Deretan Kekacauan Politik AS Jelang Donald Trump Lengser dari Kursi Presiden

Menjelang lengsernya Donald Trump sebagai presiden AS, sejumlah kekacauan dan kegaduhan di dalam politik AS telah terjadi.

diperbarui 11 Jan 2021, 12:45 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2021, 12:33 WIB
Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya.
Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya. Dok: Gedung Putih

Washington D.C - Kemenangan Joe Biden dalam pemilu AS 2020 akan membuat Presiden Donald Trump segera lengser dari jabatannya, tepat pada tanggal 20 Januari mendatang saat acara inagurasi diselenggarakan. 

Kendati demikian, Trump masih berusaha untuk mempertahankan jabatan dan posisinya sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam tersebut. 

Melansir DW Indonesia, Senin (11/1/2021), ia telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kedudukannya sebagai presiden. Mulai dari mengklaim bahwa kemenangan Joe Biden adalah curang hingga yang paling terbaru adalah hasutan kepada pendukungnya untuk menyerbu Gedung Capitol Hill AS beberapa waktu lalu. 

Akibatnya, Twitter telah secara permanen membekukan akun Presiden Donald Trump. Twitter mengatakan pada Jumat 8 Januari malam bahwa mereka melarang akun Trump karena risiko terus berlanjutnya hasutan untuk melakukan kekerasan.

Selain Twitter, Facebook dan anak perusahaannya yakni Instagram juga telah mengumumkan penangguhan akun Presiden Trump pada Kamis (07/01) membuatnya ibarat kehilangan corong di ranah sosial media.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tak Mau Hadir di Acara Pelantikan Joe Biden

FOTO: Joe Biden - Kamala Harris Sampaikan Pidato Kemenangan Pilpres AS 2020
Presiden terpilih Joe Biden (kedua kanan) dan istrinya Jill Biden (kanan) bersama Wakil Presiden terpilih Kamala Harris (kedua kiri) dan suaminya Doug Emhoff (kiri) saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware, AS, Sabtu (7/11/2020). AP Photo/Andrew Harnik, Pool)

Namun sebelum akunnya ditutup oleh Twitter, Presiden Trump sempat mengutarakan niatnya untuk tidak hadir dalam pelantikan presiden terpilih Joe-Biden pada 20 Januari mendatang. Pengumuman ini muncul setelah beberapa media massa menuliskan bahwa kemungkinan Trump akan menghadapi upaya kedua pemungutan suara untuk memakzulkan dirinya

“Kepada semua yang bertanya, saya tidak akan menghadiri pelantikan pada 20 Januari,” tulisnya di Twitter.

Sebuah cuitan yang bernada meremehkan ini menunjukkan kemunduran bila dibandingkan dengan pesan yang diberikan Trump sehari sebelumnya bahwa ia akan bekerja untuk memastikan "transisi kekuasaan yang mulus, teratur, dan tanpa hambatan" kepada penggantinya dari Partai Demokrat setelah kerusuhan di Gedung Capitol AS pada Rabu.

Kantor berita Reuters mengutip sumber di pemerintahan Trump yang mengatakan bahwa presiden ini kemungkinan akan meninggalkan Gedung Putih sehari sebelum pelantikan untuk menuju resornya di Florida. Biden menyambut keputusan Trump sebagai "hal yang baik."

“Saya diberitahu dalam perjalanan ke sini bahwa dia [Trump] mengindikasikan tidak akan hadir pada hari pelantikan,” kata Biden kepada wartawan di Wilmington, Delaware.

“[Ini] salah satu dari sedikit hal yang dia dan saya sepakati.” 

Upaya Hentikan Penghitungan Suara

Antusiasme Warga Virginia Ikut Pemungutan Suara Awal
Para pemilih mengantre memberikan suara dalam pemungutan suara awal secara langsung untuk pilpres AS di Fairfax, Virginia, AS (18/9/2020). Warga dapat memilih untuk memberikan suara secara langsung atau melalui pos sebelum Hari Pemilu yang jatuh pada 3 November mendatang. (Xinhua/Liu Jie)

Penghitungan suara Electoral College tengah berlangsung pada sesi gabungan Kongres pada Rabu (06/01) ketika para pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Capitol AS.

Empat orang tewas dalam insiden tersebut, dan 52 orang lainnya telah ditangkap. Penghitungan suara kembali dilanjutkan dan dapat diselesaikan, serta mengonfirmasi Joe Biden sebagai presiden berikutnya.

Berbicara di hadapan publik pada Rabu pagi itu, Trump mengatakan kepada para pendukungnya untuk menuju Capitol dan “berikan Republik kita […] jenis kebanggaan dan keberanian yang mereka butuhkan untuk merebut kembali negara kita.”

