Pemerintah Negara Bagian di India Larang Sekolah Islam, 700 Madrasah Bakal Ditutup

Hampir seluruh lembaga pendidikan Islam atau madrasah di negara bagian Assam, India akan ditutup.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Jan 2021, 17:02 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2021, 17:02 WIB
Lucunya Masker ala Siswa India untuk Cegah Corona
Sejumlah siswa mengenakan masker saat prose belajar mengajar di sebuah sekolah pemerintah di Hyderabad, India, Rabu (4/3/2020). Beberapa siswa memakai masker yang dibuat sendiri, dari kain maupun dari kertas. (AP Photo/Mahesh Kumar A.)

Liputan6.com, New Delhi - Assam, sebuah negara bagian India yang diperintah oleh partai nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi Bharatiya Janata (BJP) telah mengesahkan undang-undang untuk mengubah semua sekolah Islam menjadi lembaga pendidikan reguler.

Mengutip CNN, Rabu (6/1/2021), setiap sekolah Islam yang dikelola pemerintah di Assam, yang secara lokal dikenal sebagai madrasah, akan diubah pada bulan April. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Menteri Pendidikan negara bagian, Himanta Biswa Sarma di Twitternya.

Dalam pidatonya di hadapan politikus lokal di hari yang sama, Sarma memposisikan hukum sebagai langkah untuk memberdayakan umat Islam.

Dia mengatakan itu akan memastikan "hak atas pendidikan yang sama untuk semua anak dan memudahkan jalan ke pendidikan tinggi."

Madrasah menyediakan sistem pendidikan di mana siswa diajarkan tentang Al-Qur'an dan sejarah Islam bersama dengan mata pelajaran umum seperti matematika dan sains.

Menurut sensus pemerintah 2011, Muslim membentuk 34,22% dari total populasi Assam.

Setelah undang-undang disahkan, madrasah akan menjadi "sekolah sekuler" yang tidak akan mengajarkan siswa tentang Al-Qur'an, jelas pihak berwenang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Dituduh Anti-Islam

Sadis, Kepala Sekolah di India Bakar Tangan 13 Murid dengan Lilin
Sadis, Kepala Sekolah di India Bakar Tangan 13 Murid dengan Lilin. Foto ilustrasi murid di India diambil pada 2008 (INDRANIL MUKHERJEE / AFP)

Politikua oposisi telah mengkritik langkah tersebut, menuduh itu mencerminkan sikap anti-Muslim yang mengeras di negara mayoritas Hindu itu.

Pemimpin senior oposisi negara bagian Debabrata Saikia mengklaim undang-undang baru itu disahkan oleh BJP untuk "mengkonsolidasikan lebih banyak suara Hindu."

"Itu adalah taktik polarisasi," kata Saikia.

"(BJP) sedang mencoba melakukannya dalam kapasitas resmi. Tidak perlu ada undang-undang."

Politisi oposisi dari Partai Kongres India dan Front Demokratik Bersatu Seluruh India melakukan pemogokan selama pembahasan RUU tersebut.

Menurut ketua Dewan Pendidikan Madrasah Assam, Imran Hussain, sekitar 700 sekolah akan terkena dampak.

"Jika orang tua mengirim anak-anak mereka ke madrasah hanya untuk studi teologis, mereka mungkin mendapat masalah," kata Hussain.

“Tapi saya percaya pada pendidikan yang baik, dan jika (siswa) diberikan pendidikan umum, itu akan bagus. Itu tidak meremehkan komunitas (Muslim). Ini bukan kebijakan yang ditujukan untuk melawan Muslim.

"Saya berharap dengan undang-undang baru ini, (pemerintah) meningkatkan infrastruktur di madrasah."

Diskriminasi agama di Assam menjadi topik perdebatan tahun lalu, ketika hampir 2 juta orang di negara bagian 33 juta tidak dimasukkan dalam National Register of Citizens (NRC) (Daftar Warga Nasional) negara itu.

Para pendukung berpendapat NRC akan menyaring imigran ilegal Bangladesh. Tetapi para kritikus mengecam langkah tersebut, dengan menyatakan itu adalah upaya BJP untuk menargetkan populasi Muslim di negara bagian itu yang telah ada di sana selama beberapa generasi, tetapi tidak dapat membuktikannya dengan dokumentasi yang diperlukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya