Hadapi Gelombang Ketiga COVID-19, Hong Kong Siapkan Tes Massal Gratis

Hong Kong akan menawarkan tes COVID-19 gratis kepada penduduknya, ketika negara itu tengah bergulat dengan gelombang ketiga pandemi.

oleh Hariz Barak diperbarui 22 Agu 2020, 12:32 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2020, 12:00 WIB
Jalanan Hong Kong yang Ramai di Tengah Laporan Kasus Baru Corona
Dua wanita mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan Covid-19 saat berjalan di Hong Kong (13/5/2020). Dua orang di Hong Kong dinyatakan positif Covid-19, mengakhiri perjalanan 24 hari tanpa kasus baru yang mulai melonggarkan peraturan jarak sosial. (AFP/Anthony Wallace)

Liputan6.com, Hong Kong - Hong Kong akan menawarkan tes COVID-19 gratis kepada penduduknya mulai 1 September 2020, ketika negara itu tengah bergulat dengan gelombang ketiga pandemi dan yang terburuk sejak wabah dimulai.

Program pengujian, yang akan berlangsung hingga dua minggu, akan memungkinkan setiap penduduk Hong Kong untuk diuji secara sukarela, lanjut Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Jumat 21 Agustus 2020.

"Untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain, dan untuk menjaga kesehatan masyarakat, silakan ambil bagian dalam skema tersebut," kata Lam, diwartakan oleh the Associated Press, dikutip dari ABC News (22/8/2020).

"Apa yang kami lakukan hari ini adalah agar kami dapat segera keluar dari epidemi, sehingga kami dapat melanjutkan kegiatan ekonomi kami.”

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi COVID-19 tetapi tidak menunjukkan gejala, kata para pejabat. Kota yang berpenduduk 7,5 juta orang itu sejauh ini telah melakukan lebih dari 1,2 juta tes virus corona.

Lonjakan baru infeksi yang dimulai pada Juli telah melipatgandakan jumlah kasus di kota menjadi 4.632 kasus.

Bisnis seperti salon kecantikan dan bar ditutup sementara dan ada larangan layanan makan malam setelah jam 6 sore sebagai bagian dari tindakan menjaga jarak. Ekonomi kota berkontraksi 9% pada kuartal kedua tahun ini, menandai setahun penuh resesi karena protes anti-pemerintah tahun lalu dan pandemi.

Lam mengatakan pengujian itu dimungkinkan karena dukungan dari Beijing, yang menyediakan sumber daya seperti staf laboratorium untuk meningkatkan kapasitas pengujian di kota semi-otonom China.

Pemerintah kota telah menghadapi penolakan dari warga dan kritikus skeptis yang khawatir tentang masalah privasi, mengingat program tersebut didukung oleh Partai Komunis China. Beberapa khawatir tes tersebut akan digunakan untuk menghasilkan catatan DNA warga.

Kritik terhadap pemerintah daratan telah tumbuh sejak diberlakukannya undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong yang dipandang sebagai serangan terhadap kerangka "satu negara, dua sistem" di mana kota tersebut telah diperintah sejak kembali ke China pada tahun 1997.

Lam mengesampingkan kekhawatiran tersebut, mengatakan bahwa apa pun yang dilakukan pemerintah, akan selalu ada orang yang mengemukakan teori konspirasi.

Dr Gagandeep Kang, seorang ahli penyakit menular di Christian Medical College di Vellore di India selatan, mengatakan pengujian universal dapat membantu menghapus COVID-19 asalkan mereka yang dites positif segera diisolasi dan pengujian ulang yang sering dilakukan untuk meningkatkan kepastian.

Simak video pilihan berikut:


Update 22 Agustus: Total 22,8 Juta Kasus COVID-19 di Dunia

Keseharian Warga Hong Kong Dikala Merebaknya Virus Corona
Warga terlihat mengenakan masker di Central, pusat retail dan bisnis, di Hong Kong, China selatan (28/2/2020). Total kasus terkonfirmasi virus corona COVID-19 di Hong Kong bertambah menjadi 126, demikian disampaikan Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong pada Rabu (11/3) sore. (Xinhua/Wang Shen)

Total kasus Virus Corona (COVID-19) di dunia telah mencapai 22,8 juta. Tiga negara dengan kasus tertinggi adalah Amerika Serikat, Brasil, dan India.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Sabtu (22/8/2020), total kasus di Amerika Serikat mencapai 5,6 juta kasus dengan pasien sembuh sebanyak 2,8 juta orang dan 175 ribu meninggal dunia. Jumlah pasien meninggal di AS juga tertinggi di dunia.

Di Asia, kasus di India mencapai yang tertinggi dengan 2,9 juta dengan 54 ribu pasien meninggal. Sementara, Rusia mencatat kasus tertinggi di Eropa dengan 944 ribu kasus.

Pada daftar 10 negara dengan kasus COVID-19 tertinggi, mayoritas merupakan negara berkembang, yakni Brasil, India, Rusia, Afrika Selatan, Peru, Meksiko, Kolombia, dan Chile.

WHO menyarankan agar publik senantiasa mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah tertular COVID-19. Publik juga diminta hati-hati saat tangan menyentuh mata, hidung, atau mata mereka.

Jaga jarak juga penting agar bisa menghindar bersin atau batuk dari orang yang mengidap corona. Ketika memakai tisu usai bersin atau batuk, publik juga diminta langsung membuat tisunya dan langsung cuci tangan.

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya