Liputan6.com, Tehran - Menteri Kesehatan Iran telah menyerukan dua minggu lockdown yang dibantu oleh angkatan bersenjata dan penegak hukum, untuk mengekang peningkatan cepat kasus COVID-19 yang mengkhawatirkan di seluruh negeri.
Saeed Namaki, yang kemungkinan akan diganti setelah Ebrahim Raisi dilantik sebagai presiden berikutnya pada hari Kamis, membuat permintaan tersebut dalam sebuah surat kepada Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei yang juga dipublikasikan secara luas oleh media Iran pada hari Minggu. Demikian seperti mengutip laman Al Jazeera, Senin (2/8/2021).
Advertisement
Baca Juga
“Tekanannya sangat tinggi sehingga saya khawatir bahkan rencana ini tidak akan cukup, kecuali kita mengurangi beban eksponensial penyakit melalui tindakan pencegahan cepat dan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan,” tulisnya.
Menteri itu mengatakan gelombang kelima infeksi virus corona yang kali ini didominasi oleh varian Delta yang ganas, bisa menjadi "bencana" dan "tidak dapat diubah".
“Meskipun mereka divaksinasi, rekan kerja saya semua jatuh sakit karena lama tidak bisa tidur dan stres,” katanya sambil memperingatkan bahwa sistem kesehatan negara itu bisa runtuh.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus COVID-19 di Iran
Lebih dari 3,9 juta kasus COVID-19 telah terdaftar di Iran sejak Februari 2020 dan lebih dari 91.000 orang telah kehilangan nyawa mereka dalam apa yang telah lama menjadi pandemi paling mematikan di Timur Tengah.
Kementerian kesehatan mengatakan 366 lebih banyak orang Iran meninggal pada hari Minggu sementara jumlahnya menunjukkan kematian akibat virus telah melonjak 38 persen dibandingkan dengan seminggu sebelumnya.
Lebih dari 32.500 kasus yang baru ditemukan yang diumumkan pada hari Minggu berada di antara beberapa yang tertinggi di dunia, dan juga menunjukkan peningkatan 32 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Advertisement