Lockdown Australia Akan Dicabut, Warga Ogah Keluar Takut Tertular Corona COVID-19

Warga Australia masih memilih tidak keluar rumah walau lockdown dicabut.

diperbarui 06 Mei 2020, 16:11 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 16:11 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Melbourne - Survei membuktikan warga Australia masih enggan keluar rumah, bahkan jika lockdown dicabut. Kondisi itu berbeda dari warga banyak negara yang justru tak sabar ingin keluar rumah, padahal Australia relatif berhasil meredam penyebaran Virus Corona (COVID-19).

Dilaporkan ABC Australia, Rabu (6/5/2020), survei terbaru menunjukkan meskipun pelonggaran akan dicabut, warga masih enggan keluar rumah atau berkumpul dalam waktu besar.

Hasil survei telah menimbulkan kekhawatiran bagaimana memulihkan perekonomian Australia, seperti banyak negara lain, yang terdampak sangat buruk dalam beberapa pekan terakhir.

Survei tersebut dilakukan Vox Pop Labs bekerja sama dengan ABC kepada 2.225 orang di seluruh Australia mengenai kemungkinan kehidupan mereka, setelah larangan akibat Virus Corona dicabut

Survei menyimpulkan hanya 12 persen warga yang akan menghadiri acara dengan kerumunan banyak orang.

Yang lain mengatakan hanya sekitar 20 persen yang akan naik pesawat dan 40 persen yang mengatakan akan pergi mengunjungi bar dan restoran.

Seperti yang dialami salah satu warga Australia, Dr Anne-Marie Turner, yang sudah berada di rumah sejak pandemi.

"Dengan di rumah saja, kita tahu kemungkinan tertular virus sangat berkurang. Jadi kita bisa mengatur lingkungan kita sendiri," kata Dr Turner ketika ditemui di rumahnya di Melbourne ditemani anjingnya Bella.

Sebagai seorang dokter, ia sudah memantau dengan ketat penyebaran virus di luar Australia sejak awal Januari.

Kontak dengan seorang temannya yang juga adalah seorang dokter di Hong Kong membuatnya sangat khawatir mengenai resiko tertular COVID-19 di kalangan staf medis dan penularan terhadap anggota keluarga.

Dokter Turner juga memiliki penyakit rematik, sehingga masuk dalam golongan beresiko tinggi tertular Virus Corona jenis baru.

Sejak itu, Dr Turner mengambil cuti dari pekerjaannya di rumah sakit dan tetap bekerja di kliniknya secara paruh waktu, dengan menerima pasien yang berkonsultasi lewat telepon saja.

Dia bisa mengatasi sebagian kekhawatirannya akan situasi COVID-19 dengan hanya berdiam di rumah saja.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

41 Persen Percaya Butuh 1 Tahun Agar Situasi Normal

Ilustrasi Australia
Ilustrasi Australia (AP)

Hanya 40 persen warga Australia yang kembali siap ke restoran jika pembatasan dicabut. Pembicaraan mengenai dibukanya kembali berbagai kegiatan ekonomi dan juga dimulainya kompetisi olahraga seperti AFL dan rugby membuat Dr Turner sangat khawatir.

Ia mengatakan belum siap belum siap untuk kembali ke kehidupan normal.

"Kami senang pergi ke restoran. Kami senang pergi ke bioskop. Kami senang pergi ke teater. Kami senang menonton pertunjukkan musik."

"Namun saya mungkin tidak akan melakukannya semua ini dalam waktu dekat." 

Survei menunjukkan 41 persen warga Australia memperkirakan keadaan akan kembali normal sampai 12 bulan lagi.

Dua puluh dua persen yang mengatakan keadaan kembali normal dalam waktu 6 bulan.

Hasil ini memberikan gambaran yang rumit bagi pemerintah yang sekarang berusaha membuka kembali perekonomian, di saat bisnis dibuka di tengah situasi yang tidak pasti.

PM Australia, Scott Morrison mengatakan sekarang tugasnya adalah membuat 1 juta warga Australia yang telah kehilangan pekerjaan untuk kembali bekerja.

Prioritasnya adalah membuka kembali sektor layanan jasa atau 'hospitality sector', dimana ratusan ribu orang telah kehilangan pekerjaan.

 

Kata Pelaku Usaha

Ilustrasi restoran
Ilustrasi restoran

Liam Matthews memiliki beberapa bar dan sebuah tempat pertunjukkan musik di Melbourne.

Semuanya sekarang ditutup kecuali satu bar yang hanya melayani pembelian kopi untuk dibawa pulang.

Membuka kembali semua usaha itu akan sangat mahal,dan akan berdampak lebih buruk, bila tidak ada yang datang.

Dia mengatakan mengisi minuman alkohol di barnya saja bisa menghabiskan dana AU$100 ribu, sekitar Rp1 miliar dan hanya bisa kembali jika bisnisnya dibuka dalam kapasitas penuh.

Sektor industri jasa layanan sedang mendesak agar mereka diperbolehkan buka, dengan meja yang diatur berjak 1,5 meter dan tamu dipantau suhu tubuhnya.

Namun Matthews mengatakan membuka bisnisnya kembali juga membawa resiko lain.

Dia mengatakan bila ada gelombang kedua wabah, dimana bisnisnya harus ditutup, dia mengatakan penutupan akan terjadi selamanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya