Diplomasi Budaya Saat Pandemi COVID-19, KBRI Bern Gelar Pertunjukan Wayang Virtual

KBRI Bern menyerukan semangatnya dalam diplomasi budaya Indonesia dengan menggelar acara pertunjukan dan seminar tentang wayang untuk masyarakat Swiss dan Liechtenstein.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Sep 2020, 18:42 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2020, 18:20 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Tradisi Wayang Kulit Gagrak Jawa Timuran khas budaya Suku Arek (Mojokerto, Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan bahkan hingga Jombang). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Bern- Pandemi Virus Corona COVID-19 masil melanda dunia. Sebagai wujud diplomasi budaya Indonesia di Swiss, sebagian besar kegiatan pertunjukan digelar secara virtual untuk menghindari risiko penularan. 

Dilansir Kemlu.go.id, Senin (21/9/2020), KBRI Bern menggelar pertunjukan virtual lakon Rajamala bertajuk "The Stories about the Life and the World" untuk masyarakat Swiss dan Liechtenstein. Acara tersebut dihelat pada 18 September.

Selain pertunjukkan seni, acara virtual itu juga mencakup seminar. Kerja sama antara KBRI Bern, Museum Rietberg di Zürich, dan Union Nationale della Marionette (UNIMA) Indonesia.

KBRI Bern menerangkan bahwa Lakon Rajamala yang didalangi oleh Ki Catur Benyek Kuncoro tersebut merupakan adegan pembuka, dari rangkaian seminar virtual tentang wayang.

Penonton yang menyaksikan disuguhi cerita tentang Rajamala yang membalaskan dendam ibunya, Sendang Watari.

Acara pertunjukan itu pun juga melibatkan lantunan musik yang dimainkan langsung dari Yogyakarta, Indonesia.

Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman D. Hadad, menyampaikan dukungan Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan berbagai kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Tak hanya itu, kehadiran diaspora Indonesia di Swiss dan Liechtenstein juga dinilai sebagai dukungan yang besar bagi pelaksanaan pertunjukan budaya.

"Respons masyarakat Swiss dan Liechtenstein terhadap kebudayaan Indonesia sangat positif, dan kami harap kebudayaan Indonesia akan semakin dikenal di sini," ujar Dubes Muliaman.

Saksikan Video Berikut Ini:

Sesi Diskusi dengan Tiga Narasumber

sindhu
Pembuka Sang Panggung adalah wayang kulit sebagai pakem dan sentral, tetap berpedoman pada hukum pakeliran tradisional. (foto: Liputan6.com/dok.Agus Budi S/edhie prayitno ige)

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang juga hadir dalam acara virtual itu, merupakan penggemar wayang sejak masa kecil.

"Tokoh wayang favorit saya berubah sesuai dengan kondisi saya, ketika saya menjabat sebagai Gubernur BI, maka saya mengidolakan Kresna yang bijak dan penuh strategi," ungkap Gubernur Perry Warjiyo.

Sesi diskusi dalam webinar tersebut melibatkan tiga narasumber.

Sesi yang membahas filosofi wayang yang dihidupi oleh suku Jawa di Indonesia, dibawakan oleh Dubes Samodra Sriwidjaja, Presiden UNIMA Indonesia.

Ia pun juga memberikan pengetahuan tentang beberapa jenis wayang yang hingga kini masih dimainkan.

Sementara itu, narasumber kedua, Dr. Johannes Beltz dari Museum Rietberg, menekankan bahwa wayang bukan sekedar benda mati dan kuno, melainkan sebuah penampilan yang hidup di tengah masyarakat Jawa.

Kemudian narasumber ketiga adalah Eva von Reumont, yang merupakan kurator pameran wayang di Museum Rietberg. 

Eva von Reumont dalam sesi diskusinya menyampaikan bahwa wayang sebagai bagian yang utama dan tidak terpisahkan dari kebudayaan Jawa.

KBRI Bern mengatakan,  bahwa seminar beserta pertunjukan wayang virtual tersebut merupakan upaya mereka untuk selalu mempromosikan kebudayaan Indonesia, walaupun di situasi pandemi yang membuat hampir seluruh pertunjukan kebudayaan harus dibatalkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya