, London - Pemerintah Inggris pada Senin (27/09) mengumumkan, pengemudi truk tangki BBM Angkatan Darat Inggris akan dikerahkan untuk mendistribusikan bahan bakar minyak, BBM.
Dalam kondisi siaga, tentara yang dilibatkan akan bertugas mengurangi tekanan rantai pasokan dan lonjakan permintaan bahan bakar lokal, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat (1/10/2021).
Baca Juga
Pengemudi truk tangki BBM militer disiagakan di sejumlah lokasi yang paling dibutuhkan dan memberikan jaminan pasokan bahan bakar. Namun, sebelum diterjunkan ke lapangan, mereka akan menerima pelatihan khusus.
Advertisement
Menteri urusan Ekonomi, Bisnis dan Strategi Industri, Kwasi Kwarteng menyatakan, Inggris memiliki "pasokan bahan bakar yang kuat."
"Namun, kami menyadari ada masalah rantai pasokan di stasiun bahan bakar dan mengambil langkah-langkah untuk meringankannya sebagai prioritas,'' katanya.
Panic buying memperburuk krisis pasokan BBM yang dipicu oleh kurangnya pengemudi truk pasca-Brexit.
Pengemudi truk tangki BBM yang biasanya mengirimkan bahan bakar ke berbagai stasiun pengisian, mayoritasnya adalah warga Uni Eropa yang visanya tidak lagi diperpanjang.
Kementerian Lingkungan menyatakan, Inggris tidak sedang menghadapi kekurangan bahan bakar, tetapi gangguan hanya terjadi pada titik pengiriman. "Yang paling penting adalah orang hanya membeli bensin seperti biasa. Tidak ada kekurangan," kata Sekretaris Lingkungan George Eustice kepada wartawan.
Juru bicara Johnson pada Senin (27/09), mengatakan pemerintah tidak berpuas diri dan berjanji mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu mengirimkan bahan bakar ke pompa bensin.
"Apa yang kami lakukan sebagai pemerintah yang bertanggung jawab adalah mengambil langkah-langkah persiapan yang diperlukan, jika diperlukan akan ada tindakan lebih lanjut," kata juru bicara itu.
Â
Bagaimana Inggris Atasi Kekurangan Pengemudi Truk?
Kekurangan pengemudi truk - yang terjadi sebagai akibat pandemi, tenaga kerja yang menua, eksodus pekerja asing, dan kondisi kerja yang tidak menguntungkan - menyebabkan serangkaian kejadian tidak terduga setelah resmi keluarnya Inggris dari Uni Eropa allias Brexit tahun lalu.
Pemerintah Inggris mengatakan, akan mengeluarkan 5.000 visa tiga bulanan untuk pengemudi truk mulai Oktober dan 5.500 visa tambahan untuk pekerja di bidang pabrik pengolahan unggas. Sebuah langkah yang dinilai banyak kalangan tidak akan sukes. Juga Konfederasi Industri Inggris menyebut, jumlah itu jauh dari yang dibutuhkan.
Perwakilan pengemudi truk Eropa juga skeptis, para pengemudi dari Uni Eropa berminat datang ke Inggris dengan visa smentara yang akan berakhir pada 24 Desember 2021. Pertimbangan lainnya, di Uni Eropa permintaan akan pegemudi truk juga tinggi dengan upah yang lebih bagus dibanding di Inggris.
Â
Advertisement
Masalah Lain yang Timbul Pasca-Brexit
Selain menghadapi masalah pasokan BBM dan logistik untuk Supermarket, Inggris juga masih dipusingkan masalah perbatasan perairan dengan Eropa. Pulau Jersey misalnya, rumah bagi lebih dari 100.000 warga adalah wilayah terbesar di Kepulauan Channel yang berada di utara Prancis. Seperti di Guernsey, wilayah pemerintahannya sendiri bukan bagian dari Inggris Raya dan rakyatnya tidak memilih dalam referendum Brexit 2016. Namun, Jersey dan Guernsey masih bergantung pada Inggris dalam hal pertahanan dan hubungan internasional.
Sembilan bulan setelah Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa, para nelayan Jersey masih menunggu pengurangan akses UE yang dijanjikan ke perairan mereka, seperti yang dijanjikan dalam kesepakatan Brexit.
Tim Corson, seorang nelayan pemilik perahu kecil yang menjual tangkapan lobsternya di Prancis, tidak senang dengan pergeseran tenggat waktu bagi para pesaingnya di Eropa untuk mendapatkan lisensi menangkap ikan di Jersey.
"Kondisinya semakin tertunda, tertunda, tertunda," kata pria berusia 28 tahun itu kepada AFP. "Mereka memperpanjangnya lagi, tapi apa yang akan terjadi ketika itu habis?"
Sebelum Brexit, Prancis telah meminta Inggris untuk mengeluarkan 169 izin penangkapan ikan, tetapi para nelayan harus membuktikan bahwa mereka menangkap ikan di perairan Channel.
Don Thompson, Presiden Asosiasi Nelayan Jersey, awalnya optimis tentang Brexit, tetapi sekarang merasa "cukup kecewa dengan hasilnya."
"Keputusan itu sebetulnya kesempatan untuk menyeimbangkan kembali, untuk melihat semacam keseimbangan, antara ukuran armada penangkap ikan asli Jersey dan jumlah kapal asing yang bekerja di perairan kita," katanya.