Liputan6.com, Mumbai - Kasus Corona COVID-19 di Mumbai -- pusat kota bisnis India -- mencapai 51.000 orang. Angka ini melewati jumlah warga Wuhan, China yang terpapar virus tersebut.
Dikutip dari laman BBC, Kamis (11/6/2020), sementara itu jumlah total kasus Corona COVID-19 di India yang terkonfirmasi mencapai 266.598.
Infeksi juga melonjak di ibu kota Delhi, di mana pihak berwenang mengatakan bahwa mereka memperkirakan akan melihat lebih dari setengah juta kasus pada akhir Juli 2020.
Advertisement
Baca Juga
Lonjakan itu bertepatan dengan keputusan India untuk melonggarkan pembatasan setelah tiga bulan dikunci ketat (lockdown).
Pada 8 Juni kemarin, pusat perbelanjaan, tempat ibadah dan kantor diizinkan untuk dibuka kembali. Sebelumnya, toko, tempat pasar, dan layanan transportasi semuanya diizinkan beroperasi juga.
Tetapi para ahli mengatakan, tidak ada pilihan lain selain mencabut lockdown itu, yang mengakibatkan banyak kerugian ekonomi di India.
Jutaan orang telah kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian mereka, bisnis-bisnis tutup, dan ketakutan akan kelaparan membuat banyak pekerja yang berupah rendah setiap hari meninggalkan kota-sebagian besar dengan berjalan kaki karena transportasi umum dihentikan. Banyak dari mereka meninggal karena kelelahan dan kelaparan akibat pandemi Virus Corona COVID-19.
Simak pula video pilihan berikut:
Perjuangan Warga India
Banyak orang India berbicara di media sosial soal pasien yang berjuang untuk mendapatkan perhatian medis, dengan beberapa rumah sakit mengatakan mereka bahkan tidak memiliki alat tes yang tersisa.
Kritikus mengatakan, lonjakan kasus baru-baru ini menunjukkan bahwa lockdown, yang dimaksudkan untuk memberi pemerintah waktu untuk meningkatkan fasilitas medis muncul dengan biaya ekonomi yang besar, relatif tidak berhasil.
Tetapi Gautam Menon, seorang profesor dan peneliti pada model penyakit menular, sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa negara itu tidak punya pilihan lain.
"Melebihi satu titik, sulit untuk mempertahankan lockdown yang telah berlangsung begitu lama --secara ekonomi, sosial dan psikologis," katanya.
Advertisement