5 Hal yang Bakal Terjadi Jika Pandemi COVID-19 Berakhir pada 2022

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengajak masyarakat dunia untuk bersama-sama mengakhiri COVID-19.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Des 2021, 14:36 WIB
Diterbitkan 24 Des 2021, 14:36 WIB
FOTO: China Kembali Deteksi Kasus COVID-19 Varian Omicron
Para komuter yang mengenakan masker untuk melindungi diri dari COVID-19 menyeberang jalan di Beijing, China, Rabu (15/12/2021). China mendeteksi kasus kedua varian omicron pada seorang pria berusia 67 tahun yang dinyatakan positif setelah lebih dari dua minggu karantina. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - COVID-19 mungkin akan tetap dianggap berbahaya, meski pada 2022 nanti pandemi akibat Virus Corona baru diprediksi akan berakhir.

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengajak masyarakat dunia untuk bersama-sama mengakhiri pandemi COVID-19, seperti dikutip dari laman CNBC.com, Jumat (24/12/2021).

Ajakan ini dianggap penuh optimistis dan pesimistis bagi sejumlah pihak. Namun, apa yang kira-kira terjadi jika COVID-19 benar akan berakhir pada 2022?

Inilah yang dapat terjadi jika pandemi COVID-19 benar-benar berakhir:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

1. COVID-19 Jadi Musiman

FOTO: Antrean Warga Beijing untuk Tes COVID-19 Massal
Seorang wanita melihat orang-orang yang berbaris untuk pengujian massal COVID-19 di Beijing, China, Jumat (22/1/2021). Beijing memerintahkan pengujian COVID-19 untuk sekitar dua juta orang menyusul kasus baru. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Setelah mewabah, COVID-19 tidak akan terlalu mendikte pengambilan keputusan harian Anda, seperti yang dijelaskan oleh miliarder dan filantropis kesehatan Bill Gates dalam posting blog akhir tahun minggu lalu: "COVID-19 tidak akan memutuskan apakah Anda akan bekerja dari kantor atau rumah. Biarkan anak-anak Anda pergi ke pertandingan sepak bola atau menonton film di bioskop."

Penyakit endemik selalu beredar di seluruh belahan dunia, tetapi cenderung menyebabkan penyakit yang lebih ringan karena lebih banyak orang yang memiliki kekebalan dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.

Anda mungkin mengalami batuk dan pilek, tetapi jika Anda mendapatkan vaksinasi terbaru, Anda akan cukup terlindungi untuk mencegah penyakit parah atau rawat inap.

2. Saat Sakit, Anda Disarankan Memakai Masker dan Tinggal di Rumah

Hiruk Pikuk Oxford Street London Jelang Natal
Pembeli berjalan di Oxford Street, jalan perbelanjaan tersibuk di Eropa, di London, Kamis (23/12/2021). Meskipun pandemi covid-19, salah satu pusat perbelanjaan di London tersebut begitu ramai menjelang Natal. (AP Photo/Frank Augstein)

Jika virus menjadi lebih musiman, mengenakan masker di angkutan umum dan di dalam ruangan selama musim COVID-19 bisa menjadi norma – bahkan di kantor, kata Shaun Truelove, ahli epidemiologi penyakit menular di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.

Strategi pencegahan lainnya, seperti mencuci tangan secara teratur dan menjaga jarak di lingkungan berisiko tinggi, juga dapat bertahan.

3. Tes COVID-19 Lebih Terjangkau dan Mudah Diakses

Italia Kembali Mewajibkan Penggunaan Masker di Luar Ruangan
Seorang pejalan kaki, mengenakan masker dengan bendera Italia di atasnya, berdiri di jalan Roma, Kamis (23/12/2021). Pemerintah Italia telah mewajibkan kembali penggunaan masker di luar ruangan untuk menahan peningkatan kasus Covid-19 yang didorong oleh varian Omicron. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Jika Anda pernah menunggu dalam antrean panjang untuk mendapatkan tes COVID-19, maka akan berbeda di kemudian hari.

Pada awal Desember, Presiden Joe Biden mengumumkan rencana untuk mewajibkan perusahaan asuransi swasta menanggung biaya tes cepat COVID-19. Tes COVID-19 yang dilakukan di rumah secara mandiri pun bisa terwujud.

Tes COVID-19 di rumah yang disetujui oleh Food and Drug Administration tersedia secara luas sekarang, tetapi tes tersebut dapat menelan biaya hingga US$ 20.

4. Banyak Anak Akan Mendapat Suntikan Vaksin COVID-19

FOTO: Anies Tinjau Hari Pertama Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Seorang murid menjalani vaksinasi COVID-19 di SDN Cempaka Putih Timur 03 Pagi, Jakarta, Selasa (14/12/2021). Pemerintah menyiapkan 58 juta dosis vaksin COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pada 2 November, anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun akhirnya memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

Tujuh juta suntikan telah diberikan kepada anak-anak AS sejauh ini pada Desember 2021 saja, kata direktur CDC Dr. Rochelle Walensky.

Jika Anda memiliki anak di bawah usia 5 tahun, Anda mungkin bertanya-tanya kapan kelayakan vaksin akan diperluas ke anak-anak tersebut. Para ilmuwan saat ini sedang bekerja untuk mendapatkan jawaban Anda, dengan menentukan dosis yang tepat untuk kelompok usia tersebut.

5. Suntikan Booster Bisa Jadi Agenda Tahunan

Antrean Panjang Vaksin Booster COVID-19 di Inggris
Orang-orang antre untuk suntikan vaksin booster Covid-19 di Rumah Sakit St Thomas, London, Senin (13/12/2021). Antrean panjang terbentuk di pusat vaksinasi di Inggris ketika pemerintah mendorong agar semua orang dewasa mendapatkan vaksin booster untuk cegah penyebaran Omicron. (AP Photo/Matt Dunham)

Dr. Rochelle Walensky mengatakan, booster sebagai pertahanan terbaik yang tersedia terhadap ancaman varian COVID-19 baru seperti Omicron.

Saat ini, 27 persen orang yang divaksinasi lengkap yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan booster telah mendapatkannya, menurut CDC.

Beberapa ahli mengatakan bahwa suntikan booster COVID-19 bisa menjadi kejadian tahunan, mirip dengan suntikan flu.

Infografis Yuk Kurangi Mobilitas Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Periode Nataru

Infografis Yuk Kurangi Mobilitas Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Periode Nataru. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Yuk Kurangi Mobilitas Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Periode Nataru. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya