New Delhi - Ketika India memasuki periode pertama lockdown pada 25 Maret 2020 lalu, ratusan ribu pekerja seks di seluruh negeri kehilangan mata pencaharian sehari-hari.
Mengutip DW Indonesia, Jumat (21/8/2020), kini bantuan mulai mengalir secara perlahan. Namun kebanyakan tetap kelimpungan bertahan hidup dengan pendapatan yang sudah jauh berkurang.
Advertisement
“Sampai akhir Juni, pekerja seks tidak menghasilkan apa-apa,” kata Priti Patkar, Direktur LSM anti perdagangan manusia, Prerana, di Mumbai, India.
“Di sini, polisi bertindak tegas sehingga tidak ada lagi aktivitas di rumah pelacuran,” imbuhnya kepada DW.
“Saat ini ada bantuan berupa gandum dan perlengkapan makan, tapi ini tidak membantu para perempuan membayar uang sewa atau utang.”
Sejak awal pandemi, pemerintah menyediakan bantuan bahan pangan bagi warga miskin, termasuk para pekerja seks komersil.
“Tapi pemerintah hanya membagikan kepada merka yang punya kartu sembako. Lebih dari 50% pekerja seks di India tidak punya kartu itu atau jenis dokumen lain,” kata Smarajit Jana, Penasehat Utama Komite Durbar Mahila Samanwaya (DMSC), sebuah organisasi bantuan kemanusiaan.
DMSC mewakili 65.000 pekerja seks. Lembaga ini ikut memberikan bantuan berupa bahan pangan, tisu disinfektan dan perlengkapan kerja lain. Organisasi itu berkantor pusat di kawasan Sonagachi di Kolkata, kawasan prostitusi terbesar di Asia.
Adaptasi dengan Pandemi COVID-19
Kawasan-kawasan mesum di India kembali hidup usai pemerintah mencabut aturan larangan keluar rumah. Pemulihan bisnis prostitusi dikawal ketat, dengan berbagai aturan kesehatan.
“Kami mengetes suhu tubuh pelanggan dan mengecek apakah mereka punya gejala (COVID-19), ketika mereka memasuki distrik ini. Kami juga mendisinfeksi ruangan sebelum dan sesudah digunakan oleh pelanggan,” kata Kajol Bose, seorang pekerja seks dan sektretaris DMSC.
“Sejumlah pekerja seks yang berkelas tinggi bisa menghasilkan uang lewat telepon atau internet. Tapi ini bukan opsi buat kami semua,” katanya lagi.
Direktur LSM Prerana, Priti Patkar, mengatakan bisnis telepon seks tidak terjangkau buat banyak pekerja seks. “Ini cuma opsi buat mereka yang biasa melayani klien berpenghasilan menengah atau tinggi,” kata dia.
“Tapi pekerja seks berupah rendah seringkali tidak memiliki kemampuan, ruang atau koneksi untuk melakukannya.”
Advertisement
Cari Sumber Pendapatan Baru
Patkar mengatakan, sejumlah pelacur berhasil mencari uang di luar profesinya. LSM Prerana mengklaim berhasil menghimpun dana pinjaman bagi perempuan untuk membuka bisnis kecil-kecilan, seperti warung bahan makanan atau kedai teh.
Para perempuan yang bergabung dalam DMSC juga mendapat kerja membuat masker atau produk disinfektan yang digunakan oleh komunitasnya sendiri.
“Dalam beberapa hari ke depan, kami juga akan mulai memproduksi baju pelindung PPE. Ketika kami meningkatkan kapasitas produksi, kami ingin menjual barang-barang ini di masa depan,” ujar penasehat DSMC, Jana.
Namun begitu selama pandemi, kebanyakan tetap tidak mampu menemukan mata pencaharian baru. “Beberapa juga menghadapi penganiayaan dan kekerasan dari mucikari masing-masing,” kata Patkar.
Ketika sebagian besar buruh migran pulang ke kampung halaman saat lockdown diberlakukan, kebanyakan pekerja seks memilih bertahan di kota besar.
“Kembali ke desa? Itu sama sekali bukan pilihan buat saya. Saya tidak diinginkan di sana,” kata Mira, seorang pekerja seks di kawasan Kamathipura, Mumbai.