Tidak hanya itu, saat kerusuhan terjadi, Presiden Donald Trump dan pengacaranya Rudy Giuliani dilaporkan telah menelepon Senator Republik Mike Lee untuk menunda penghitungan suara Electoral College.

Seorang juru bicara senator mengonfirmasi berita ini kepada CNN. Juru bicara Lee mengatakan panggilan telepon ini sebenarnya Senator Tommy Tuberville dari Partai Republik yang baru terpilih dari Alabama.

Trump menelepon ponsel pribadi Senator Lee, dari Partai Republikan di Utah, dan ternyata ia mencari Senator Tuberville dan diberi nomor yang salah. Lee kemudian pergi menemui rekannya dan menyerahkan teleponnya kepada Tuberville dan mereka berbicara selama kurang dari 10 menit. P

residen mencoba meyakinkannya untuk mengajukan keberatan tambahan terhadap pemungutan suara Electoral College untuk memblokir sertifikasi Kongres atas kemenangan Biden, menurut sebuah sumber.

Panggilan kemudian terputus karena para senator diminta pindah ke lokasi yang aman.

Gedung Capitol Diserbu Hingga Rencana Pemakzulan Trump

Donald Trump
Presiden Donald Trump setelah meletakkan karangan bunga di Makam Prajurit Tidak Dikenal pada Hari Veteran di Pemakaman Nasional Arlington di Arlington, Virginia, Rabu (11/11/2020). Donald Trump pertama kalinya muncul ke publik sejak kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS. (Brendan Smialowski/AFP)

Sejak peristiwa di Gedung Capitol itu, para anggota senat dari Partai Demokrat dan beberapa orang lain dari Partai Republik mengatakan Presiden Trump telah menghasut para pendukungnya untuk melakukan pemberontakan.

Anggota Kongres David Cicilline dan Demokrat lainnya menulis surat kepada Wakil Presiden Mike Pence, mendesaknya untuk memberlakukan Amandemen ke-25 dan mencopot Trump dari jabatannya. 

Surat itu mengatakan Trump memicu pemberontakan dan “berusaha merusak demokrasi.” Surat itu juga menuduh Trump “tidak sehat secara mental.” Klaim terakhir ini sulit untuk dibuktikan secara independen. Namun, peran Trump dalam memicu kerusuhan ini tidak sulit dibuktikan.

Bagi para oposisi yang ingin memberhentikan Trump lebih awal, ada dua jalur hukum yang bisa ditempuh: menerapkan Amandemen ke-25, atau dengan cara pemakzulan. Menurut Pasal Dua, Bagian 4, Konstitusi AS, seorang presiden dapat dimakzulkan jika dinyatakan bersalah karena “pengkhianatan, penyuapan, atau kejahatan dan pelanggaran lainnya.”

Proses persidangan dapat diinisiasi oleh DPR, yang mensyaratkan mayoritas suara untuk pemakzulan. Artikel pemakzulan kemudian diajukan ke Senat. Kamar ini kemudian akan mengadakan persidangan dan memberikan suara apakah akan menghukum presiden. Hanya jika dua pertiga suara mendukung, seorang presiden dapat dicopot dari jabatannya.

Pengaruh Amandemen ke-25

Joe Biden menang Pemilu Amerika 2020, jadi presiden AS menggantikan Donald Trump. (AP)
Joe Biden menang Pemilu Amerika 2020, jadi presiden AS menggantikan Donald Trump. (AP)

Cara lain untuk melucuti kekuasaan seorang presiden AS adalah dengan menerapkan Bagian 4 dari Amandemen ke-25 Konstitusi AS. Bagian ini memungkinkan pejabat tinggi pemerintah untuk menilai apakah presiden dapat menjalankan jabatannya dan, berpotensi, mencabut kekuasaan presiden.

Secara teori, bisa. Jika Pence dan mayoritas anggota Kabinet menggunakan Bagian 4 dari Amandemen ke-25, Trump akan segera dilucuti dari kekuasaannya. Bahkan jika Trump mempermasalahkan ini, Kongres memiliki waktu hingga 21 hari untuk menetapkannya sebagai orang yang layak untuk menjabat - tetapi ini membutuhkan mayoritas dua pertiga di kedua kamar. 

Jika lawan Trump mengejar lewat cara pemakzulan, secara teori ini juga mungkin dilakukan sebelum hari pelantikan Biden. Tetapi bahkan jika pemakzulan ini didukung oleh kedua partai, prosesnya masih lumayan menantang.

Infografis Kerusuhan di Gedung Capitol:

Infografis Rusuh di Capitol Hill AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusuh di Capitol Hill AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya