Liputan6.com, Taipei - Taiwan mengatakan jet militer China dalam jumlah besar terbang ke wilayah udaranya pada Senin (12/4/2021).
Kementerian pertahanan mengatakan 25 pesawat termasuk pesawat tempur dan pembom berkemampuan nuklir memasuki apa yang disebut zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pada hari itu.
Ini merupakan aktivitas udara terbesar dalam satu tahun dan terjadi saat Amerika Serikat memperingatkan China yang semakin agresif.
Advertisement
Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri.
Namun, Taiwan yang demokratis melihat dirinya sebagai negara berdaulat, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (13/4/2021).
Misi terbaru China melibatkan 18 jet tempur, serta empat pembom, yang dapat membawa senjata nuklir, dua pesawat anti-kapal selam dan satu pesawat peringatan dini, kata Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan menambahkan bahwa mereka mengirim pesawat tempur untuk memperingatkan jet China, sementara sistem rudal dikerahkan untuk memantau mereka.
China telah melakukan penerbangan reguler di atas perairan internasional antara bagian selatan Taiwan dan Kepulauan Pratas yang dikuasai Taipei di Laut China Selatan dalam beberapa bulan terakhir.
Serangan pada Senin (12/4) juga membuat jet terbang ke ADIZ di barat daya Taiwan dekat Kepulauan Pratas.
Insiden terbaru terjadi sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat prihatin tentang "tindakan yang semakin agresif" China terhadap Taiwan.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC, dia menegaskan kembali bahwa AS memiliki komitmen hukum terhadap Taiwan dan mengatakan Washington akan "memastikan Taiwan memiliki kemampuan untuk membela diri", menambahkan bahwa itu akan menjadi kesalahan serius bagi siapa pun untuk mencoba mengubah status quo dengan paksa.
Saksikan Video Berikut Ini:
Respons Tsai Ing-wen
Para pengamat mengatakan, Beijing menjadi semakin khawatir bahwa pemerintah Taiwan menggerakkan pulau itu menuju deklarasi kemerdekaan resmi dan ingin memperingatkan Presiden Tsai Ing-wen agar tidak mengambil langkah ke arah itu.
Presiden Tsai, bagaimanapun, telah berulang kali mengatakan bahwa Taiwan sudah menjadi negara merdeka, membuat deklarasi formal tidak diperlukan.
Pulau ini memiliki konstitusi, militer, dan pemimpin yang dipilih secara demokratis.
China tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mencapai penyatuan dengan Taiwan.
Advertisement