Liputan6.com, Sydney - Australia akan meninjau rencananya untuk membuka kembali perbatasan bagi migran dan pelajar terampil mulai 1 Desember. Hal tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri Scott Morrison pada Senin (29/11), setelah negara itu melaporkan kasus pertama varian virus corona Omicron.
Dua orang yang tiba di Sydney dari Afrika selatan dinyatakan positif pada hari Minggu untuk varian yang baru diidentifikasi ketika pejabat memerintahkan karantina 14 hari untuk warga yang kembali dari sembilan negara Afrika. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (29/11/2021).
Advertisement
Morrison mengatakan "masih terlalu dini" untuk memberlakukan kembali wajib karantina hotel selama dua minggu bagi pelancong asing, dan mendesak orang-orang untuk tetap tenang karena data belum sepenuhnya menentukan tingkat keparahan, penularan, dan resistensi vaksin dari jenis Omicron.
"Jadi kami hanya mengambil satu langkah pada satu waktu, mendapatkan informasi terbaik, membuat keputusan yang tenang dan masuk akal," kata Morrison kepada Nine News.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Temuan Varian Omicron
Omicron, yang dijuluki "varian perhatian" oleh Organisasi Kesehatan Dunia, berpotensi lebih menular daripada varian sebelumnya. Tetapi para ahli belum tahu apakah itu akan menyebabkan COVID-19 yang lebih atau kurang parah dibandingkan dengan jenis lainnya.
Morrison mengatakan komite keamanan nasional akan bertemu pada Senin malam untuk menilai relaksasi pembukaan kembali perbatasan yang dijadwalkan mulai hari Rabu. Pertemuan para pemimpin dari semua negara bagian dan teritori akan diadakan pada hari Selasa, katanya.
Menteri Kesehatan Federal Greg Hunt mengatakan dia telah meminta kelompok penasihat vaksinasi negara itu untuk meninjau kerangka waktu untuk suntikan penguat COVID-19.
Sekitar 87 persen penduduk Australia yang berusia di atas 16 tahun telah divaksinasi lengkap, di atas tingkat yang terlihat di Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara di Eropa Barat.
Advertisement