Pendukung Trump di 2016 Tak Lagi Setia Jelang Pemilu AS Mendatang? Ini Kata Ahli

Menurut survei, para pendukung Trump di 2016 enggan memilihnya lagi pada pemilu AS mendatang untuk masa jabatannya yang kedua.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 28 Agu 2020, 16:59 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 13:25 WIB
Diskusi terbuka forum FPCI bersama dengan Bob Blake dan sejumlah panelis lainnya yaitu Paxton Baker dan Ameshia Cross.
Diskusi terbuka forum FPCI bersama dengan Bob Blake dan sejumlah panelis lainnya yaitu Paxton Baker dan Ameshia Cross.

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan umum presiden AS untuk periode mendatang akan berlangsung dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi. 

Masyarakat Amerika Serikat kini sedang bersiap-siap untuk menentukan pilihan mereka terkait siapa yang akan menjadi pemimpin bagi negara adidaya tersebut. 

Dua pilihan telah berada di depan mata, yakni petahana Donald Trump dan rival barunya, Joe Biden. 

Walaupun memasuki masa kepemimpinan yang kedua jika terpilih, rupanya jalan Donald Trump menuju posisi tersebut tidaklah mulus. Para pendukungnya di tahun 2016 dinilai tak lagi memiliki pandangan yang sama terhadapnya. Ia kemungkinan akan kehilangan para pendukungnya pada pemilu sebelumnya.

Dalam diskusi terbuka bertajuk US Update: America at The Crossroad 2020 yang diadakan oleh FPCI dan dimoderatori oleh CEO Dino Pati Djalal, salah satu panelis yakni Paxton Baker menilai bahwa setiap presiden memiliki segmen populasinya masing-masing. Ia memberi gambaran ketika mantan Presiden Barack Obama didukung oleh rakyat kulit hitam di AS atau ketika Hillary Clinton didukung oleh lebih dari tiga juta warga AS kala itu. 

"Saya rasa pernyataan itu bisa dikatakan benar di satu sisi namun juga tidak di sisi yang lain," ujar Baker dalam diskusi virtual yang digelar Jumat (28/8/2020). 

Sedangkan panelis lainnya yang juga hadir dalam diskusi virtual tersebut, yakni Bob Blake menilai bahwa Presiden Donald Trump terpilih karena sejumlah alasan yang berbeda. 

Blake menyampaikan bahwa posisi Trump akan terlihat lebih sulit kali ini lantaran ia telah menjabat selama empat tahun sebelumnya di posisi tersebut. Sedangkan Joe Biden hadir sebagai orang baru yang belum dikenal banyak orang dalam memegang jabatan tersebut. 

Blake menyatakan bahwa Trump akan membutuhkan upaya lebih untuk menarik pendukung, mengingat berbagai hal yang telah terjadi selama masa kepresidenannya sebelumnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Ekonomi AS Bakal Tergantung Presiden?

Dua Penembakan Massal di AS
Bendera Amerika Serikat berkibar setengah tiang di Gedung Putih, Washington DC, Minggu (4/8/2019). Presiden Donald Trump memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di semua gedung pemerintah untuk mengenang korban tewas dalam dua penembakan massal di El Paso, Texas, dan Ohio. (AP/Andrew Harnik)

Ekonomi suatu negara juga dapat dikatakan ditentukan oleh presiden yang menjabat. 

Salah satu panelis lainnya, Ameshia Cross menilai bahwa Amerika Serikat membutuhkan sosok presiden yang mampu merestrukturisasi ekonomi dan tahu tentang cara bagaimana membuat Amerika dapat bergerak lagi dan bagaimana membuat Amerika bekerja kembali. Hal ini terlebih akan menjadi tugas berat usai pandemi COVID-19 menyerang dunia dan Amerika Serikat.

"Saya pikir bagian dari upaya itu akan menjadi rencana yang dapat memperkuat dan melatih orang-orang ke dalam beberapa pekerjaan dengan permintaan tinggi," papar Ameshia. 

Ia juga menambahkan bahwa AS membutuhkan presiden yang memiliki visi, tetapi juga yang memiliki rencana yang dapat ditindaklanjuti dan dapat bekerja dengan individu di semua tingkat keahlian.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya