Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mengecam insiden dua ledakan bom dahsyat yang menghantam perbatasan Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, saat warga sipil terus berusaha melarikan diri dengan penerbangan dari Afghanistan yang dikuasai Taliban.
Melalui akun Twitter @Kemlu_RI, pemerintah Indonesia menyatakan kecamannya.
Baca Juga
"Indonesia mengutuk keras serangan teroris di dekat Bandara Kabul (26/8) yang menewaskan puluhan orang dan melukai banyak orang," tulis akun tersebut yang dikutip Jumat (27/8/2021).
Advertisement
Pemboman itu terjadi beberapa jam setelah pemerintah Barat memperingatkan warganya untuk menjauh dari bandara, karena ancaman serangan oleh ISIS-K, cabang kelompok ISIS di Afghanistan.
Serangan itu kemungkinan akan secara signifikan mempersulit upaya untuk mengangkut ribuan orang keluar dari Afghanistan.
Sebelum penyerangan, sejumlah negara termasuk Jerman, Belanda dan Kanada, telah mengumumkan bahwa mereka tidak bisa lagi melakukan penerbangan ke luar Afghanistan.
Turki telah mengumumkan bahwa pasukannya, yang telah memberikan keamanan di bandara Kabul selama enam tahun, ditarik.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
18 Tentara AS dan 140 Lebih Warga Afghanistan Terluka
Sementara itu, ada 18 tentara AS yang terluka dan para pejabat setempat memperingatkan jumlah korban bisa bertambah.
Lebih dari 140 warga Afghanistan terluka, menurut seorang pejabat Afghanistan.
sebuah badan amal Italia yang mengoperasikan rumah sakit di Afghanistan, mengatakan telah menerima setidaknya 60 pasien yang terluka akibat ledakan bom di bandara, dan melihat 10 korban tewas.
"Ahli bedah akan bekerja sampai malam," kata Marco Puntin, manajer badan amal Italia di Afghanistan.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengungkapkan bahwa ledakan terjadi di dekat pintu masuk bandara Kanul dan ledakan lainnya terjadi tidak jauh dari sebuah hotel.
Ledakan kedua terjadi di atau dekat Baron Hotel, di mana banyak orang, termasuk warga Afghanistan, Inggris dan AS, diminta untuk berkumpul dalam beberapa hari terakhir sebelum menuju ke bandara untuk dievakuasi.
Advertisement