itu bahwa masyarakat dunia dapat belajar dari pengalaman China tentang cara meredam penyebaran virus.

"Pengalaman ini juga diperlukan di kawasan kami, terutama saat ini setelah beberapa negara dan area melaporkan kasus pertama, termasuk Laos, Papua Nugini, Fiji, dan Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara," katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu berarti "risiko epidemi masih tetap tinggi di semua negara dan area."

Filipina pada Selasa melaporkan 538 kasus coronavirus baru, lonjakan harian terbesar setelah virus itu merebak di negara tersebut, sehingga total pasien Virus Corona COVID-19 menjadi 2.084 orang.

Dalam taklimat media virtual, Wakil Menteri Kesehatan Filipina Maria Rosario Vergeire mengatakan 88 pasien meninggal dunia dan 49 orang sembuh dari penyakit tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Krisis Paling Menantang

Sekjen PBB, Antonio Guterres.
Sekjen PBB, Antonio Guterres. (Source: AP)

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan pandemi Virus Corona COVID-19 merupakan krisis paling menantang sejak Perang Dunia II. Alasannya karena virus itu telah menjadi ancaman bagi semua orang di dunia.

"Pandemi tersebut mewakili ancaman bagi semua orang di dunia dan ... wabah itu menimbulkan dampak ekonomi yang akan memicu resesi yang mungkin belum pernah terjadi di masa lalu," kata Guterres.

"Kombinasi dari kedua fakta itu dan risiko yang turut dikontribusikannya terhadap meningkatnya ketidakstabilan, meningkatnya keresahan, dan meningkatnya konflik adalah hal-hal yang membuat kita percaya bahwa ini, memang, krisis paling menantang yang kita hadapi sejak Perang Dunia II dan krisis yang membutuhkan respons lebih kuat dan lebih efektif yang hanya mungkin terwujud dalam solidaritas jika semua orang bersatu dan jika kita melupakan permainan politik dan memahami bahwa umat manusialah yang dipertaruhkan."

Ia mengaku telah menjalin komunikasi dengan para pemimpin dunia tentang pandemi itu. "Ada kesadaran yang semakin besar bahwa kita berada dalam situasi ini bersama-sama dan kita perlu keluar bersama-sama."

"Masalahnya adalah bagaimana menciptakan cara praktis untuk melakukannya," ujar Guterres, yang menambahkan bahwa langkah cepat sangat penting dilakukan.

"Kita secara perlahan bergerak ke arah yang benar, tetapi kita perlu mempercepat, dan kita perlu melakukan lebih banyak lagi jika kita ingin mengalahkan virus tersebut dan jika kita ingin mendukung orang-orang yang membutuhkan," imbuh Guterres. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya