Jurnalis Irak Kritis Ditembak di Kepala

Penembakan terhadap jurnalis Irak ini terjadi hanya 24 jam setelah seorang aktivis anti-pemerintah terkemuka tewas.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 10 Mei 2021, 13:18 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2021, 13:03 WIB
Jenis Senjata Api Pistol
Glock Gun (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Baghdad - Seorang jurnalis Irak berada dalam kondisi kritis setelah ditembak pada bagian kepala pada Senin 10 Mei 2021 pagi.

Dikutip dari laman France24, Senin (10/5/2021), penembakan ini terjadi hanya 24 jam setelah seorang aktivis anti-pemerintah terkemuka tewas.

Sebelumnya, juru kampanye anti-korupsi Ihab al-Wazni ditembak mati Minggu 9 Mei 2021 pagi di Karbala, Irak . Hal itu memicu para pendukung gerakan protes ke jalan-jalan untuk menuntut diakhirinya pertumpahan darah dan impunitas resmi.

Wazni telah memimpin protes di kota kuil Syiah Karbala, tempat kelompok bersenjata pro-Teheran memegang kendali besar.

Dia ditembak di luar rumahnya oleh orang-orang yang mengendarai sepeda motor menggunakan senjata yang dilengkapi peredam suara.

Semua bisa diketahui setelah aktivitas itu tertangkap kamera pengintai. Kematiannya dikonfirmasi oleh aparat keamanan dan aktivis.

Beberapa jam setelah kematian Wazni, reporter Ahmed Hassan berada dalam perawatan intensif akibat "dua tembakan di kepala dan satu di bahu," kata seorang dokter kepada iAFP.

"Dia menjadi sasaran saat keluar dari mobilnya untuk pulang," menurut seorang saksi mata di Irak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


600 Aktivis Tewas

Ilustrasi Bendera Irak (AP)
Ilustrasi Bendera Irak (AP)

Wazni lolos dari kematian pada Desember 2019, ketika pria dengan sepeda motor menggunakan senjata hendak menyerangnya. Tak hanya Wazni, dalam waktu yang sama, pelaku juga berencana membunuh aktivis Fahem al-Tai.

Keduanya adalah tokoh kunci dalam gerakan protes nasional yang menentang korupsi dan ketidakmampuan pemerintah Irak pada Oktober 2019.

Sekitar 600 aktivis dari gerakan tersebut telah terbunuh, baik di jalan-jalan selama unjuk rasa atau menjadi sasaran di depan pintu rumah mereka.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya