Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru menguak vitamin yang umumnya diproduksi sel kulit terpapar sinar matahari mungkin dapat berperan dalam mencegah kematian akibat Virus Corona COVID-19 (SARS-CoV-2).
Hasil awal dari studi oleh para ilmuwan dari Queen Elizabeth Hospital Foundation Trust dan Universitas East Anglia mengaitkan tingkat rendah hormon vitamin D dengan tingkat kematian karena Virus Corona COVID-19 di seluruh Eropa.
Para peneliti menggali melalui literatur kesehatan mengenai tingkat rata-rata vitamin D di antara 20 warga negara Eropa, dan kemudian membandingkan angka-angka tersebut dengan jumlah relatif kematian karena virus Corona itu di setiap negara.
Advertisement
Sebuah uji statistik sederhana menunjukkan ada korelasi yang cukup meyakinkan di antara angka-angka tersebut.
Saksikan Video Berikut Ini:
Rendah Vitamin D, Tinggi Kematian
Populasi dengan konsentrasi vitamin D yang lebih rendah dari rata-rata juga menampilkan kematian yang lebih banyak akibat SARS-CoV-2.
"Kelompok populasi yang paling rentan untuk Virus Corona COVID-19 juga merupakan kelompok yang paling kekurangan vitamin D," menurut para peneliti menyimpulkan dalam laporan awal mereka, seperti dikutip dari Science Alert, Senin, (4/5/2020).
Advertisement
Kadar Vitamin dapat Mengurangi Infeksi Pernapasan
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang sehat dapat mengurangi risiko infeksi pernapasan seperti influenza dan tuberkulosis, serta asma masa kanak-kanak.
Vitamin D adalah senyawa yang larut dalam lemak yang didapatkan dari makanan seperti jamur atau ikan, atau diproduksi di kulit ketika suatu bentuk kolesterol bereaksi terhadap sinar UV.
Peran Vitamin D
Vitamin ini, umumnya dikenal karena perannya dalam menjaga kadar kalsium di tulang, apabila kekurangan hal ini dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang seperti rakhitis serta peningkatan risiko degenerasi kondisi tulang belakang seperti osteoporosis.
Walaupun terdapat penelitian yang menyatakan vitamin tunggal yang tersedia secara umum mungkin membuat perbedaan antara hidup dan mati, tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memberi tahu bagaimana dan mengapa pola ini ada agar kita dapat menyeimbangkan risiko yang datang akibat suplemen vitamin.
Advertisement