AS Kecewa Turki Mengubah Hagia Sophia Menjadi Masjid

Keputusan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid membuat AS kecewa.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Jul 2020, 20:34 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2020, 20:34 WIB
[Bintang] Isra Miraj: Kenali Masjid-Masjid Peninggalan Islam di Benua Biru
Hagia Sophia. (Via: nevworldwonders.com)

Liputan6.com, Ankara - Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya kecewa dengan keputusan Turki untuk mengubah monumen era Bizantium Hagia Sophia kembali menjadi masjid dan mendesak akses yang sama bagi semua pengunjung.

"Kami kecewa dengan keputusan pemerintah Turki untuk mengubah status Hagia Sophia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (11/7/2020). 

"Kami memahami bahwa pemerintah Turki tetap berkomitmen untuk mempertahankan akses ke Hagia Sophia untuk semua pengunjung, dan berharap untuk mendengar rencananya untuk melanjutkan pengelolaan Hagia Sophia untuk memastikannya tetap dapat diakses tanpa hambatan untuk semua," lanjutnya.

"Keputusan Dewan Negara Turki untuk membatalkan salah satu keputusan penting bagi Turki modern dan keputusan Presiden Erdogan untuk menempatkan monumen di bawah pengelolaan Kepresidenan Urusan Agama sangat disesalkan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Awalnya Merupakan Gereja Katedral

Mengabadikan Eksotisme Hagia Sophia dengan Kamera Samsung Galaxy 10 Plus. Liputan6.com/Nila Chrisna Yulika
Mengabadikan Eksotisme Hagia Sophia dengan Kamera Samsung Galaxy 10 Plus. Liputan6.com/Nila Chrisna Yulika

Sebagai magnet bagi wisatawan di seluruh dunia, Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai katedral di Kerajaan Bizantium Kristen.

Bangunan tersebut dikonversi menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman Konstantinopel pada tahun 1453.

Pendiri sekularisasi modern Turki Mustafa Kemal Ataturk kemudian memutuskan untuk melestarikan monumen tersebut sebagai museum.

Erdogan terus maju meskipun ada seruan terbuka kepada sekutu NATO oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, seorang Kristen evangelis yang sering berbicara tentang kebebasan beragama.

Dalam sebuah pernyataan pekan lalu, Pompeo menyebut status museum sebagai "contoh" komitmen Turki untuk menghormati tradisi agama. 

Calon presiden Demokrat Joe Biden juga mengatakan pada hari Jumat bahwa ia sangat menyesalkan keputusan Turki.

Biden pun meminta Erdogan untuk membalikkannya "dan alih-alih menjaga tempat berharga ini dalam statusnya saat ini sebagai museum, memastikan akses yang sama untuk semua."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya