Liputan6.com, Jakarta - Industri plastik di Amerika Serikat menyumbang lebih banyak emisi gas rumah kaca (GRK) daripada pembangkit listrik bertenaga batu bara pada akhir dekade ini, menurut laporan terbaru yang rilis Kamis, 21 Oktober.
Laporan yang dirilis oleh proyek Beyond Plastics dari Bennington College menemukan bahwa industri plastik Amerika Serikat melepaskan setidaknya 232 juta ton GRK setiap tahun, setara dengan 116 pembangkit listrik tenaga batu bara berukuran rata-rata.
Advertisement
Baca Juga
"Plastik adalah batu bara baru dan merupakan masalah keadilan lingkungan utama ... Dampak kesehatan dari emisi secara tidak proporsional ditanggung oleh komunitas berpenghasilan rendah dan komunitas kulit berwarna," kata Judith Enck, presiden Beyond Plastics dan mantan Badan Perlindungan Lingkungan regional (EPA) administrator di bawah Presiden Obama.
Dilansir The Guardian, Sabtu (23/10/2021), sembilan puluh persen dari polusi perubahan iklim yang dilaporkan industri plastik terjadi hanya di 18 komunitas yang penduduknya berpenghasilan 28% lebih rendah dari rata-rata rumah tangga Amerika dan 67% komunitas minoritas.
Laporan tersebut mengidentifikasi 10 tahap berbeda yang membuat manufaktur plastik memproduksi GRK paling signifikan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Produksi Plastik Jadi Fokus Baru Perubahan Iklim
Hydro-fracking diperkirakan akan melepas 45 juta ton metana per tahun di AS pada 2025. Pengangkutan dan pemrosesan gas fracking mengeluarkan sekitar 4,8 juta ton metana per tahun.
Fasilitas cracker gas etana petrokimia melepaskan setidaknya 70 ton GRK setiap tahun. Manufaktur bahan baku plastik lainnya bertanggung jawab atas 28 juta ton emisi GRK per tahun.
Ekspor dan impor bahan baku serta produk plastik memancarkan setidaknya 51 juta ton GRK setiap tahun, setara atau lebih dari 25 pembangkit listrik tenaga batu bara.
Advertisement
Gagasan Pembangunan Perusahaan Produksi Plastik Lainnya
Selain itu, laporan tersebut menemukan bahwa infrastruktur plastik industri petrokimia berkembang pesat.
Sejak 2019, setidaknya 42 fasilitas plastik AS telah dibuka, sedang dibangun, atau sedang dalam proses perizinan. Jika fasilitas tersebut beroperasi penuh, mereka dapat melepaskan 55 juta ton GRK tambahan atau setara dengan 27 pembangkit listrik tenaga batu bara 500 megawatt pada 2025.
"Saya ingin menjelaskan kepada Anda ethane cracker. Di situs hydro-fracking, Anda memiliki etana yang dilepaskan ke atmosfer. Cara terbaik untuk mencegah pembakaran etana ini adalah dengan menutup hydro-fracking dengan benar. Sebaliknya, industri petrokimia telah menemukan cara untuk menggunakan etana sebagai bahan penyusun plastik," kata Enck pada konferensi Kamis, 21 Oktober.
Dengan Forum Ekonomi Dunia memproyeksikan produksi plastik global menjadi tiga kali lipat pada tahun 2050, Enck mengatakan fokus baru industri bahan bakar fosil adalah plastik dengan mengatakan, "Perusahaan bahan bakar fosil menghasilkan lebih sedikit uang untuk menghasilkan listrik dan lebih sedikit uang untuk transportasi... jadi (perusahaan ini) melihat plastik sebagai rencana B.
"Tidak ada rencana B untuk kita semua. Kita berada dalam krisis iklim," imbuhnya.
Â
Penulis: Anastasia Merlinda