Cerita Pengalaman Menyaksikan Gerhana Bulan Total di Selandia Baru hingga Korea

Berikut adalah cerita pengalaman tentang peristiwa gerhana super blood moon di berbagai negara di Asia dan Pasifik.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Mei 2021, 08:59 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2021, 08:30 WIB
Perkembangan gerhana dimulai dengan sebagian menutupi bulan seperti yang terlihat di Sydney, Australia, pada Rabu 26 Mei 2021. (Saeed / AFP / Getty)
Perkembangan gerhana dimulai dengan sebagian menutupi bulan seperti yang terlihat di Sydney, Australia, pada Rabu 26 Mei 2021. (Saeed / AFP / Getty)

Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang di Selandia Baru dan di seluruh dunia pada Rabu 26 Mei, menyaksikan peristiwa kosmik yang disebut sebagai gerhana Bulan total atau super blood moon - kombinasi dari gerhana Bulan total dan supermoon yang lebih cerah dari biasanya.

Ketika gerhana terjadi, Bulan yang berkilauan muncul di atas cakrawala. Saat bayangan bumi mulai disinari bulan, menimbulkan efek dramatis. Hal itu terjadi ketika separuh bagian Bulan tampak menghilang.

Namun, ketika gerhana penuh terjadi, pandangan Bulan menjadi beragam - warna oranye yang sebelumnya sempat disaksikan oleh banyak orang di dunia.

"(Gerhana Bulan) itu tidak begitu jelas bagi mereka yang ada di darat,” kata Ben Noll, seorang ahli meteorologi pada badan penelitian ilmiah, Selandia Baru NIWA, seperti dilansir Associated Press, Kamis (27/5/2021).

"Secara pribadi, saya pikir akan ada sedikit lebih banyak warna merah di langit," imbuhnya.

John Rowe, seorang pendidik di Stardome Observatory and Planetarium di Auckland, menyebut gerhana itu seperti Bulan yang berubah menjadi senyuman besar dan menyeramkan ketika ditatap - karena wana merah cerah yang ditimbulkan dari gerhana itu. 

Rowe juga mengungkapkan bahwa dirinya senang ketika melihat bintang-bintang di sekitarnya tampak cerah saat cahaya bulan meredup.

Gerhana Bulan total di Selandia Baru berlangsung sekitar 15 menit, sementara total durasi peristiwa kosmik itu berlangsung selama lima jam.

Gerhana parsial dimulai saat bulan mendekati bayangan terluar Bumi, yang disebut penumbra, sebelum bergerak lebih penuh ke dalam bayangan utama dan kemudian membalik prosesnya.

Warna Bulan saat gerhana super blood moon dapat terlihat berbeda tergantung di mana orang-orang berada di dunia. Hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor seperti jumlah debu di atmosfer dan cuaca global.

Di sebagian besar wilayah di Selandia Baru, dengan cuaca yang tetap tenang dan cerah pada Rabu 26 Mei, gerhana terjadi dengan pemandangan yang sangat baik. Hal yang sama juga terjadi di Australia.

Pengalaman Gerhana Bulan Total di Korea Selatan Hingga Hong Kong

Penampakan Gerhana Bulan Total di Penjuru Dunia
Bulan digambarkan di atas Hong Kong selama gerhana bulan total pada Rabu (26/5/2021). Gerhana bulan total yang bertepatan dengan Supermoon untuk pertama kalinya dalam dua tahun. (Peter PARKS / AFP)

Sementara di Korea Selatan, hujan yang turun dan cuaca mendung di sebagian besar wilayah negara itu menutupi pemandangan gerhana.

Ada juga kekecewaan di Jepang karena cuaca mendung, dengan banyak warga yang memposting pesan seperti "Saya tidak bisa melihat apa-apa" di Twitter.

Beberapa orang di negara Pasifik dan Asia Timur pun menonton gerhana super blood moon sebelum tengah malam, sementara di Hawaii dan bagian barat Amerika Utara harus menontonnya di pagi hari.

Di Anchorage, Alaska, seorang warga bernama Doug Henie tidak mengira bagaimana pengalaman menyaksikan gerhana bulan pertamanya.

Henie dan istrinya hanya melihat sepotong bulan saat mereka berkendara ke tempat pengamatan utama, di sebuah bukit dari jalan yang berkelok-kelok antara Cook Inlet dan bandara Anchorage.

Begitu mereka tiba, Henie memasang kameranya saat gerhana mendekati momen totalitas tepat setelah jam 3 pagi waktu setempat, yang saat itu tampak lebih seperti senja daripada malam.

"Keren sekali," kata Henie.

"Tadinya saya berharap untuk melihat lebih banyak momen unik, saya rasa, tapi sekarang sudah lebih baik. Terang itu pasti akan kembali," ujarnya.

Di Hong Kong, seorang warga bernama Dickson Fu menceritakan ketika ia memutuskan untuk pulang kerja lebih awal demi menyaksikan gerhana dari kawasan pejalan kaki tepi laut di lingkungan Sai Kung.

Fu, yang merupakan presiden Asosiasi Pengamat Langit Hong Kong, memilih tempat itu karena ia meyakini akan memberinya pemandangan yang terbaik untuk menyaksikan gerhana.

"Beberapa tahun belakangan ini saya lebih tertarik memotret, dan beberapa hari terakhir ini saya sudah melakukan persiapan, menguji peralatan seperti kamera dan lensa," jelas Fu.

Infografis Pakai Tali Strap di Masker, Apa Risikonya?

Infografis Pakai Tali Strap di Masker, Apa Risikonya? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pakai Tali Strap di Masker, Apa Risikonya? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya