Kasus Corona COVID-19 di Pakistan Diprediksi Melonjak 1,2 Juta pada Juli 2020

Otoritas Pakistan mendesak rakyat agar secara ketat mematuhi pedoman keselamatan untuk membantu mencegah kenaikan itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2020, 09:03 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2020, 09:03 WIB
Ilustrasi bendera Pakistan
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat-pejabat Pakistan memperkirakan, kasus COVID-19 yang dikukuhkan secara nasional bisa naik menjadi 1,2 juta pada akhir Juli.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (16/6/2020) mereka mendesak rakyat agar secara ketat mematuhi pedoman keselamatan untuk membantu mencegah kenaikan itu.

Penghitungan nasional kasus virus corona melampaui 140.000, dengan sekitar 2.700 kematian, sejak akhir Februari ketika pandemi itu mencapai negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta orang tersebut.

Pejabat-pejabat Pakistan mengatakan pada Minggu 14 Juni, negara itu mencatat lebih dari 6.800 kasus dalam 24 jam terakhir.

Kasus COVID-19 melonjak sejak bulan lalu ketika Perdana Menteri Pakistan Imran Khan melonggarkan pembatasan terhadap kegiatan komersial dan publik untuk membantu pemulihan ekonomi bagi jutaan keluarga miskin.

Puluhan pegawai pemerintah dan anggota parlemen nasional dan provinsi juga tertular virus itu, beberapa dari mereka meninggal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


WHO Desak Pakistan Lockdown

FOTO: Selamat Hari Perawat Internasional 2020
Perawat berpelukan saat upacara peringatan Hari Perawat Internasional di Rumah Sakit Tongji, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Selasa (12/5/2020). Menurut WHO, perawat berada di garis depan dalam memerangi pandemi virus corona COVID-19. (STR/AFP)

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Pakistan agar memberlakukan putaran baru lockdown sementara jumlah kasus baru Virus Corona di sana melonjak dalam beberapa hari terakhir.

Negara di Asia Selatan yang berpenduduk 220 juta orang itu mencatat jumlah kasus COVID-19 tertinggi pada Rabu (10/6), sejak wabah itu melanda Pakistan pada akhir Februari.

Beberapa anggota legislatif nasional dan provinsi termasuk di antara hampir 2.300 warga Pakistan yang meninggal setelah tertular virus tersebut. Pakistan melaporkan 113.702 kasus COVID-19 terkonfirmasi dengan 2.255 kematian, termasuk rekor 105 kematian pada hari Selasa.

Ketua Majelis Nasional melarang anggotanya menghadiri sidang parlemen kecuali mereka sudah di tes virus. Infeksi COVID-19 telah meningkat sejak akhir bulan lalu ketika pemerintah melonggarkan pembatasan nasional untuk kegiatan komersial dan publik.

Rumah sakit, terutama di kota-kota besar Pakistan, selama beberapa hari terakhir telah memperingatkan kehabisan ruang, dan beberapa bahkan menolak pasien baru.

Dalam surat kepada otoritas kesehatan di Punjab, negara bagian terbesar di Pakistan, perwakilan WHO Palitha Mahipala merekomendasikan lockdown berkala, yakni pemberlakuan berselang-seling setiap dua pekan, dan untuk melipatgandakan kapasitas tes corona menjadi 50 ribu tes per hari.

Mahipala mengatakan jumlah kasus terkonfirmasi telah membubung sejak beberapa provinsi melonggarkan karantina pada awal Mei.

PM Imran Khan telah menolak memberlakukan karantina wilayah yang ketat di seantero negara itu seperti yang dilakukan negara-negara lain, dengan alasan hal tersebut akan berdampak menghancurkan bagi perekonomian, terutama bagi kaum miskin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya