Diplomasi Indonesia Dianggap Terlalu Santun dan Halus

Pakar geopolitik Prof. Kishore Mahbubani berkata suara Indonesia diperlukan di ASEAN, tapi Indonesia terlalu santun.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Nov 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2021, 18:00 WIB
Prof. Kishore Mahbubani dari National University of Singapore (NUS) di Global Town Hall 2021.
Prof. Kishore Mahbubani dari National University of Singapore (NUS) di Global Town Hall 2021. Dok: FPCI

Liputan6.com, Jakarta Pakar geopolitik menyebut kompetisi antara Amerika Serikat dan China bisa membawa dampak negatif bagi ASEAN pada dekade ini. Anggota ASEAN pun diminta angkat suara dengan tegas.

Hal itu dinilai oleh Nama Prof. Kishore Mahbubani yang sempat viral karena memuji keberhasilan Presiden Joko Widodo.

"Ini adalah realita yang kita di ASEAN harus hadapi. Bahwa dekade ini akan menjadi dekade berbahaya Kita harus angkat suara. Kita tak bisa diam saja," ujar Prof. Mahbubani dari National University of Singapore (NUS) di Global Town Hall 2021, Sabtu (20/11/2021). 

Prof. Mahbubani menilai ASEAN bisa berperan sebagai penengah dari kompetisi itu, tetapi ia menilai Indonesia  terlalu santun dalam bersuara di panggung global. 

"Kawan-kawan Indonesia saya terlalu sopan, terlalu alus. Mereka harusnya angkat suara. Suarakan kebeneran kepada kekuasaan," kata Prof. Mahbubani sambil terkekeh.

Ia pun menjelaskan bahwa Indonesia harusnya bisa mengajak AS-China untuk memahami bahwa ada jalan yang lebih baik ketimbang melakukan zero-sum game. Apabila ASEAN tak vokal, maka mereka tak akan didengar. 

Di lain pihak, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pernah berkata bahwa Indonesia tidak tertarik dengan strategi "megaphone diplomacy". Menlu Retno pun mendorong ASEAN agar menghindari strategi tersebut.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

ASEAN Tak Tertarik Konflik?

Presiden Joko Widodo dan Menlu Retno Marsudi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-24 ASEAN-RRT yang digelar secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 26 Oktober 2021.
Presiden Joko Widodo dan Menlu Retno Marsudi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-24 ASEAN-RRT yang digelar secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 26 Oktober 2021. (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Pakar geopolitik dari Rusia menilai bahwa negara-negara dunia tidak tertarik untuk terlalu berpihak kepada kompetisi antara negara-negara tertentu. Hal itu masih terkait faktor geopolitik, budaya, dan ideologis. 

"ASEAN tentunya tidak tertarik pada bagian konfrontasi ini," ujar Fyodor Lukyanov dari Chairman of the Council on Foreign and Defense Policy.

Lukyanov berkata bahwa confidence bisa berkurang di tengah panasnya kontestasi geopolitik. Ia pun menegaskan pentingnya realita, kejujuran, dan diskusi terbuka tentang keseimbangan kekuataan. 

AS dan China pun diminta agar serius mengenai hal-hal tersebut. 

Sementara, Prof. Mahbubani turut mengungkap kesan negatif terhadap potensi terpilihnya lagi Donald Trump di pilpres AS 2024. Prof. Mahbubani berkata terpilihnya Trump adalah hal berbahaya.

"Sejujurnya, bila Presiden Donald Trump menang lagi (dengan) America First, kedudukan Amerika di dunia otomatis bakal turun," ujarnya. Ia pun menyarankan agar AS mengurus dulu isu-isu internal agar bisa fokus ke relasi dengan China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya