Liputan6.com, Yerusalem - Pada 31 Desember 2021 lalu, Arab News mengumumkan lewat Twitter bahwa Israel telah mendeteksi kasus pertama Florona.
Cuitan Arab News itu menyebut Florona adalah infeksi ganda dari COVID-19 dan influenza.
Baca Juga
Menurut Ynet, situs berita dan konten umum Israel, "Infeksi ganda pertama kali diidentifikasi pada seorang wanita yang melahirkan minggu ini di Rabin Medical Center di Petah Tikva. Menurut rumah sakit, ibu muda, yang tidak divaksinasi terhadap salah satu patogen, merasa sehat dan diharapkan keluar dari rumah sakit Kamis malam."
Advertisement
Dilansir dari laman First Post, Selasa (4/1/2022), Profesor Arnon Vizhnitser, seorang spesialis kebidanan, kandungan dan direktur departemen ginekologi rumah sakit mengatakan, "Dia didiagnosis dengan flu dan Virus Corona COVID-19 segera setelah dia tiba. Kedua tes dinyatakan positif, bahkan setelah kami memeriksanya lagi," katanya.Â
"Penyakit dan virusnya bikin sesak napas karena sama-sama menyerang saluran pernapasan atas."
Menurut laporan Hindustan Times, Dr Nahla Abdel Wahab, seorang dokter di Rumah Sakit Universitas Kairo, mengatakan kepada media Israel bahwa Florona mungkin mengindikasikan kerusakan besar pada sistem kekebalan karena dua virus -- Virus Corona COVID-19 dan Influenza -- memasuki tubuh manusia secara bersamaan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dorong Vaksin COVID-19 Dosis Keempat
Temuan tersebut pun membuat Israel menyetujui dosis vaksin COVID-19 keempat untuk orang berusia di atas 60 tahun dan staf medis.
Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, PM Naftali Bennett mengatakan dosis keempat vaksin, yang dikembangkan oleh Pfizer, telah disetujui oleh kementerian kesehatan negara itu untuk orang di atas 60 tahun dan tenaga medis yang menerima dosis ketiga setidaknya empat bulan lalu.
Bennett mendesak para lansia untuk mendapatkan suntikan booster sambil memperingatkan bahwa Israel berada di ambang lonjakan lain dalam morbiditas karena penyebaran varian Omicron.Â
Negara itu kemungkinan "akan melihat sebanyak 50.000 kasus virus corona baru ," kata Bennett.
Keputusan itu muncul setelah negara itu melaporkan kasus pertama 'florona', yang bukan merupakan varian tetapi kejadian simultan dari influenza dan virus corona.Â
Advertisement