Pesan Tersembunyi untuk China di Balik Kunjungan Menlu AS Mike Pompeo ke Indonesia

Menlu Amerika Serikat Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Jokowi.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2020, 09:03 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2020, 09:03 WIB
Presiden Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di Istana Bogor. (Dok: Setpres/Biro Pers)
Presiden Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di Istana Bogor. (Dok: Setpres/Biro Pers)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Lawatan Pompeo itu memiliki pesan tersembunyi untuk China.

"Kehadiran Menteri Luar Negeri Pompeo ke Indonesia untuk bertemu dengan mitranya Menlu Retno Marsudi dan beraudiensi dengan Presiden Joko Widodo positif untuk memberi pesan kepada China yang belakangan sangat agresif di Laut China Selatan," ujar Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana.

Setelah di Sri Lanka Pompeo mengatakan Partai Komunis China sebagai predator, ungkap Hikmahanto, maka di Indonesia, "AS hendak menyampaikan pesan ke China bahwa Indonesia tidak akan terjebak dengan ketergantungan utang terhadap China."

"China tidak akan bisa meminta Indonesia untuk membangun pangkalan militer karena Kemitraan Strategis AS-Indonesia akan diperkuat baik untuk bidang ekonomi dan pertahanan," kata Hikmahanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/10/2020).

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Indonesia Tidak Berpihak

Menlu RI Retno Marsudi dan Menlu AS Mike Pompeo dalam press briefing pada 29 Oktober 2020. (Photo credit: Kementerian Luar Negeri RI)
Menlu RI Retno Marsudi dan Menlu AS Mike Pompeo dalam press briefing pada 29 Oktober 2020. (Photo credit: Kementerian Luar Negeri RI)

Rektor Universitas Jenderal A Yani itu juga menggarisbawahi pernyataan Menlu Retno Marsudi bahwa semua negara diminta menghormati UNCLOS di Laut China Selatan yang sangat diapresiasi Pompeo. Pernyataan ini tentu mengkritik klaim China atas wilayah di sembilan garis putus yang tidak memiliki dasar dalam UNCLOS dan telah dinyatakan demikian oleh putusan Permanent Court of Arbitration pada 2016.

"Indonesia tidak gentar untuk menyampaikan kritik tersebut meski Indonesia bergantung pada utang dari China," imbuhnya.

Menurut Hikmahanto, itu menunjukkan Indonesia telah menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif yang tidak berpihak ke China maupun AS tetapi pada hukum internasional, khususnya UNCLOS.

 

 

Harapan yang Pupus

Presiden Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di Istana Bogor. (Dok: Setpres/Biro Pers)
Presiden Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di Istana Bogor. (Dok: Setpres/Biro Pers)

Namun di sisi lain, menurut dia, ada hal yang diharapkan Pompeo yang tidak mungkin direalisaikan oleh Indonesia. Harapan tersebut adalah Indonesia menjadi pilar bagi ASEAN, terutama untuk menghadapi China.

Hikmahanto menilai harapan ini sulit untuk direalisasikan mengingat Indonesia menjalankan kebijakan luar negeri yang bebas aktif, sehingga tidak mungkin membawa ASEAN berada di belakang AS dalam menghadapi China.

Selain itu, jelas Hikmahanto, di dalam ASEAN ada negara-negara tertentu yang sangat berpihak pada China sehingga keputusan secara konsensus ASEAN untuk menentang China tidak akan mudah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya