12-5-2018: Serangan Pisau Berulang Picu Ketegangan Seantero Paris

Insiden pada 12 Mei 2018 ini mirip dengan metode serangan pisau yang dilakukan tahun lalu di Marseille, kata Loic Travers, seorang pejabat kepolisian Paris.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Mei 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi pisau penusukan
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Paris - Hari ini dua tahun yang lalu, Prancis geger. Serangan pisau berulang, terjadi di Paris.

Satu orang dilaporkan tewas dan beberapa lainnya terluka parah setelah seorang penyerang menikam sejumlah pengguna jalan di pusat kota itu pada Sabtu 12 Mei 2018 waktu setempat.

"Seseorang yang bersenjatakan pisau melakukan serangan, tetapi sudah dikalahkan oleh petugas," kata polisi Paris dalam sebuah twit yang dikutip dari DW.com.

Pihak berwenang mengatakan bahwa seorang penyerang pria kemudian ditembak oleh polisi Paris.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Collomb mengecam serangan di Paris itu melalui Twitter. Dia juga memuji reaksi cepat dari pasukan polisi yang melumpuhkan penyerang.

Kementerian Dalam Negeri Prancis juga memperingatkan pengguna media sosial untuk tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi mengenai serangan di pusat kota Paris itu.

"Hanya menyampaikan informasi dari sumber yang dapat dipercaya," tulis kementerian itu di Twitter.

Paris Tegang

ilustrasi Menara Eiffel, Paris.
ilustrasi Menara Eiffel, Paris. (iStockphoto)

Paris kembali menegang ketika ibu kota Prancis tersebut dilanda serangan kelompok fanatik.

Warga negara Prancis kelahiran Chechnya yang sebelumnya menyerang dengan pisau, menewaskan satu orang dan melukai empat korban lainnya, ada di dalam daftar pengawasan teror.

Namun kemampuannya melancarkan serangan pada Sabtu 12 Mei lalu menggarisbawahi besarnya tantangan yang dihadapi Prancis dari militan ISIS, kata seorang pejabat, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia saat itu.

Lebih dari 2.600 militan yang dicurigai ada dalam daftar pengawasan, tetapi tidak semuanya bisa dipantau.

"Sementara badan keamanan sangat baik dalam mengenali jihadis yang berpotensi, kurangnya sumber daya manusia berarti mereka hanya dapat memantau sebagian kecil tersangka," kata analis anti-teror, Olivier Guitta, yang mengelola GlobalStrat -- sebuah bisnis konsultan keamanan yang berkantor di London.

"Serangan ISIS di kawasan Opera Paris adalah serangan teroris ke-12 yang sukses sejak 2013. Ini merupakan serangan kedua yang sukses tahun ini. Prancis tetap menjadi target utama para jihadis di Eropa," kata Olivier menambahkan.

Serangan teror serius terakhir di Prancis terjadi pada Maret, ketika seorang yang mengaku militan, membunuh seorang polisi yang kemudian menukar dirinya dengan seorang sandera perempuan selama pengepungan di Prancis barat daya.

Serangan pada 12 Mei 2018 mirip dengan metode serangan pisau yang dilakukan tahun lalu di Marseille, kata Loic Travers, seorang pejabat kepolisian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya