Pertama Kali Sejak Klaster Baru, Beijing Laporkan Nol Kasus Corona COVID-19

Beijing melaporkan nol kasus Corona COVID-19 untuk pertama kalinya, sejak kemunculan wabah pada klaster baru di pasar grosir besar Xinfadi bulan Juni 2020.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Jul 2020, 11:32 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2020, 11:24 WIB
Negara-Negara dengan Kasus Corona Terbesar di Dunia
Petugas keamanan mengenakan masker saat berjalan di Jalan Qianmen, Beijing, China, 16 Februari 2020. Hingga Kamis (12/3/2020) pagi, jumlah kasus virus corona COVID-19 di China sebanyak 80.921 orang terinfeksi, 3.046 meninggal, dan lebih dari 50.000 sembuh. (AP Photo/Andy Wong, File)

Liputan6.com, Beijing- Beijing melaporkan nol kasus Corona COVID-19 untuk pertama kalinya pada 7 Juli, sejak virus tersebut muncul di kota itu dengan klaster baru bulan Juni.

Pada Juni 2020, klaster baru penularan Virus Corona muncul di ibu kota dari Negeri Tirai Bambu tersebut, yang menjadikannya kekhawatiran akan kemunculan gelombang kedua.

Dikutip dari AFP, Rabu (8/7/2020), sejak sebuah klaster muncul di pasar grosir besar Xinfadi di Beijing, sebanyak 335 orang dilaporkan terinfeksi Corona COVID-19.

Komisi kesehatan Beijing menyatakan bahwa mereka hanya mendeteksi satu kasus tanpa gejala pada hari sebelumnya, 6 Juli. Kasus itu dikatakan tidak termasuk dalam hitungan infeksi yang dikonfirmasi.

Sementara untuk penyebab wabah baru di Beijing, masih diselidiki oleh otoritas China.

Virus itu mulanya terdeteksi pada talenan yang digunakan untuk memotong ikan salmon impor di pasar Xinfadi. Hal tersebut memicu larangan impor terhadap barang tertentu, termasuk meningkatkan pengawasan terhadap pemasok makanan asing.

Namun sejak 11 Juni, Pemerintah Beijing telah mengetes lebih dari 11 juta orang atau setengah populasinya untuk Corona COVID-19, menurut pernyataan para pejabat dalam konferensi pers.

Pengujian yang difasilitasi untuk warga dilakukan setiap hari, dengan total ribuan sampel dalam satu hari.

Saksikan Video Berikut Ini:

Lockdown Melonggar dan Aktivitas Mulai Kembali Berjalan Normal

Tembok Besar China
Sejumlah wisatawan mengunjungi Tembok Besar bagian Badaling di Beijing, ibu kota China, pada 24 Maret 2020. Bagian dari Tembok Besar yang terkenal di Beijing itu telah dibuka kembali sebagian pada Selasa (24/3), setelah ditutup selama hampir dua bulan akibat corona COVID-19. (Xinhua/Chen Zhonghao)

Pemberlakuan lockdown di Beijing dilaporkan telah melonggar.

Kendati demikian, orang-orang yang tinggal di daerah-daerah kota yang dianggap "berisiko rendah" sekarang dapat kembali bepergian.

Juru bicara Beijing, Xu Hejian, mengatakan bahwa orang yang di karantina yang sebanyak lebih dari 5.000, karena memiliki hubungan dengan pasar Xinfadi, akan dipulangkan pada gelombang pertama. 

Meskipun itu, pemerintah kota tetap memberikan peringatannya untuk tidak cepat berpuas diri.

Wakil Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Kota Beijing, Pang Xinghuo, mengatakan meskipun adanya "Nol jumlah kasus bukan berarti risikonya juga nol".

Selain itu, ia juga memperingatkan bahwa ihak berwenang "tidak dapat mengesampingkan kemungkinan kasus baru yang ditularkan di dalam negeri sepekan kedepan," dengan masih adanya 31 pasien tanpa gejala yang berada dalam karantina.

Sebelum klaster baru Virus Corona COVID-19 di Beijing terdeteksi bulan lalu, China sebenarnya telah dianggap cukup berhasil dalam mengendalikan wabah.

Namun sejak kemunculan klaster baru itu, pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut langsung memberlakukan karantina pada hampir setengah juta orang di Provinsi Hebei. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya