105 Juta Kasus COVID-19 di Dunia, 100 Juta Orang Sudah Divaksin

Kasus COVID-19 di dunia mencapai 105 juta. Pekan ini, lebih dari 100 juta orang sudah mendapat vaksin.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 07 Feb 2021, 18:35 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2021, 18:35 WIB
Jelang Pemberlakuan Darurat Virus COVID-19 di Tokyo
Orang-orang yang mengenakan masker menunggu lampu lalu lintas di penyeberangan pejalan kaki di Shibuya, Tokyo, Jepang, Selasa (5/1/2021). Ibu kota Jepang, Tokyo mengonfirmasi lebih dari 1.200 kasus virus corona COVID-19 baru pada Selasa (5/1). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai 105 juta kasus per Minggu (7/2/2021). Kabar baiknya, pekan ini sudah ada lebih dari 100 juta orang yang mendapat vaksin COVID-19. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus tertinggi masih berada di Amerika Serikat. Berikut lima negara dengan jumlah kasus kumulatif tertinggi: 

1. Amerika Serikat: 26,9 juta

2. India: 10,8 juta

3. Brasil: 9,4 juta

4. Inggris: 3,94 juta

5. Rusia: 3,9 juta

10 negara dengan kasus tertinggi masih didominasi negara-negara Eropa. Saat ini merupakan musim dingin di belahan bumi utara.

Berdasarkan grafik Our World in Data, Israel memimpin dalam hal pemberian vaksin per 100 orang dengan 62,1 orang. Selanjutnya ada Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia. Mayoritas negara itu menggunakan vaksin Pfizer.

Vaksinasi di Indonesia sejauh ini tergolong rendah dengan angka 0,32 per 100 orang. Indonesia menggunakan vaksin Sinovac.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Vaksinasi Covid-19 Diprediksi Selesai hingga 10 Tahun, Ini Kata Epidemiolog

FOTO: Ribuan Tenaga Kesehatan Jalani Vaksinasi Dosis Pertama Secara Massal
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis pertama produksi Sinovac kepada tenaga kesehatan saat vaksinasi massal di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Kegiatan yang digelar Kemenkes dan Pemprov DKI Jakarta tersebut sebagai upaya percepatan vaksinasi COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Data studi Bloomberg menghitung waktu penyelesaian program vaksinasi Covid-19 di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan perhitungannya dengan data vaccination rate Indonesia per 4 Februari lalu, Indonesia diprediksi baru akan menyelesaikan program vaksinasi selama kurang lebih 10 tahun.

Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo pun membenarkan prediksi Bloomberg tersebut. Dia mengatakan, prediksi 10 tahun itu bila vaccination rate di Indonesia terus berada di angka 60 ribu.

"10 tahun itu kalau vaccination rate-nya seperti sekarang ini yang sangat rendah. Sekarang ini masih bisa diterima kalau vaccination rate kita masih rendah, mudah-mudahan nanti segera meningkat. Hitungan Bloomberg/John Hopkins/Straits Times, kita nanti cuma mampu 2 kali dari sekarang kecepatannya," kata Windhu saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (7/2).

Windhu kemudian menjabarkan perhitungan prediksi tersebut. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, per 4 Februari lalu, jumlah orang yang sudah disuntik vaksin dosis pertama yaitu 700.266 orang.

Yang pertama harus dilakukan yakni menghitung vaccination rate. Cara menghitungnya yakni membagi jumlah orang yang sudah divaksin dengan waktu pelaksanaan vaksinasi.

Seperti yang diketahui, vaksinasi pertama di Indonesia dimulai pada 13 Januari 2021, sehingga sampai 4 Februari, terhitung 23 hari pelaksanaan vaksinasi.

"Kalau kita anggap saja semua sudah mendapatkan 2 dosis, berarti jumlah vaksin yang sudah disuntikkan sebanyak 1.400.532 dosis. Jadi vaccination rate-nya, 1.400.532 dosis dibagi 23 hari, yakni 60.892 dosis per hari," terangnya.

Kemudian, untuk menghitung waktu vaksinasi itu didapatkan dari perhitungan jumlah sasaran vaksinasi dibagi vaccination rate. Namun, jangan lupa kalikan jumlah sasaran dengan 2 dosis, dan mengalikan vaccination rate dengan jumlah hari dalam satu tahun. Sebab, pelaksanaan vaksinasi di Indonesia dilakukan nonstop setiap hari tanpa hari libur.


Harus Tingkatkan Program Vaksinasi

FOTO: Tenaga Kesehatan Jalani Vaksinasi COVID-19 Tahap Kedua di Puskesmas Palmerah
Petugas medis menyedot vaksin COVID-19 Sinovac untuk disuntikkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Palmerah, Jakarta, Kamis (28/1/2021). Pemberian vaksin COVID-19 tahap kedua dilaksanakan terhadap tenaga kesehatan mulai hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Seperti yang diketahui, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang terbaru, yakni 271.349.889 jiwa. Maka, 75 persen penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi sekitar 203.512.416 orang. Karena setiap orang mendapatkan 2 dosis, maka jumlah sasaran vaksinasinya menjadi 407.024.000

"407.024.000 sasaran dibagi (60.892 x 2 dosis x 365 hari) Maka sekitar 9 tahun tahun lebih (program vaksinasinya selesai)," kata Ahli Kesehatan Masyarakat itu.

Windhu sebenarnya yakin vaccination rate Indonesia bisa meningkat. Sebab, Kemenkes terus menambah jumlah vaksinator. Pada bulan Maret mendatang, Kemenkes RI berencana menambah jumlah vaksinator menjadi 81 ribu. Sehingga Windhu yakin, vaccination rate di Indonesia bisa meningkat 2 hingga 3 kali lipat dari saat ini.

"Jumlah vaksinator sebanyak 80 ribu sudah cukup, jadi tinggal menunggu pasokan vaksinnya saja. Kalau macet, ya bisa sangat lama selesainya," kata Windhu.


Infografis Vaksin COVID-19:

Infografis 17 Kondisi Orang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 17 Kondisi Orang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya