Liputan6.com, Houston - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump muncul untuk pertama kali setelah kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021. Trump berkunjung ke tembok perbatasan di Texas yang merupakan janji kampanyenya.
Pada kunjungan tersebut, Donald Trump sempat berbicara kepada reporter dan mengeluhkan tindakan perusahaan teknologi yang memblokirnya di media sosial.
Advertisement
Baca Juga
Trump juga menolak langkah pemakzulan yang ia anggap bakal memancing kemarahan. Selain itu, Trump membantah pidatonya memprovokasi massa.
"Saya pikir itu menyebabkan kemarahan besar kepada negara kita, dan itu menyebabkan kemarahan besar. Saya tidak ingin kekerasan," ujar Donald Trump seperti dilansir BBC, Rabu (13/1/2021).
Sebelum terjadi kerusuhan, Donald Trump sempat berbicara ke pendukungnya agar menuju Capitol Hill dan menunjukan "kekuatan", namun Trump meminta agar pendukungnya berunjuk rasa dengan "damai dan patriotik."
FBI kini sedang memburu pendemo yang berhasil masuk ke Capitol Hill. Sementara, Partai Demokrat berusaha memakzulkan kembali Donald Trump.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Melania Trump: Penyerbuan di Capitol Hill AS Bikin Kecewa dan Sedih
Penyerbuan gedung Kongres, Capitol Hill oleh kerumunan massa pendukung suaminya yang ingin mengubah hasil pemilihan presiden membuat Ibu Negara Amerika Melania Trump “kecewa dan sedih". Dalam pernyataan pada Senin 11 Januari 2021, ia juga mengatakan aksi tersebut merupakan hal yang "memalukan" ketika ia menjadi subyek apa yang digambarkannya sebagai "gosip cabul" dan "serangan pribadi yang tidak beralasan."
Selain itu, dalam pernyataan dari Gedung Putih tersebut, ibu negara AS juga turut menyampaikan kesedihan atas kematian enam orang terkait kekacauan di Kongres Rabu lalu 6 Januari, termasuk kematian polisi Kongres Brian Sicknick, dan seorang polisi lainnya, Howard Liebengoog, yang ikut menanggapi kerusuhan di Kongres dan bunuh diri akhir pekan lalu ketika sedang tidak bertugas.
"Bangsa kita sedianya pulih dengan cara beradab," ujar Melania seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa 12 Januari 2021.
"Jangan salah, saya benar-benar mengutuk aksi kekerasan yang terjadi di gedung Kongres kita. Aksi kekerasan tidak pernah dapat diterima."
Dalam kesempatan tersebut, Melania Trump juga meminta agar orang-orang berhenti bersikap anarkis.
“Saya mengimbau orang-orang untuk menghentikan aksi kekerasan itu, tidak membuat asumsi yang didasarkan pada warna kulit seseorang atau menggunakan ideologi politik sebagai landasan melakukan serangan dan kekejaman. Kita sedianya saling mendengar satu sama lain, memusatkan perhatian pada apa yang mempersatukan kita, dan mengatasi apa yang memisahkan kita."
Dalam pawai di dekat Gedung Putih pada 6 Januari lalu, Presiden Donald Trump mendorong ribuan pendukungnya untuk bergerak ke Kongres. Dalam pawai itu ia, sebagaimana yang telah disampaikannya selama berminggu-minggu, menyampaikan kembali tuduhan yang tidak berdasar bahwa ia telah dicurangi dalam pemilu presiden. Beberapa jam kemudian para pendukungnya menyerbu Kongres. Trump menyerukan kepada mereka agar “pulang” tetapi juga mengatakan, "Kami mencintai Anda, Anda sangat spesial."
Setelah polisi memulihkan ketertiban di Kongres AS, Kamis dini hari 7 Januari para anggota parlemen mengesahkan perolehan kursi elektoral Joe Biden dari Partai Demokrat, yang akan dilantik sebagai presiden ke-46 Amerika pada tanggal 20 Januari nanti.
Advertisement
Diblok Twitter, Donald Trump Umumkan Kekalahan Pakai Akun Pribadi Staf
Donald Trump, yang telah resmi dinyatakan kalah dalam pemilihan presiden, mengakui dalam pernyataan publik "akhir" dari masa jabatannya.
Ia juga mengumumkan akan meninggalkan jabatannya dalam "transisi yang teratur" pada 20 Januari 2021.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Kongres AS menegaskan kemenangan presiden terpilih Joe Biden dalam pilpres 2020 pada Kamis 7 Januari 2021.
"Meskipun saya benar-benar tidak setuju dengan hasil pemilu, namun demikian akan ada transisi yang teratur pada 20 Januari," demikian pernyataan Trump melalui akun Twitter Dan Scavino, deputi kepala staf Gedung Putih.
Dia kemudian berjanji untuk "berjuang untuk memastikan bahwa hanya suara sah yang dihitung" - lebih lanjut melanggengkan klaim palsunya tentang kecurangan pemilu.
"Meskipun ini merupakan akhir dari masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah presiden, ini hanya awal dari perjuangan kami untuk Membuat Amerika Hebat Lagi," pungkas Donald Trump.